My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Akhirnya, saat itu pun tiba. Mengerjakan sebuah 'tugas' dari Pakdhe Cholik, sang Komandan BlogCamp, yang sedang menggelar sebuah hajatan akbar dalam rangka peringatan hari berdirinya BlogCamp, the Blog of Leadership. Sang Komandan yang tak pernah kekeringan ide ini, menggelar lagi sebuah kontes unggulan bertajuk "Kontes Unggulan Blog Review: Saling Berhadapan".

foto hasil skrinsut using Macsy
Langsung deh tepok jidat begitu membaca thema kontes si Pakdhe kali ini. Blog Review Berhadapan? Ngereview sebuah Blog? Itu sih butuh keseriusan, konsentrasi dan waktu kan ya? :D. Yang paling utama adalah butuh waktu untuk duduk serius, mengubrak abrik the target blog. Ga bisa main-main ini!
Mau ga ikutan, wah, mana mungkin ga ikutan, bisa disundul Pakdhe lah yao! Haha.
Maka mulailah mikir, hm, siapa ya yang mau aku culik untuk jadi pasanganku? Pikiranku kala itu langsung lari ke seorang karib nun di Banyuwangi sana. Sohib maya yang telah beberapa kali berinteraksi bahkan bertualang di dunia nyata. Yup, Ririe Khayan. Dan tak perlu menunggu lama, saling setuju dengan syarat bahwa tugas ini baru dikerjakan menjelang akhir bulan, mengingat masing-masing juga sibuk dengan berbagai tugas di dunia nyata.

Dan malam ini, inilah hasil ubrak-abrikku di rumah mayanya Ririe Khayan. Pada kenal donk dengan sohib mayaku yang satu ini? Ok, yuk kita lihat, ada apa saja di sana yuk, Sobs!

Kidung Kinanthi

"Kidung", kata ini langsung melarikan benakku pada pengertian senandung/dendang. Dan mungkinkah 'Kidung Kinanthi' bermakna 'senandung seorang Kinanthi'? Bisa jadi kayaknya deh, Sobs! Tapi biar pemiliknya sendiri aja nanti yang mengklarifikasi via kolom komentar, yah!
Tercatat pada blogger.com sejak 2011 dan hingga kini telah menelurkan 262 postingan. Wow! Tak hanya itu, beralih ke domain berbayar [http://ririekhayan.com] adalah bukti keseriusan pemilik blog ini untuk lebih eksis dan tampil profesional dalam hal blogging dan berinteraksi di dunia maya.

Bermain ke rumah mayanya Ririe, kita disambut oleh header template bertuliskan Kidung Kinanthi as the title of the Blog ditambah sebaris kalimat berbahasa Inggris yang penuh makna.

skrinsut langsung dari layar Macsy
Template

Secara keseluruhan, template Kidung Kinanthi yang baru ini terkesan lebih simple dan profesional jika dibandingkan dengan template Kidung Kinanthi sebelumnya. Berwarna dasar [background] putih sehingga membuat mata nyaman untuk berlama-lama membaca sajian-sajian menarik, hangat dan inspiratif yang menjadi ciri khasnya. Sisi kiri dan kanan template ditaburi oleh hiasan variatif berbentuk lingkaran kecil dengan garis tegak yang mengelilingi tiap lingkaran, membuat halaman putih menjadi variatif.

Template ini terdiri atas dua kolom, berupa kolom utama [halaman postingan] dan kolom side bar  di mana sang pemiliknya menempatkan aneka widget untuk menyemarakkan rumah mayanya.


Banner iklan yang menempati urutan pertama di side bar kanan atas, menunjukkan bahwa pemilik rumah maya ini sudah mulai mengoptimalkan blognya untuk monetizing. Asyiik! :) Banner kedua, memperlihatkan dua buah buku/novel keren, "Mozaik Kinanthi" karya Ririe Khayan, dan yang satunya lagi adalah novel fenomenal 'Selingan Semusim', karya Alaika Abdullah. Eits!! Selingan Semusim? Itu karyaku lho! Makasih Ririe sayang atas promosinya. :)

Banner-banner lainnya memperlihatkan aktivitas yang diikuti oleh pemilik blog ini, seperti kompetisi menulis Srikandi Blogger 2013, IdBN, Viva Log, dan lainnya, memperlihatkan betapa aktifnya Ririe dalam menulis dan mengikuti kompetisi demi kompetisi. Keren deh dengan semangat dan kreativitasnya.

Content/Artikel

Banyak sekali informasi yang kita dapatkan dengan berkunjung dan menikmati sajian artikel di rumah maya ini. Ririe selalu bercerita dengan ciri khasnya sendiri. Memasukkan unsur ilmiah di dalam kebanyakan tulisannya, adalah juga merupakan salah satu kebiasaannya. Membuat para tamu [pembaca]nya mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan, di samping informasi-informasi umum yang disajikannya. Tapi terkadang, beberapa pembaca mengategorikan tulisannya ke dalam tulisan 'berat' dan butuh pemikiran. Terkadang lho ya. Hihi.

Ririe TIDAK mengkhususkan rumah maya ini pada satu thema spesial, sehingga tak heran dan sah-sah saja jika kita menemukan beberapa genre di dalam content blog ini. Ada artikel yang berupa informasi serius/ringan, fiksi dan puisi. Menurutku, Kidung Kinanthi ini kaya akan tema. Merangkul beberapa genre, sehingga membuatnya flexible untuk berpartisipasi dalam kontes A, atau Giveway B, lomba C, dan sering pula mengantarkannya sebagai pemenang dari aneka lomba/kontes yang diikutinya.

Visitor

Tentu saja, jumlah visitor tidak selalu ditunjukkan oleh banyak sedikitnya komen yang ditinggalkan pada kolom komentar setiap artikel sih, namun banyaknya komen yang ditinggalkan para visitor di setiap artikel yang diposting, menunjukkan bahwa pemilik blog ini adalah orang yang ramah dan bersahabat, sehingga memiliki banyak sahabat/pengunjung. Selain itu, jelas menandakan bahwa artikel-artikelnya diminati oleh para pengunjung/visitor. Interaksi balas berbalas komen juga menunjukkan bahwa pemilik blog ini menjamu para tamunya dengan ramah.

Page Rank

Nah, setiap blog, website atau rumah maya, sudah pasti memiliki peringkat. Page Rank, adalah hal yang paling sering diperhatikan oleh para netizen. Dan inilah hasil Page Rank Checker untuk Kidung Kinanthi pada malam ini [saat artikel ini ditulis].


Wow! PR 2 bo'! Alexa nya juga udah keciiiil! Terbukti kan analisaku, Sobs? Bahwa Kidung Kinanthi memiliki banyak sekali pengunjung/sahabats.

Loading Speed



Good and Fast! 

Google Indexing

Wow! Ternyata wanita yang hobby mbolang ini juga sudah sangat akrab dengan Mbah Google lho! Terbukti saat aku bertanya pada si Mbah, baru nyebut 'Ririe Khayan' aja, si mbah dengan wajah happy langsung memunculkan link ini.


Dan saat kusebut 'Kidung Kinanthi' si Mbah dengan ceria bilang; "Yang ini toh, Nduk?" sambil dengan bangganya memunculkan ini nih, Sobs!


Mantabs, Gan! Sobatku ini ternyata udah famous banget di dunia maya lho! :)

Input dari Reviewer

Hm, secara garis besar, Kidung Kinanthi telah cukup sukses dalam menarik para pengunjung [para tamu] untuk betah berlama-lama di rumah mayanya. Artinya?
Kidung Kinanthi tuh digandrungi oleh para pengunjung kan ya? Tak banyak masukan yang perlu diberikan sih kalo menurutku, paling cuma dalam penggunaan istilah ilmiah --> jangan yang terlalu berat?
Dan tentang keselarasan paragraf ke paragraf berikutnya, mungkin butuh perhatian agar lebih sinkron? :D


Nah, Sobs! Penasaran dengan Kidung Kinanthi dan pemiliknya [Ririe Khayan]? Sok atuh langsung mlipir ke rumah mayanya di sini nih, Sobs!

