Antara Bandung dan Jakarta

Aih, udah kayak lagu saja deh ini. Eh itu, mah, antara anyer - Jakarta yak? What ever, tak terasa, sudah sebulan lebih aku pindah tempat tinggal. Tak tanggung-tanggung, setelah Bandung tiga tahunan lebih, kini mau tak mau, aku ikut menambah kemacetan ibu kota. Untungnya, sikon tak mengharuskanku untuk ikut tinggal di ibukota. Cukup pagi hingga sore saja deh, kutambah manusia di seputaran Kuningan, menambah jumlah penumpang komuter dan busway, dan malamnya, menghirup lapangnya udara panas kota Depok. Hehe.

Dan di setiap weekend, herannya, entah magnit apa yang ada di Kota Bandung, hingga membuatku tak pernah merasa lelah untuk segera melarikan Gliv bersama Intan, menuju Bandung tersayang. Sejuknya kota keduaku itu, memang tidaklah lebay jika kujadikan alasan untuk pulang. Juga, yang pasti, kalo pulang ke Bandung sih, aku dan Intan tak akan merasa kelaperan, ada Dijah yang rajin masak dan enak pula masakannya. Haha.., rahasia pun terbongkar. 

Saking seringnya [setiap week end] pulang, aku rasanya udah hapal banget dengan liku-liku tol Cikampek-Purbaleunyi. Rasanya bisa sambil picing mata deh berlari di sana. *Yang ini mah lebay. Ga mungkin lah sambil picing mata. Hehe.

Dan bicara tentang Bandung Jakarta. Jumat malam kemarin, seperti biasa, aku dan Intan segera melajukan Glive menuju Bandung. Niatku sih, selain mengantar Intan untuk liburan di tempat Dijah, juga aku ingin santai-santai sejenak habiskan week end sambil merasakan nikmatnya massage si Bunda Aisyah [nama komersial Dijah] pada tubuhkku yang pegel luar biasa ini. Agenda pun disetting sedemikian rupa. Dan giliranku untuk dimassage adalah pada Minggu pagi jam 8 teng! Etapi, siapa menduga jika di Sabtu malamnya, aku malah mendapat email dari kantor, diminta untuk masuk kerja di Minggu pagi jam 11. Hayyah!

Rencana pun bubar serta merta. Ga mungkin juga minta massage malam Sabtunya, karena kami punya agenda lain di luar rumah. Dan paginya, mau tak mau, aku harus sudah berada di dalam Bus untuk balik ke Depok. Mau pulang bersama Gliv, kok rasanya aku males nyetir sendirian. Dan akhirnya, aku persis setrikaan. Jumat malam berangkat dari Depok menuju Bandung, dan Minggu subuh, sudah di dalam bus menuju Depok. Untungnya arus lalu lintas Minggu ini tak seperti yang kuperkirakan. Kiranya arus balik mudik sudah selesai hingga tak ada kendala bagi bus yang aku tumpangi untuk tiba di depan apartemen yang aku tempati tepat seperti yang kuperkirakan.

Dan, masih seperti setrikaan, jam 11 siang, aku sudah duduk manis di ruang kerjaku. Mengerjakan urgent thing yang mengharuskan aku masuk kantor di hari Minggu ini. Eits, bukan mengeluh, I am happy kok! Namanya juga kerja khaaan? Hidup ini kan pilihan, eikeh milih kerja di sini, berarti eikeh happy donk dengan semua ini. Yes, I am happy with my life. And I can't wait for the week end again. mau balik ke Bandung dan minta dimassage si Bunda Aisyah! Biar awet muda dan fresh! Hehe.

sekedar corat coret,
Al, Margonda Raya, 26 Juli 2015


4 comments

  1. ya beginilah kisah pekerja di metropolitan Jakarta.. selamat menikmati suka-dukanya.. hehehehe

    ReplyDelete
  2. semangat terus mbak walau mondar mandir kay asetrikaan tapi nanti jadi licin kan jalannya :)

    ReplyDelete
  3. Al, Bandung-Jakarta okelah, tapi Bandung Pamulang/Ciputatnya kapaaaan?

    ReplyDelete