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Blog Review~Saling Berhadapan



Tak terasa, hampir setahun juga aku menjadi 'penduduk gelap' alias masih ber-KTP non Bandung. Harusnya, dalam waktu sekian, kemampuan mapping/menghapal jalanan di kota kembang ini sudah naik peringkat sih. Namun apa daya, kelemahan utamaku sejak dulu memang di bidang mapping/mengingat denah/alamat. Sehingga ga heran jika aku akhirnya lebih banyak menghabiskan waktu di jalanan dalam rangka mencapai sebuah alamat. Hampir selalu saja dihiasi dengan 'nyasar' atau setidaknya kesulitan menjangkau alamat yang dituju tepat waktu. Hiks.

Syukurnya nih, selama hampir setahun me-warawiri-kan Gliv tercinta di kota ini, walau bernomor polisi Aceh [BL], tapi belum pernah terkena razia deh. Alhamdulillah. Hingga pada suatu hari, sedang ngajakin ayah bunda berkeliling kota, tiba-tiba seorang polisi dengan santun meminta aku untuk menghentikan Gliv. Oops! Apa kesalahanku ya? Perasaan ga ada rambu yang dilanggar deh. Ya sudah, dengan santun kuturunkan kaca jendela, dan memberikan senyum terindah untuk si pak Polisi yang menyapa dengan santun dan memintaku untuk turun dan mengikutinya ke pos polisi tak jauh dari sana. Duh, duit deh ini! Hiks.

"Ibu baru saja melanggar rambu lalu lintas, melanggar forbidden yang terpasang jelas di sana. Boleh saya lihat SIM dan STNKnya?" Katanya seraya menunjuk sebuah rambu yang tadi luput dari perhatianku dan meminta SIM dan STNK mobilku. Olala, ternyata aku melanggar larangan untuk berjalan terus. Harusnya belok kiri. Huft!

Kukeluarkan dompet penuh percaya diri. STNK is ready, but SIM A? Hadeuuuh! Baru ingat aku, ternyata SIM A ku masih tersimpan di dalam tas yang satu lagi. Kemarin setelah aku gunakan untuk identitas mengurus sesuatu, SIM A itu hanya aku masukkan ke dalam tas, tanpa menempatkannya kembali ke dalam dompet ini. Waduuuh, ganda deh kesalahanku.

"Waduh, Pak, saya ga lihat tadi rambunya. Dan mohon maaf, SIM A saya ketinggalan di dalam tas yang satunya lagi, Pak. Ya sudah, kalo begitu, saya mohon slip biru deh, Pak, biar bisa segera saya transfer saja ke kas negara untuk pelanggaran ini." Ucapku santun. Si Pak Polisi masih memegang nota, hendak menuliskan sesuatu di lembaran berwarna merah, seraya mengamati STNK mobilku.

Mendengar permintaanku, si Pak Polisi menengadah dan menjawab.

"Maaf, Bu, saya enggak tau nomor rekening tersebut. Ibu sebaiknya ikut sidang di pengadilan saja. Ibu bisa lihat di sini, berapa denda yang harus Ibu bayarkan untuk pelanggaran ini." Sambil membuka lembaran buku yang dipegangnya.

"Lha, bukankah sudah ada sosialisasi di media, bahwa setiap pelanggaran lalu lintas, si pelanggar dapat memilih opsi untuk menebus kesalahannya? Bisa ikut sidang atau langsung mengakui kesalahannya [slip biru] dan membayarkan dendanya ke kas negara tersebut? Masa' Bapak enggak tau nomor rekening yang dituju?"

Akhirnya, perdebatan 'kecil-kecilan' pun berlangsung sedikit alot. Aku berkeras meminta slip biru, sementara si Pak Polisi bersikukuh NO. Hingga akhirnya, ayahandaku muncul dan masuk ke dalam pos polisi tersebut. Aku pamit sejenak untuk mengambil henpon yang tertinggal di dalam mobil. Ingin menelfon seorang teman [Polisi] untuk meminta arahannya.

Namun ternyata, begitu aku balik ke dalam pos tersebut, eh si ayah telah menyelesaikan perkara! Oalah, ternyata ayahku malah mengajak 'berdamai' dengan si Pak Polisinya. Selembar uang kertas merah telah berpindah tempat, dari dompet ayahku ke dompet si bapak. Yaaaaah! Hiks.

"Ya sudah, Al. Jangan diperpanjang, capek urusannya sementara kita mau cepat. Besok kita mau ke Tasik, kamu kira bisa selesai hari ini urusannya jika ikut persidangan? Udah deh, relakan saja. Cuma untuk ke depannya, pastikan SIM dan berkas lainnya ready bersamamu. Ini mau debat panjang sama mereka sementara berkas kita ga lengkap. Lain kali aja deh kalo kamu mau debat. Tapi saran ayah, hindari having problem with them, lengkapi diri dengan berkas-berkas yang diperlukan!" Wejangan sang ayah dalam bahasa Aceh.

Kami pun pamit dan berterima kasih pada si Pak Polisi, yang membalasnya dengan santun, seraya mengingatkan kami untuk sebaiknya pulang dulu mengambil SIM, baru lanjut jalan-jalan lagi. Seraya si Bapak menutup kalimatnya dengan 'semoga betah di Bandung ya, Pak, Bu!' seraya tersenyum manis. Kami mengangguk santun dan melemparkan senyum manis juga dunk, padahal hatiku dongkol! Seratus ribu, kan lumayan untuk nambah-nambahin bensin! Hihi.

Sejak itu, aku selalu memastikan agar SIM A dan STNK Gliv ready di dompetku, sebelum berangkat dan wara-wiri di jalan raya. Sayang aja kan, jika karena hal itu, isi dompet harus berpindah tempat? Baik ke kas negara atau ke kantong si bapak, toh hasilnya adalah pengurangan budget! Ya kan, Sobs?

Artikel ini diikutsertakan dalam Giveaway Kinzhihana

Sekedar berpartisipasi untuk menyemarakkan sebuah kontes 
yang diselenggarakan oleh seorang sahabat maya.
Al, Bandung, 26 Juni 2013




Courtesy Words To Inpsire the Soul
Postingan ini tercipta dadakan, gegara terinspirasi oleh sebuah quote bergambar pada fanpage FB yang aku ikuti. Yup. Coba deh lihat image di atas, Sobs! Siapa yang mau berdebat bahwa apa yang dikatakannya itu tidak benar? Yah, walo ada sih, segelintir orang tua yang tega meninggalkan/menelantarkan anak-anaknya, namun kita sedang bicara yang secara generalnya toh? :)

Do you know that simple phone call can make them happy? Parents, they didn't leave you when you were young, so don't leave them when they are old.
"Taukah kamu bahwa menghubungi [menelefon] mereka sejenak, menunjukkan perhatianmu, sudah cukup membuat keduanya bahagia? Mereka [Ayah-Ibu], tak pernah meninggalkan kita di kala kita kecil, jadi janganlah tinggalkan mereka pada usia senjanya."

Jadi, tunggu apa lagi, Sobs, yuk luangkan waktu sejenak untuk bercengkrama dengan ayah ibu kita, via telefon, bertemu langsung, atau dengan hadiah Al-Fatihah dan doa bagi yang sudah meninggalkan kita. Don't delay, karena kita tak pernah tau, akankah kita atau mereka masih punya waktu di keesokan harinya?

Have a very great Saturday, Sobats maya tercinta! 

Sebuah catatan, self reminder 
Al, Bandung, 22 Juni 2013
The Best Gift called Daddy
Credit

Ini adalah versi lain dari cerita Between the Queen and the Princess, and it is my true story, yang membuatku tak mampu menahan tawa jika ingatan ini melayang ke kejadian menggelikan, puluhan tahun lalu.

Ayah, tak hanya kepala keluarga, tapi beliau adalah Raja di hatiku! Bagaimana tidak coba, Sobs?

Konon, aku baru saja menamatkan masa-masa SMP dan bersiap untuk menjadi seorang murid baru di sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri ternama di kotaku, Banda Aceh. Sebut saja SMA Negeri 3 Banda Aceh. Eits, jangan salah, saat itu, 1986, SMA Negeri 3 yang kerennya disebut SMANTIG adalah paling top lho di kotaku. Dan di sanalah aku diterima untuk melanjutkan studiku.

Seragam baru, sepatu dan buku baru, semua telah tersedia. Yeay, jadi murid baru di sekolah ternama. Tak terkira girangnya hatiku. Aku udah jadi anak SMA, cantik pula! Begitulah yang ada di hatiku setiap aku berdiri di depan kaca. Weis, pede abis deh pokoke, Sobs! Tapi kok ya, aku masih kurang puas dengan gaya rambutku ya?
Setelah berfikir beberapa kali, akhirnya kuputuskanlah untuk meng-gelombang-kan [waving] yang memang sedang trend kala itu. Ijin pada ayah dan ibu, aku ditemani oleh seorang teman, yang juga akan bersekolah di SMA yang sama, meluncurlah kami ke sebuah salon langganan si teman.

Tak pakai lama, si tukang salon [hair stylist?] pun mulai mengutak atik rambutku. Kupasrahkan tatanan/gaya rambutku padanya, dengan harapan hasil terbaik. Sama sekali tak ada pertanda apalagi firasat buruk. Kupercaya penuh, profesionalitas si mbak ini, pasti akan menghasilkan rambut yang trendy dan menjadikan aku tampil cantik sebagai anak baru di SMA nanti. Asyiik. Tak sabar aku menanti treatment ini selesai. Hingga akhirnya, lebih dari satu jam kemudian...

Taraaaaaa!
Hampir saja aku menjerit histeris, menyaksikan hasil pekerjaan si mbaknya. Ya ampun, oh my God! Rambutku tak ubahnya wanita Africa. Keriting ting ting! Rambut yang tadinya lebih sedikit dari bahu, kini menyingkat/memendek dan keriting ting ting! Air mata yang hendak membuncah, sepertinya kalah oleh emosiku yang hendak meledak. Temanku ikut kaget, dan prihatin. Masyaallah! Dan si mbaknya, ketakutan donk pastinya melihat wajah galakku. Raut wajahnya memucat. Suaraku bergetar, emosi penuh. Menggelegar suaraku, komplain. Pemilik salon menghampiri, bersama si Mbak dia meminta maaf, karena ternyata hasil ini disebabkan oleh proses yang melebihi waktu yang seharusnya. Kesalahan si Mbak sih, tapi apa mau dikata. Saat itu belum mengenal proses rebonding, yang ada hanya curling/pengeritingan and waving. Tak ada upaya yang bisa dilakukan! Artinya aku harus tabah menghadapi kenyataan, bahwa aku akan menjadi murid baru dengan rambut persis wanita Africa! Hahaha. #Ngakak guling-2 lagi deh mengingat kejadian ini. Hahaha.

Emosi tersalur tuntas, menyisakan kepedihan di hati, dan cairan bening yang tak lagi mampu dibendung oleh telaga di mataku. Sepanjang perjalanan pulang, air mata itu menetes dalam diam. Saat itu, aku dibonceng oleh si teman. Kami membisu dalam perjalanan. Tak ada yang perlu dibahas lagi, kuyakin si teman juga sedang prihatin banget akan nasib yang menimpaku ini. Haha. Terbayang di benakku, pasti aku akan ditertawakan oleh adik-adikku nanti begitu kami sampai di rumah. Juga, pasti ayah dan ibu akan ikutan tertawa terbahak-bahak menyaksikan anak perempuan satu-satunya ini yang telah berubah KRIBO! Hiks.. mewek lagi deh akunya membayangkan hal itu.

Dan benar saja, belum lagi masuk ke dalam rumah, aku sudah disambut oleh tawa ngakak ketiga adikku, yang adalah cowok semua. Tertawa sambil menunjuk rambutku. Huaaaaaa, aku mewek lagi. Suasana ribut donk, dan ayah serta ibuku keluar. Ibuku tak bersuara, sepertinya terpana melihat putrinya yang berurai airmata. Tapi ayah? He is the real king of mine!

"Lho, kenapa anak ayah harus menangis? Masih cantik kok! Orang cantik ya tetap cantik walau rambutnya diapa-apain pun! Coba ayah lihat!"

Suaranya begitu teduh. Walau kutau persis, itu hanyalah kalimat penghibur, tapi anehnya, hatiku terasa teduh. Menjadi legowo walau di balik punggung ayah, ketiga adikku masih ngakak guling-guling. Kurang asem deh mereka! TERLALU! Hahaha.

Ibuku masih tak mampu berucap, sedih mungkin melihat putrinya, namun ayah memang tanggap sekali dan tau persis harus bertindak bagaimana. Airmata yang menelaga ini, harus segera dihentikan dengan kalimat-kalimat penghiburannya. Dan itulah yang beliau lakukan.

Again, a woman will be always a princess to her father! Ga salah kan jika aku setuju dengan quote ini:
the greatest gift I ever had came from God, and I call him Daddy.

Well, Sobs, jangan senyum-senyum gitu donk, punya pengalaman heboh bin unik yang bisa dishare? Langsung deh di kolom komentar yaaa. :)

sebuah catatan yang selalu menyunggingkan senyuman,
Al, Bandung, 21 Juni 2013



Credit
Sebuah diskusi hangat dan menarik berkembang di sebuah thread di grup FB yang aku ikuti. Topiknya adalah tentang perlu tidaknya seorang wanita itu berkarir alias bekerja. Sebuah topik yang selalu saja akan menghasilkan jawaban pro dan kontra pastinya. Dan, sudah pasti, kita harus menghargai setiap jawaban yang diberikan oleh masing-masing individu dunk. :)

Ada yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga sejati. Mengurus suami dan anak-anak dan segala urusan rumah tangga. Tentu itu adalah tugas dan pilihan mulia. Sama sekali tidak salah. Pantes pula kita acungkan jempol, karena untuk itu lah seorang istri dan ibu diciptakan bukan? :)
Ada pula yang menjawab bahwa dirinya memilih untuk tak hanya menjadi istri dan ibu, tapi juga menjadi wanita karir. Wow, ini juga pilihan apik yang perlu acungan jempol deh. Tidak ada salahnya. Cool.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan para wanita ini berkarir, di antaranya adalah untuk membantu ekonomi keluarga, untuk aktualisasi diri (sayangkan jika udah kuliah tinggi-2, eh akhirnya hanya berakhir di rumah?) Dan berbagai alasan lainnya.

Menurutku sih, kedua pilihan itu, sah-sah saja. Apalagi dijalankan dengan dukungan penuh (persetujuan) sang suami. Tapi boleh donk memberikan opini pribadi tentang hal ini? :D

Namun sebelumnya, aku ingin memberikan pengertian secara khusus dulu tentang arti kata 'bekerja' yang akan kita bahas di dalam artikel ini ya, Sobs!
'Bekerja' di sini, tak hanya terbatas pada 'kerja kantoran' lho ya, tapi mencakup arti yang lebih luas. 'Wanita bekerja' dalam artikel ini, maksudnya adalah para wanita yang mampu berdikari, mampu menghasilkan uang/nafkah, mengelola keuangan dari hasil kegiatannya. Misalnya dari hasil buka/kelola kantin, membuat handicraft/prakarya, menjahit, berjualan/dagang, internet marketing dan berbagai aktivitas produktif dan positif lainnya.

Menurutku, setiap wanita itu harus 'bekerja'. Ingat lho, arti kata bekerja dalam artikel ini adalah yang tertulis pada paragraf sebelumnya. Yup, setiap wanita, setiap istri harus mampu berdikari. Mengapa?
Karena, ada sebuah rahasia Ilahi, yang kita tak pernah mampu menguaknya. AJAL. Dia adalah sebuah kepastian yang tak pernah delay. Tak pernah bisa kita ulur waktunya. Begitu tiba waktunya, maka tak seorang pun mampu menolak, apalagi protes.

Kita tak pernah tau, siapa yang akan lebih dulu dijemput sang ajal. Kita kah (istri) atau sang suami? Nah, jika yang harus pergi lebih dahulu adalah suami tercinta, sementara kita tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan nafkah, bayangkan bagaimana jadinya kelanjutan kehidupan kita dan anak-anak, begitu kehilangan tulang punggung keluarga? Kehilangan si pencari nafkah? Keluarga kita, mungkin akan mencoba membantu, tapi sampai kapan? Itu pun jika mereka mampu melakukannya. Bukankah mereka juga punya keluarga sendiri yang harus diurus dan pertanggungjawabkan?
Ibuku, selalu berpesan, bahwa sebagai wanita, aku harus berdikari. Harus mampu menghasilkan pendapatan untuk menunjang kehidupanku. Terserah caranya, yang penting halal. Mau kerja kantoran, mau dagang, investasi atau apa pun, yang penting harus pinter cari duit. Karena kita tak pernah tau siapa yang akan pergi duluan! Itu kalimat yang selalu ditanamkan oleh ibuku, dan hingga kini terpatri rapi di benakku.

Back to the topic, selain karena ajal, yang menjadi pemisah utama antara sang istri dan suaminya, juga mungkin (kita tak pernah tau toh bagaimana ke depannya?), perceraian, dapat pula menjadi alasan mengapa seorang wanita harus mampu berdikari. Selain itu, single woman, jg wajib menjadi wanita berdikari, benar tidak, Sobs?

Jadi, menurut hematku sih, setiap wanita, sudah seharusnya melatih diri, mengasah kemampuan untuk mampu 'bekerja'. Ingat ya, 'bekerja' sesuai dengan pengertian yang kita sepakati di atas lho. Mampu berdikari. Paling asyik sih, jika kita mampu menghasilkan pendapatan di bidang yang memang kita sukai. Sesuai dengan passion kita. Namun, tentu tak semua orang berkesempatan seindah itu, bisa 'bekerja' sesuai passionnya. Tapi tak perlu lah hal itu membuat kita kecewa. Pasti akan ada peluang yang terbuka bagi kita yang memang berminat untuk mencobanya. Yuk ah, kita coba lihat peluang apa yang kira-kira bisa kita masuki dan berdayakan untuk melatih diri, agar mampu menjadi wanita-wanita tangguh dan mandiri, tentu saja, tanpa melupakan kodrat diri. :)

Sebuah catatan pembelajaran dalam kehidupan, 
diposting sambil menemani putri tercinta having hair treatment di sebuah salon.

Al, Bandung, 20 juni 2013 

Powered by Telkomsel BlackBerry®



Berita itu begitu mengejutkan. Sungguh! Jemariku yang sedang bergerak lincah menuntaskan postingan untuk sebuah Giveaway, terhenti seketika, tepat setelah aku menekan tombol 'publish' pada halaman dashboard blog Healthy Life. Terhenyak oleh berita yang dihantarkan oleh sebuah modulasi yang begitu akrab di telinga. Mimi Radial. Wah, tumben-tumbenan ini Mimi nelefon dini hari begini? Kulirik angka digital yang tertera di sudut kanan layar Macsy. 01.36 dini hari. Mungkinkah Mimi berantem sama si babe hingga menelefon jam segini? Atau ada sesuatu yang urgent lainnya? 

"Mbak, suamiku meninggal dunia!"

Berita ini langsung membungkam dialog yang sedang berlangsung di dalam hatiku. Oh My God.

"Ha? Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun. Sakit apa Mi? Kapan meninggalnya?" Serbuku setelah terdiam beberapa detik akibat berita mengejutkan itu.

Dan suara sendu di seberang sana menjelaskan bahwa sang suami telah menghadap Sang Pencipta pada pukul sembilan malam tadi, Selasa, 18 Juni 2013. Tanpa sakit apa-apa, dalam artian masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Bahkan Mimi sendiri sedang tidur kala suami terkasih meninggalkannya untuk selama-lamanya. Hanya Kakak Rani, putri pertama yang sempat menyaksikan kepergian sang ayah. Duh, pedih hatiku. Mungkinkah terkena serangan jantung, mengingat almarhum memiliki riwayat penyakit ini?

Serta merta kutanyakan nama lengkap almarhum, jam kepergiannya dan ijin dari Mimi untuk share informasi duka ini ke grup kami di facebook dan media lainnya. Dan atas ijin Mimi, aku langsung posted di beberapa group yang kami ikuti, juga di wall-ku sendiri dan wall-nya Mimi.

Tak tertahan, airmata ini mengalir perlahan. Pedih, haru yang membiru. Membayangkan bagaimana rasanya saat itu Mimi dan anak-anak harus menghadapi kenyataan yang tak pernah terduga seperti ini. Ingin rasanya terbang ke sana dan memberikan pelukan hangat, menguatkan Mimi yang aku yakin saat ini pasti sedang diguncang aneka rasa.

Ya Allah, kuatkan sahabatku ini ya Allah, tabahkan hatinya, terangkan hatinya untuk tetap sabar menghadapi cobaan-Mu ini ya Allah. Dan bagi almarhum suaminya, Bang Muliadi Sentosa Nasution, semoga Allah menerima amal ibadahmu selama ini, ya, Bang, dan semoga Allah memberi tempat terindah bagimu di sisi-Nya sebagai imbalan dari amal ibadahmu, Aamiin. 

"Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat mendahulukannya. ~QS. Yunus, ayat 49

Ajal, memang rahasia mutlak sang Ilahi Rabbi. Tak terbantahkan. Kepastian yang tak pernah delay. Hanya saja, kita tak pernah tau kapan dia akan datang dan memisahkan kita dari raga. Tak kurang dari 145 ayat di dalam Al-Quran yang menyebut/membahas masalah kematian. Allah hanya memberi konfirmasi bahwa kematian itu nyata dan karenanya mengingatkan kita untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan afterlife kelak [kehidupan akhirat].

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ~QS. Ali Imran : 185

Mari persiapkan bekal menghadapi realitas yang tak terelakkan ini yuk, Sobs!

Sebuah catatan pembelajaran dalam kehidupan,
Al, Bandung, 19 Juni 2013

Berbelanja secara online, tentu bukan lagi hal yang aneh untuk dilakukan. Kuyakin, banyak dari kita yang pernah bahkan sering melakukannya. Dan dari pengalaman berbelanja online tersebut, tentunya pula, banyak dari kita yang mengalami pahit getirnya transaksi itu.

Aku sendiri termasuk orang yang suka sekali berbelanja online. Selain praktis dan efektif, juga membuat kita tak perlu jauh-jauh meninggalkan rumah/kantor untuk melakukan transaksi. Tinggal pilih, order, bayar, dan tunggu lah paketnya sampai ke depan pintu alamat pengiriman kita.

Namun, tentu saja, kita tak bisa sembarangan berbelanja online. Artinya, kudu verifikasi terlebih dahulu, toko online/supplier mana yang kredibel/terpercaya untuk menjadi tempat kita berbelanja. Karena, tak bisa dipungkiri bahwa, di jagad maya ini, banyak sekali website/situs yang berkedok jualan ini itu, padahal hanya akal-akalan atau fiktif belaka. Tak jarang, para customer dibuat kecewa, karena setelah pembayaran, barang yang dinanti tak pernah kunjung tiba.

Back to the topic, Belanja Online yang Bikin Jantungan! Pengalaman inilah yang ingin aku bagi kali ini, Sobs! Walau setahun lebih telah berlalu, tepatnya pada tanggal 25 Januari 2012 yang lalu, namun hingga kini tragedy ini begitu membekas di hati. Trauma? Tidak juga, tapi cukup membuatku menjadi sangat hati-hati, sesudahnya. #Terkadang, pengalaman pribadi adalah guru terbaik. :)

Hari sudah hampir menjelang magrib kala itu, namun aku masih saja tenggelam dalam tumpukan pekerjaan tanpa mampu membebaskan diri. Sementara niat hati, sejak pagi sudah begitu kuat untuk berbelanja online, hari ini. Harus hari ini, karena aku sudah tak sabar untuk berpindah ke 'rumah' baru. Aku ingin rumah maya tercinta ini, kala itu masih beralamat di http://my-virtualcorner.blogspot.com, untuk segera hijrah ke rumah baru yang lebih keren, berdomain . [dot]com!

Makanya, walau sibuk dengan beberapa laporan yang harus direview, niat ini tetap saja menari-nari dan mencuri perhatianku. Hingga kuputuskanlah untuk melakukan aktivitas belanja domain, di sore hari menjelang pekerjaan kantor selesai. Dan, ternyata, barulah pada saat menjelang magrib itu, pekerjaanku tuntas, dan mulailah aku bertransaksi.

Seorang teman blogger ngasih rekom untuk belanja online di sini, karena ini adalah situs penyedia domain-hosting terpercaya. Tentu donk aku percaya penuh dan langsung mengikuti petunjuk untuk bertransaksi. Sebuah domain dengan namaku sendiri, alaika abdullah tersedia. Yeay!! Dengan harga yang sangat terjangkau pula. Rp. 87.023 [delapan puluh tujuh ribu dua puluh tiga rupiah]. Murah bener kan? Maka dengan santai kumasukkan angka yang harus kutransfer itu, dan memulai prosesnya. Sandi dari token kudapatkan dan masukkan langsung ke layar monitor yang telah menanti....

Karena disarankan untuk menambahkan angka unik di belakang angka yang harus kutransfer, tanpa pikir panjang kutambahkan angka 99 di belakang angka 87023 itu, sehingga terbentuklah deretan angka 8702399. Aku masih santai dan sama sekali tak menyadari jika angka yang berjejer itu telah membentuk digit jutaan! Masih dengan santai pula, aku menekan tombol KIRIM untuk meng-ok-kan transaksi tersebut. Tulisan di layar yang memberitahukan bahwa transaksi TERLAKSANA dengan sukses, jelas membuatku gembira. Hore, aku telah mendapatkan domain, alaikaabdullah [dot] com sebentar lagi akan menjadi URL rumah maya ini.

Loginlah aku kembali ke member area si penyedia website, untuk mengkonfirmasi transaksi yang telah aku lakukan. Kumasukkan data yang diminta, lalu sebuah notifikasi muncul dari si penyedia website, menyatakan bahwa telah terjadi kelebihan/kekurangan transfer terhadap tagihan Rp. 87.023 itu. Awalnya aku masih belum ngeh, kucoba lagi mengulang entry data yang diminta, dan sekali lagi muncul notifikasi yang sama, bahwa telah terjadi kelebihan/kekurangan transaksi.

Barulah, meluncur bebas dari bibirku teriakan sempurna. "Ya Allah! Oh My God!" dan aku terdiam. Ingin menangis! Tanpa sadar aku telah mentransfer dana sejumlah Rp. 8.615.376 [delapan juta enam ratus lima belas ribu tiga ratus tujuh puluh enam rupiah]! Tak tanggung-tanggung, aku telah kelebihan transfer sejumlah Rp. 8.615.376 [delapan juta enam ratus sekian rupiah]. Oh Tuhan! Hiks.

Panik? PASTI! Mana sedang azan Magrib pula, pasti deh ini toko sudah tutup. Gimana donk ini? Aku langsung curhat pada teman yang memberi rekom. Dan atas inisiatifnya, aku langsung dial nomor telp si penyedia situs, yang memang tersedia di websitenya. Alhamdulillahnya, telefon dan laporanku diterima dengan baik oleh mereka, dan untuk laporan resminya, aku juga segera menyertakan email tentang hal ini, yang langsung dibalas bahwa mereka akan segera menindak-lanjutinya. Bahwa tim accounting mereka akan menelusuri hal ini, dan jika memang benar telah terjadi kesalahan seperti itu, maka mereka akan mengembalikan kelebihan transfer itu. Tentunya, dalam waktu maksimal 14 hari kerja. Its, ok, tak masalah bagiku, yang penting uangku kembali. Delapan juta sekian itu, sangat berarti buatku, Sobs! Hiks.

Tapi, walau jawaban mereka sangat responsif, namun aku tetap aja ketar ketir tuh, jantungan menanti proses verifikasi dan pengembalian uang itu. Kebayang kan, Sobs? Gimana deg-degannya menanti uang sebanyak itu? Hiks. Dan Alhamdulillahnya, keesokan harinya, aku mendapat balasan email dari penyedia website ini, bahwa mereka akan segera memproses pengembalian kelebihan dana tersebut, dalam waktu maksimal 14 hari ke depan. Alhamdulillah. Tak salah aku memilih toko online ini, mereka begitu profesional!  Lega rasanya, Sobs! :)

Namun, pengalaman ini, sungguh memberiku pelajaran untuk:

- Teliti sebelum bertindak! Apalagi saat ini, ujung jari punya kekuatan prima, sekali hentak di tuts keyboard, dia mampu mengirimkan apa saja. Email, pesan, bahkan rupiah atau dolar atau mata uang lainnya ke rekening yang dituju....

- Bahwa jangan menganggap enteng segala sesuatu. Tadinya aku anggap angka 99 tak berarti apa-apa, karena dia hanya akan berdiri di belakang koma, aku lupa, bahwa net banking tidak membaca tanda titik atau koma, maka puluhan ribu menjelma menjadi jutaan! Hiks..hiks..

- Jangan menunda. (tadinya aku rencana mau shalat Magrib dulu, baru jemput Intan, eh malah jadi menuntaskan pembayaran, baru shalat dan jemput Intan, yang akhirnya satu pun tak jadi aku laksanakan). Ya Allah, ampuuun...

- dan lain-lainnya...


Well, Sobs, gitu deh pengalaman belanja online yang sempat bikin aku jantungan. Beli domain termahal di dunia, haha. Untung perusahaan dimana aku melakukan transaksi, cukup profesional. Semoga artikel ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua ya, Sobs!

Cerita ini diikutsertakan dalam Arr-Rian's Giveaway
Pengalaman Belanja Online


Sebuah catatan pembelajaran dalam kehidupan,
Al, 14 Juni 2013, The Papandayan Hotel, Bandung,


Orangnya tinggi, tegap, tampan dan sangat santun. Itulah kesan pertamaku kala pertama kali bertemu dan berinteraksi dengannya. Pemuda yang namanya pun belum pernah kudengar sebelumnya, tapi serta merta menarik perhatian dan membuatku terkagum-kagum, saat Mira Sahid, si MakPon [sang Pendiri] KEB yang juga adalah salah satu panitia Asean Blogger Festival, memperkenalkan dan menyandingkan kami, untuk mewakili Blogger Indonesia, menyampaikan pesan dan kesan, pada hari penutupan Asean Blogger Festival 2013 kemarin.

Dimas, begitu pemuda ini dipanggil, mendengarkan penuturanku dengan santun. Bertanya dan mendengarkan dengan baik apa-apa yang aku jelaskan, terkait hal-hal yang perlu kami sampaikan pada saatnya nanti. Terus terang, pemuda ini, begitu menarik perhatianku. Ada sesuatu yang begitu istimewa terpancar dari kepribadiannya. Matanya boleh saja tak bersinar, namun taukah Sobats? Cahaya terang itu terpancar sempurna dari semangat hidup dan pancaran kecerdasannya yang mungkin Dimas sendiri tak menyadarinya. 

Ya, Dimas Prasetyo Muharam, seorang anak muda inspiratif, yang mengalami penurunan daya lihat sejak usia 12 tahun, kala dirinya duduk di kelas enam SD, caturwulan kedua. Disebabkan oleh toxoplasma yang menyerang kornea matanya, dan menuntun Dimas kecil untuk mengadaptasikan diri dan bersahabat dengan kegelapan.

Foto dicaptured dari tayangan acara Kick Andy, yang di share di You tube.

Dimas bertekad untuk menjadi seorang tuna netra yang TIDAK BIASA. Prestasi-prestasi akademiknya yang sudah terbiasa dia peroleh kala cahaya kehidupan masih bersahabat dengannya, tetap mampu dia pertahankan. Bahkan, tekad dan semangat juangnya yang tak pantang menyerah, sukses menjadikannya seorang sarjana jebolan dari Fakultas Sastra [Inggris], Universitas Indonesia! Wow! Tak hanya itu, dalam keterbatasan penglihatannya, pemuda ini justru tercatat menjuarai berbagai lomba kepenulisan lho! Juga lomba berpidato dalam bahasa Inggris dan segudang prestasi lainnya, yang bisa dilihat pada informasi diri yang tertera di rumah mayanya. Prestasi-prestasi di atas, masih ditambah lagi dengan aneka predikat keren lainnya yang dilekatkan kepadanya. Diantaranya adalah, blogger, penulis artikel di koran, Ketua Komunitas Kartunet, dan lain-lain.
See, Sobs? Kemauan dan semangat juang dan kepercayaan diri untuk mengejar cita, adalah bukti nyata bahwa disabilitas bukanlah kendala utama bagi seseorang untuk menggapai cita dan asa.


Menyebut Kartunet, tentu banyak diantara kita yang familiar dengan kata ini kan? Apalagi beberapa bulan ke belakang, pernah ada blog contest tentang Kartunet dan isu disabilitas. Ya, tidak salah jika pikiran kita langsung menghubungkan antara Kartunet dan disabilitas sih, Sobs!

Karena Komunitas bernama Kartunet [Karya Tuna Netra] Community Indonesia, yang dibentuk dan dikelola oleh Dimas dan teman-teman penyandang disabilitas lainnya ini memang bertujuan untuk memanfaatkan keunggulan teknologi informasi dalam rangka mendobrak stereotip masyarakat Indonesia, yang masih beranggapan bahwa kaum tuna netra dan para penyandang disabilitas lainnya, adalah merupakan kaum yang tak mampu berdikari. Masih banyak anggapan bahwa para peyandang disabilitas ini, paling bisa hanya menjadi tukang pijit [kaum tuna netra], pengemis [penyandang cacat fisik lainnya], dan berbagai pekerjaan miris lainnya.

Melalui situs Kartunet yang telah berdiri sejak tujuh tahun silam ini, Dimas dan teman-teman berupaya untuk menunjukkan bahwa tunanetra pun mampu melakukan apa yang dapat dilakukan oleh orang 'normal' di belantara dunia maya. Kaum tuna netra masa kini, telah memiliki kemampuan yang setara dengan masyarakat umum lainnya, baik dalam hal blogging, internetan, menulis fiksi, membuat tutorial, web mastering dan berbagai pekerjaan yang menyangkut bidang IT lainnya. Bahkan mampu untuk berjualan/marketing produk-produknya dengan memanfaatkan dukungan online lho! Hanya sayangnya, di Indonesia, kemampuan ini masih banyak yang belum menyadarinya. Semoga ke depannya, bersama dengan kiprah Kartunet dan sosialisasi menyeluruh dari semua pihak, akan makin banyak masyarakat awam yang ter-sosialisasikan tentang hal ini, dan tak lagi memandang sebelah mata terhadap para penyandang disabilitas, yang saat ini masih termarjinalkan.

Kembali ke sosok pemuda santun yang kukagumi, Dimas Prasetyo Muharam, yang sukses membuatku terpana menatap jemarinya yang menari gembira di atas keyboard laptopnya, dan mengundang sebongkah besar tanda tanya di hatiku. How does that work? Bagaimana cara Dimas mengetahui apa yang diketiknya? Atau bagaimana cara Dimas bisa membaca tulisan yang ada di layar? Aku sungguh terpana dan takjub! Begitu canggihnya teknologi. Oh, thanks to technology!

Sebuah software bernama Screen Reader, ternyata menjadi senjata andalan kaum tuna netra, dalam mengubah visual mode ke audio mode. Apa yang tertera di layar monitor, kemudian oleh si screen reader  diubah menjadi talking devices [perangkat yang dapat berbicara/audio] sehingga dapat dimengerti oleh teman-teman penyandang disabilitas ini. Again, thanks to technology! Salute!

Dimas [dalam white circle] sedang mengikuti seminar hari pertama ABFI 2013
Ki-ka: Dimas, Blogger Singapore, Alaika, Blogger Myanmar
Saat menyampaikan Kesan dan Pesan dalam acara ABFI 2013
Sungguh, aku terkagum akan Dimas, Kartunet dan teknologi yang kian canggih. Yang ternyata tak hanya bisa dimanfaatkan oleh orang-orang non-disabilitas, namun juga mampu ditaklukkan oleh kaum disabilitas. Sayangnya, hingga detik ini, masih sedikit Dimas-Dimas lain yang concern akan hal ini. Semoga ke depannya, akan semakin banyak teman-teman penyandang disabilitas yang tercerdaskan, terberdayakan dan mampu bersaing dalam kancah globalisasi ini. Tentunya, dengan dua modal utama yang adanya justru di hati masing-masing. Yaitu NIAT dan MAU. Niat dan kemauan untuk menguasai teknologi dalam mencapai kemandirian dan menyokong kehidupan. Seperti yang telah banyak dituliskan oleh Dimas di dalam artikel-artikelnya yang begitu inspiratif.

Well, Sobs, penasaran dengan Dimas Prasetyo Muharam? Silahkan ubek-ubek rumah mayanya, dan temukan artikel-artikel mencengangkan dan inspiratif yang tersaji di sana. Jangan lupa, luangkan juga waktu Sobats untuk bertandang ke Kartunet.com, dan rasakan sendiri kekaguman dan apresiasi yang terpancar dari hati Sobats terhadap kiprah mereka, yang sungguh setara dengan karya kaum non disabilitas!

Check it out at : Dimas P Muharam dan Kartunet Community Indonesia
Twitter: @DimasMuharam

Special Note to Dimas:
Dim, maaf ya, udah ubek-ubek blog kamu dan tanpa ijin mencurahkan kekaguman dan apresiasi saya terhadap kiprahmu dan Kartunet via artikel ini. Salam hangat dan sukses selalu!

Sumber referensi:
http://www.dimas.my.id/
http://kartunet.com
Video-video yang ada pada twitternya Dimas.
Sebuah catatan penuh kekaguman,
Al, Bandung, 13 Juni 2013

Credit 
Pernah merasa sangat marah pada seseorang? Adik, kakak, ayah, ibu, kerabat atau teman? Aku pernah. Berdebat kusir dengan seorang teman, tak berujung, menyisakan kemarahan di hatiku hingga aku bawa berhari-hari. Dia adalah seorang teman dari dunia maya, yang menjalin pertemanan denganku sejak tahun 2007, saat aku masih bekerja di BRR NAD Nias. Masih jelas di ingatanku, cara kami mulai berteman. Berawal dari friendster [masih ada yang ingat nggak ya dengan socmed yang satu ini?]. Berlanjut ke Yahoo Messenger dan kami pun jadi intense berkomunikasi.

Mengaku dirinya seorang karyawan swasta, yang juga bekerja sampingan sebagai Lelaki Penjaja Cinta [Gigolo]. Glek! Terpana aku akan keterusterangannya. Bertanya dia apakah aku tidak keberatan berteman dengan seorang gigolo? Yang kujawab diplomatis, bahwa aku berteman dengan siapa saja, dan berusaha untuk konsisten memproteksi diri untuk tetap pada jalurku sendiri, tanpa harus tercemar or terpengaruh oleh teman-temanku. Padahal, pikiranku sendiri sih udah tertarik banget untuk menjadikannya sebagai nara sumber dalam meng-eksplorasi dunia yang digelutinya itu. Lumayan nih untuk jadi sebuah novel!

Yang membuat kami bertengkar hari itu, [suatu hari di rentang tahun 2009], bukan masalah kehidupannya, tapi menyangkut isu-isu sosial yang sedang terjadi di Aceh kala itu. Yang tak bijak untuk kutuliskan disini. Yang jelas, perdebatan kami, kalimat-kalimat tajamnya, membuat aku meradang. Kuserbu dia dengan kalimat-kalimat yang kuhasilkan dari tarian jemariku yang menggila. Ternyata, saat marah, kecepatan mengetikku bisa dua kali lipat dari biasanya, haha. Dan dia memang memberiku kesempatan untuk menabur kalimat-kalimat pembelaanku terhadap daerah kelahiranku. Aku sendiri heran, bisa-bisanya si gigolo teman ini, menghina daerahku seperti itu. Come on, jika baru melihat kulitnya saja, jangan dulu mengukur isi dalamnya donk! Kenali dulu, teliti, uji/analisa, baru menilai!

Singkat kata, perdebatan kusir yang penuh emosi itu, tak berakhir. Walau satu jam kemudian, dia menelphone, meminta maaf karena percakapan kami via YM tadi, ternyata berhasil membakar emosiku. Dia memang sengaja, ingin menguji kecintaanku pada daerah kelahiranku. Bah!! Sayangnya, aku bukannya terobati oleh permintaan maafnya, tapi makin marah padanya. Siapa dia? Enak saja mau mengujiku! Dan aku memendam segudang rasa dongkol padanya. Hingga berhari-hari. 

Hingga suatu hari, kusadari, 
sebuah sapaan yang biasa menyambutku setiap pagi, 
sudah lama tak hadir lagi. 

Sepucuk kerinduan, mulai hinggap di hati. 
Rasa penasaran mulai menyelimuti. 
Kurasakan emosi yang meninggi itu kini telah terkikis menepi. 

Duhai kamu, kemana dirimu berlalu?
Kuingin kau tau, amarahku tak lagi menggebu
Telah kumaafkan dirimu

Namun, berita dari sahabatku itu, tak pernah lagi ada, Sobs. Friendsternya memang sudah jarang diupdate, karena Socmed yang satu ini sudah mulai ditinggalkan penggunanya, yang beralih ke dua akun ternama lainnya. Namun berita tentangnya, juga tak lagi ada pada dua akun terbaru ini. Hingga suatu ketika, aku mampir lagi kesana, dan melihat banyak berita belasungkawa untuknya. Hiks. Dia telah pergi, tanpa sempat mendengar kata maaf dariku. 

Credit and modified

Never go to sleep angry, because  you never know if you or the person  you are mad at will wake up  the next morning. Always forgive because you never know  you will talk to them again.  Things happen. Get over it. Always forgive . You may not forget but it's better than knowing  you will never get to say sorry or I love you again. ~ Livelifehappy

Sebuah catatan, pembelajaran dalam kehidupan
Al, Bandung, 11 Juni 2013

Credit
Tadinya ga terfikir untuk membuat postingan lanjutan related to my post "Between the Queen and the Princess", namun, chit chat dengan the diamond of my heart, Intan Faradila, dan juga komen serta chit chat dengan beberapa sahabat terkait quote indah berbunyi "Every woman may not be a queen to her husband, but she is always a princess to her father", akhirnya menuntunku untuk menerbitkan postingan berjudul di atas. "Are you Special Enough to Be A Dad?"

Aku memang teramat sangat beruntung diberikan seorang ayah yang penuh kasih, bertanggung jawab, bijaksana dan berjiwa besar seperti ayahku, pak Abdullah. Namun ternyata, aku tak perlu jauh-jauh berkaca kepada orang lain, karena di depan mataku, di dalam lingkup rumah tangga intiku, seorang anak manusia, yang adalah belahan jiwaku sendiri, ternyata dipilih Allah untuk TIDAK beroleh ayah kandung yang senantiasa menjadikannya seorang PRINCESS.

Sejujurnya, teriris hati ini saat putriku mengatakan betapa beruntungnya aku diberikan ayah sebaik ayahku, tidak seperti ayahnya yang tampaknya sama sekali tak peduli padanya. Duh! Ibu mana yang tak akan terdiam, ibu mana yang tak akan menangis mendengarkan keluhan yang seperti ini? Tuhan, kuatkan hati putriku, terangkan hatinya, bahwa dirinya adalah pilihan-Mu yang istimewa, untuk menerima cobaan-Mu. Tentu aku butuh waktu dan uraian bijak untuk menentramkan hatinya yang melo, untuk kembali ke suasana yang damai, penuh semangat dan ceria. Dan Alhamdulillah, Allah memang menganugerahiku seorang putri yang luar biasa, yang begitu mudah aku ajak mengerti, bahwa ritme hidup setiap orang itu berbeda. Ga boleh terlalu lama membanding-bandingkan, karena segala sesuatu pasti ada plus dan minusnya. Jadi ga boleh iri atau cemburu dengan kebahagiaan orang lain. 

Well, aku yakin, Intan tak sendiri. Masih banyak Intan-Intan yang lain yang bernasib serupa. Terbukti dari banyaknya komentar yang masuk melalui jalur pribadi terkait postingan "Between the Queen and the Princess", bahwa tidak semua laki-laki mampu menjadi ayah yang baik. Nun di belantara jagad ini, banyak juga para ayah yang tak mampu menjalankan perannya secara baik dan bertanggung jawab. Banyak sekali ternyata, Sobs. 

Siang ini, sambil istirahat makan siang, sengaja aku browsing sebuah quote yang cocok untuk aku sandingkan pada postingan ini, dan Alhamdulillah, aku menemukan tak hanya sebuah quote, tapi juga lengkap dengan gambar/image yang sangat menggugah hatiku untuk merangkainya menjadi sebuah postingan. Yup, image di atas, adalah yang aku temukan di jagad maya ini, semoga juga mengena di hati para sahabats yang membaca postingan ini yaaa. :)

Any man can be a father, but it takes someone special to be a Dad 
Setiap lelaki bisa saja menjadi seorang ayah, namun, BUTUH lelaki SPESIAL untuk menjadi seorang ayah yang baik

Well, Sobs, postingan ini tak punya maksud tertentu, hanya sebuah tulisan ringan yang dihasilkan oleh kerjasama apik antara pikiran dan jemariku yang menari tiada henti, menyentuh keyboard Macsy dan hasilkan postingan ini. Satu hal yang ingin aku sampaikan, bahwa anak-anak, adalah manusia cilik yang halus sekali perasaannya lho! Mari kita bina mereka, curahkan kasih sayang baginya, penuhi mereka dengan cinta dan bertanggung-jawablah selaku orang tua. 

Teruntuk para sahabatsku yang kaum Adam, mungkin tulisan ini dapat menjadi masukan kecil, untuk mengingatkan diri bahwa, anak-anak kita, sangat ingin lho menunjukkan pada teman-temannya, bahwa dia dilimpahi kasih sayang sepenuhnya dari sang ayah! Bahwa dia memiliki ibu yang penuh cinta, dan ayah yang penuh tanggung jawab. :)

Well, I am not the expert of parenting, semoga tulisan kecil ini mampu memberi manfaat, walau hanya sedikit, ya Sobs! Have a great day! 

catatan kecil, tentang pelajaran kehidupan
Al, Bandung, 7 Juni 2013

credit

Every Woman May Not be Queen to Her Husband, But She is Always a Princess to Her Father, pasti pernah donk dengar kalimat ini?  Tiba-tiba saja jadi pengen nulis tentang untaian kalimat di atas. Tanpa sebab? Ih, ya pasti ada sebabnya lah, Sobs! Postingan yang sebenarnya ga ada tanda-tanda akan ditulis ini, setengahnya bermula di bandara Husen Sastranegara, tadi pagi sih. Saat diriku hendak beranjak meninggalkan bandara, pasca keberangkatan ayah bunda tercinta, yang hendak balik ke Banda Aceh. Nah, saat menuju area parkir, langkahku urung karena alunan panggilan masuk di BBku, membuat aku hentikan langkah sementara waktu. 

Seorang teman karib, nun di Kota Medan, menelphone. Obrolan yang berawal biasa saja, saling sapa, akhirnya berkembang ke arah yang lebih serius dan sendu. Yang membuatku miris, kenapa ya diriku selalu saja menjadi tumpuan teman-teman untuk curhat akan derita batin berumah tangga? Mbok ya sekali-sekali berbagi keharmonisan rumah tangga kek, kayak cerita indah dan harmonisnya rumah tangga Mbak Niken, si bundanya Lahfy itu lho! Kan asyik tuh dengarnya. :)

Namun, kita harus bagaimana lagi jika kehidupan yang kita arungi, ternyata riak dan gelombangnya  lebih dasyat dibanding sahabat atau manusia-manusia lainnya? Harus menyalahkan siapa? Yang pasti, tentu tak mungkin menyalahkan orang lain dunk? Dan sebagai pendengar yang baik, aku hanya bisa diam, memberinya waktu untuk mencurahkan beban batin yang begitu menderu biru. Curhatan yang membuatku miris sebenarnya, dan ingin rasanya menghajar lelaki [si suami sahabatku] itu, hehe. Kok bisa sih Al? Emang kenapa? 

Coba deh, Sobs, siapa yang enggak geram bin geregetan coba, mendengar si suami ini, sering banget membanding-bandingkan istrinya [sahabatku] itu dengan istri sahabatnya yang cantik, yang seksi, yang pinter dandan, yang pinter masak, dan pinter lain-lainnya. Herannya nih, Sobs, masak sih dari sekian 'pinter' yang disebutkan itu, tak dimiliki oleh sang istri? Setauku sih, temanku ini jago masak malah sejak SMP dulu deh, jago dandan? Mungkin kurang, tapi kan bisa dipelajari! Kurang cantik? Iya sih, tapi bukankah kadar kecantikan ini sudah terukur bahkan di saat mereka memutuskan untuk pacaran hingga jadi menikah dulu? Bukankah 'kurang cantik' ini sudah terdeteksi sejak dulu? Dan bukannya muncul saat ini? So why gitu lho! Kenapa baru dipermasalahkan sekarang? 

Yang bikin makin esmosi adalah, si temanku ini, telah berusaha memperbaiki diri, belajar berdandan agar bisa tampil menarik di mata sang suami. Mencoba untuk menyambutnya dengan pakaian yang bersih, dan menarik [walo mungkin tidaklah tampil 'seksi] saat sang suami pulang kerja, menyediakan penganan dan kopi kesukaan sang suami kala telah duduk santai. Eh teteup aja, masih suka dibanding-bandingkan dengan istri orang lain, jika sedikiiiiit saja si istri berbuat kesalahan atau hal yang tidak mengenakkan. Gerem kan jadinya? Ih, mau rasanya kita kemplang tuh kepala suaminya, haha. #Untung bukan kekasih hatiku yang seperti itu. Bisa habis dia, haha.

Posisiku masih lebih banyak mendengarkan, bingung harus menyarankan apa lagi, karena sahabatku sendiri, sebenarnya telah berupaya untuk meminimalisir persengketaan, berupaya berbuat sebaik mungkin, sebisa mungkin agar tidak sampai menimbulkan friksi yang berujung pada kata-kata kasar sang suami. Tak banyak tambahan saran/tips yang bisa aku berikan, hanya saja, satu pesanku, bahwa si temanku itu, harus lebih jeli menakar mood sang suami saat pulang dari kantor. Sebagai istri yang telah belasan tahun mendampingi suaminya, tentu dia hapal donk gimana temperamental dan karakter suaminya. Jadi bisa menakar harus 'memilih' cara 'penyambutan' yang bagaimana saat sang suami ini sampai di rumah sepulang kerja. Karena hal ini juga sangat berpengaruhkan? Dan Alhamdulillahnya, langkah ini, masih kurang menjadi prioritas dalam list of attitude priorities-nya si temanku ini. Sehingga masukan ini, mendapat remark dan semoga saja bisa menjadi salah satu upaya minimalisasi timbulnya perseteruan itu. 

Namun satu hal, yang ingin aku sorot dari percakapan kami, bukanlah isue yang dibawakan oleh sahabatku tadi, melainkan sebuah paragraf penutup yang membuat hatiku tercenung. Sebuah pelajaran kehidupan baru saja dia torehkan, yang menurutku sangat layak untuk di remark dan menjadi pembelajaran bagi kita semua.

"Emang yaaa, kalo dipikir-pikir, suamiku tuh jarang banget bisa melihat kelebihan-kelebihanku, selalu kuraaaaaaangnya aja yang keliatan di matanya. Ga kayak ayahku, beliau selalu saja mampu melihat kelebihan-kelebihanku, dibalik kesalahan-kesalahan yang aku lakukan, selalu saja ada nilai tambah yang bisa digunakan untuk perbaiki kesalahan itu. Emang beda antara ayah dan suami. Aku kangen ayahku, Al!" Dan suara di seberang menjadi begitu sendu, ku tahu persis, temanku ini sedang mengenang kebersamaan dengan sang ayah yang kini telah almarhum. 

Sebuah rasa sendu ikut tertular di sanubariku, tadi pagi, kubaru saja melepas keberangkatan ayahanda dan bunda tercinta. Tapi kini, aku sudah rindu banget! Ijinkan hamba untuk dapat berbakti terlebih dahulu pada kedua bidadari itu ya, Allah, sebelum Engkau panggil mereka kembali ke haribaan-Mu. Aamiin.

Teringat aku akan sebuah quote indah tentang kasih sayang ayah pada anak perempuannya, dan inilah dia, quote favoriteku. Sebuah quote indah yang kuharap dapat menjadi pelipur lara setiap hati yang sedang dirundung duka lara. Semoga juga berkenan di hati Sobats semua yaaaa. 

Every Woman May Not be Queen to Her Husband, But She is Always a Princess to Her Father
Setiap wanita, bisa saja tidak menjadi primadona/ratu bagi suaminya, 

namun dia akan selalu menjadi sang putri [kesayangan] ayahandanya. 

Sebuah catatan pembelajaran kehidupan,
Al, Bandung, 4 Juni 2013 

Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Pesan Google agar Aman nge-Job Review dan tetap Terindeks
  • Manusia Pertama, Manusia Purba atau Nabi Adam ya?
  • It's Me!
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Srikandi Blogger di mataku.
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • Tantangan Para Pengrajin Lokal dan Solusi untuk Memasarkan Hasil Kerajinan Tangan
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes