Hello From Tehran, Iran
Tak terasa waktu seakan berlari! Cepat banget paginya, padahal mataku masih berat sekali untuk diajak bekerjasama, melek dan bersiap-siap untuk perjalanan selanjutnya. Iya, ngnatuk banget masih! Perjalanan dari Belarus ke Istanbul yang hanya memakan waktu 2,5 jam, kok rasanya menghasilkan rasa lelah dan ngantuk yang luar biasa ya? Padahal kan cuma duduk manis saja di pesawat, malahan aku sempat tidur hingga 2 jam tuh di atas sana. :D Tapi kok iya ngantuk ini tetap masih memberati pelupuk mata untuk mulai menyambut pagi.
Ah iya, jelas saja dunk aku ngantuk banget, gegaranya tak lain dan tak bukan, ya karena segelas kopi cappuchion buatan Belarus itu! Yang bikin aku jadi begadang semalaman setelahnya.
Penerbangan ke Tehran, Iran, pagi ini dijadwalkan oleh Turkish Airline tepat pada pukul 10 waktu Istanbul, artinya pukul 7.30 pagi kami udah harus check out dari rumah menuju bandara Ataturk donk. And here we are! Ataturk airport tepat pada pukul 8.35 menit. Layaknya penerbangan international, apalagi di luar negeri yang udah pada canggih, maka prosedur untuk masuk airportnya pun udah lebih maju [ribet] dibandingkan di tanah air. Urusan check in, clear, no problem at all. Lanjut ke bagian imigrasi [passport control], antri yang tidak begitu rame [mungkin karena masih penerbangan pagi], dan sebuah stempel keluar [cikis] dari istanbul pun kembali menempel dengan manis di samping stempel tanda masuk [giris] yang baru saja nempel di sana tadi malam. Kedua stempel ini kini duduk manis, mendampingi visa on arrival yang baru saja dibeli tadi malam saat memasuki istanbul dari Belarus. Ini kali kedua beli visa Turki. Yang pertama usianya sekitar 8 hari, kadaluarsa karena kami meninggalkan Turki menuju Belarus. Dan kemarin malam, Visa Turki kedua, menjadi penghuni salah satu halaman passportku begitu kami kembali masuk ke Turki. Sayangnya, usia visa ini kurang dari 24 jam, karena pagi ini kami sudah meninggalkan Turki menuju Iran. Dua puluh lima dolar Amrik hanya untuk semalam. Hehe.
Beres urusan pengesahan passport, berikutnya yang sering bikin sebal adalah justru proses melintasi gate/pintu masuk ke waiting roomnya. Nah, di scanning gate ini lah yang sering bikin para penumpang 'sebel', karena harus balik lagi dan mengulangi proses scanning gate jika si pintu ini berbunyi.
Itu pula yang bikin aku males untuk mengenakan ikat pinggang jika akan naik pesawat terutama keluar negeri. Mengapa? Karena untuk passing/melintasi scanning gate, kita diminta untuk menanggalkan benda-benda metal seperti jam tangan, tali pinggang, accesoris yang terbuat dari metal dan memasukkannya ke dalam sebuah baki yang disediakan, lalu si baki masuk ke screeening belt sementara kita melintas di scanning gate. Ada pemandangan menarik yang sedikit bikin mata segar nih sebenarnya pada proses ini di Istanbul dan Belarus, Sobs. Negeri yang kaum Adamnya tampan2 ini, bikin mata jadi segar deh melihat aksi mereka melepaskan tali pinggang, memasukkannya ke dalam baki, begitu juga saat mengenakannya kemballi. Hahaha. Oops! Eits, boleh donk cuci mata. Hihi.
Well, kali ini, walau aku sudah menanggalkan jam tangan, melepaskan gelang indah yang melingkar di lengan, mengeluarkan laptop, handphone dan tablet, eh tetap aja si scanning gate menjerit saat aku melintas. Ih, nyebelin deh kamu,gate! Si petugas Turki nan tampan mempesona, dengan sopan berkata 'Madam, please take your shoes off.'
Maka aku pun balik lagi ke tempat awal, membuka sepatu dan menempatkannya di baki khusus untuk sepatu, lalu dengan santai melintasi kembali si scanning gate. Kali ini dia diam, dan aku lolos melintas. Eh ternyata, scanning gate juga menjerit saat ayah melintas, dan akhirnya Ayah juga harus membuka sepatunya. Aman. Lalu penumpang berikutnya, ternyata tertular juga, tapi kali ini membuat kami [aku] yang sedang menanti Ayah, dapat pemandangan yang menyegarkan mata lagi dunk. "Menyaksikan kaum Adam Turki dan orang-orang asing nan tampan itu membuka dan memakai sepatu mereka kembali. Hahaha.
Sebuah proses yang tidak dapat diminimalisir sih, dan karenanya, harus dicamkan diingatan nih, Sobs untuk berada di bandara jauh sebelum waktu keberangkatan, karena hal-hal seperti ini biasanya mencuri banyak waktu kita kan?
Well, lanjut ke waiting room, yang menurut papan display, kami kebagian gate numbe 205. Tapi membuatku jadi ragu begitu sampai di sana. Banyak sekali wanita cantik berwajah Arabia/Iranian gitu di sana, tapi pakaian mereka ini lho, celana jeans dengan kaos seksi bahkan backless! Apa ga salah nih? Pasti kita salah nih, Ndri, mungkin yang tujuan ke Tehran telah pindah gate. Check lagi gih!
"Nggak Kak, tuh lihat di display, masih 205 gate menuju Tehran. Jangan heran, orang Iran begitu tuh. Simpan dulu rasa heran Kakak, you will be more surprise when we landed.!"
Adikku sukses menanam sebuah rasa penasaran di hatiku, dan membuatku tak sabar untuk segera landed. Padahal terbang saja belum ini! Hihi.
Kuperhatikan diam-diam wajah-wajah cantik itu. Berpasangan dengan suami yang tampan, mereka-mereka ini adalah pasangan yang sangat sempurna. Betapa Allah menganugerahkan rupa dan fisik yang sempurna bagi mereka. Sungguh membuat mata jadi segar menatap mereka. Namun satu yang membuat imageku berubah. Selama ini, aku membayangkan orang Iran yang berpakaian muslimah. Tapi itu kan hak mereka ya, Sobs? Mungkin juga di negerinya, orang-orang berpakaian muslimah sejati, seperti yang sering kita saksikan di televisi atau dengar di berita-berita.
Aku kebagian kursi berdampingan dengan sepasang suami istri Iran yang tiada henti ngobrol sejak mulai berangkat sampai landed. Bukan, bukan ngobrol denganku, tapi ngobrol berdua donk, dalam bahasa Parsi yang jelas aku ga ngerti sama sekali. Hihi. Yang menarik perhatianku, wanita ini sama sekali tidak berpakaian muslim, padahal mau turun di Iran. Sebuah negeri yang kabarnya kaum wanita dikurung atau mengurung dirinya? di dalam jubah hitam panjang! Tapi, lagi-lagi, ity adalah urusan mereka toh? Hihi.
Tiba waktunya landed, dan saatnya bersiap untuk turun. Di sinilah apa yang dikatakan adikku tadi bereaksi. Yeah, I am so surprised! Kebetulan aku duduk di kursi dekat gang, jadi berkesempatan untuk bisa bebas berdiri bahkan keluar lebih dulu. Tapi aku memilih untuk berdiri dan melihat-lihat sekitar. Para wanita berpakaian seksi tadi, kini telah berubah! Bukan jadi satria baja hitam lho! Tapi telah memakai jubah/mantel dan menutup kepalanya, ada yang dengan selembar selendang saja, ada yang membungkus ala jilbab Arabia. Wow! Begini rupanya.
Keherananku masih berlanjut ketika aku ke toilet. Tujuanku bukan untuk pipis, tapi hanya sekedar ingin lihat toilet di Iran itu gimana. Hihi.
Dan di sini, aku berkesempatanan 'menonton' dua wanita berpakaian seksi [entah dari penerbangan mana], sedang berganti kostum. Kaos ketatnya kini dilapisi jubah hitam panjang dan lebar. Praktis banget malah untuk menyembunyikan seorang anak kecil malah di dalamnya, haha. Dan kemudian, mereka pun melenggang dengan santainya. Begini rupanya. Begini rupanya. Hatiku pun manggut-manggut. Hihi. Dan aku sepakat banget, bahwa segala sesuatu itu memang harus dari hati. Bahkan konstitusi [hukum/syariah] pun, tak akan mampu mengikat warganya untuk senantiasa tunduk dan patuh untuk melakukannya. Mereka hanya akan taat di kala masih berada di wilayah hukum yang bumi yang dipijak, namun begitu berada di luar area itu, ya begitu deh! Jilbab pun terbang lepas, jubah masuk tas, dan jadilah wanita-wanita seksi yang mencuri pandang siapa pun. :)
Segala sesuatu memang harus dari hati. Juga berjilbab sih, aku sendiri dulu juga begitu. Bahkan syariah tak mampu mengikatku untuk berhijab, namun tiba-tiba saja, kala hidayah itu mampir, Alhamdulillah, justru saat berada di luar wilayah hukum syariah, aku terpanggil untuk berhijab. Yah, semoga saja bisa komit untuk terus ke depannya, ya Sobs. Aamiin.
Back to the topic. Tehran, Iran, di sinilah kami sekarang. Sesuai arrangement pihak agency, kami disediakan sebuah taksi untuk menjemput ke bandara, sebuah apartemen hotel, seorang guide dan sebuah mobil rental untuk 3 hari wisata di Iran ini. Dan saat menulis postingan ini, terpaksa via email, karena ternyata, bukan hanya FB, Twitter dan aneka Social Media lainnya yang di blokir di negerinya Ayatullah Khomeini ini, tapi untuk masuk ke Blogger.com pun kagak bisa, cuy! Hiks. Mati gaya deh kayaknya ini, ga bisa update status di FB dan Twitter, haha.
Well, Sobats tercinta, sementara sekian dulu deh updatenya, mau istirahat sebentar charging energi, baru nanti jalan-jalan deh. Oya, temperatur udara berkisar antara 41 derajat celcius menurut yang terpampang di speedometer taksi tadi. Ampun deh. See you on the next post yaaa.
NB: untuk sementara, postingan 'all about tsunami' terpaksa delay dulu ya, Sobs, ga bisa akses blogger.com soalnya.
Saleum,
Al, Tehran, 4 Agustus 2013
Related Post;
IRAN
Ke Makam Ayatullah Khomeini yuk!
Hazrat Fatimah Masyumah Shrine
Iran, si Negeri Syiah Sejati
Yuk Main ke Iran
Fenomena Operasi Plastik di Iran
Kulit Luar Syiah, Tehran - Qom
Turkey
Sensasi Lebaran di Negeri Orang - Turkey
Tradisi Unik Memuliakan Tamu di Turkey
Related Post;
IRAN
Ke Makam Ayatullah Khomeini yuk!
Hazrat Fatimah Masyumah Shrine
Iran, si Negeri Syiah Sejati
Yuk Main ke Iran
Fenomena Operasi Plastik di Iran
Kulit Luar Syiah, Tehran - Qom
Turkey
Sensasi Lebaran di Negeri Orang - Turkey
Tradisi Unik Memuliakan Tamu di Turkey
18 comments
Oooh, begitu rupanya.
ReplyDeleteSetuju mbak Al. Segalanya memang yang utama adalah dari niat kita. meskipun perlu diingat bahwa hidayah itu harus kita kejar, bukan ditunggu datangnya.
Wuih, udara disitu panas sekali suhunya, sampai 41 derajat celcius. Kalau melihat pemblokiran disana, rasanya bersyukur deh tinggal di Indonesia. Bebas dan mudah sekali mengakses semuanya.
Ditunggu pengalaman jalan-jalan 3 hari dengan guidenya.
wah, banyak kepura-puraan yang terjadi ya kak. di.aceh pun.demikian. baru.naik bus kurnia ke medan, jilbabpun melayang. ah dunia
ReplyDeletehehe saya udah tau cerita ttg itu cut kak, memang sangat mengejutkan bagi yg baru mengetahuinya :), di tunggu cerita selanjutnya :)
ReplyDeleteahahahhaha...bagaimana dg kelakuan para prianya ?? kita tunggu laporan selanjutnya. Ahaaak!
ReplyDeletemoduus banget itu yah ka, jadi nurutny cuman sama pemerintah aja..hmm
ReplyDeleteseru deh kaa bacanya, jadi tauu juga tuh yg pengecekan dibandara se-ribet itu, belum pernah soalny :D jadiii tau deh skg..
Kyaaa lg jalan2 ke Iran. Jarang2 tuh jln ke iran. Kebanyakan cuma istanbul aja. Seru ceritanya makasih mba Al ceritanyaaa
ReplyDeletehihihi,,,
ReplyDeleteternyata seperti itu yo mbak.. kostum disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di masing-masing daerah.. hehee..
ditunggu kabar lanjutannya mbak :-D
Keren Ceritanya makk....
ReplyDeleteblogger.com di block juga kah mbak disana?
ReplyDeleteAaaa pengen ke iran jg...
ReplyDeleteasik banget kak :(
Welaah, gak boleh bersepatu juga. Hahahha. MAdaaaaam2, gimana tuh? Nyekerkah?
ReplyDeleteSalut dengan Iran.Untung akses email masih bisa ya, Mba. :)
setuju, Mbak. Segala sesuatu itu harus dengan hati melakukannya :)
ReplyDeleteOww...begitu toh, aku sempat dengar kabar soal begini, dan sekarang makin tau setelah baca kabar darimu, mak. Baiklah, semoga hati kita benar2 bersih karena Allah Ta'ala.
ReplyDeleteWeleh2, suprise bener itu. Kirain cuma disini doang, yang ada oknum begitu. Ternyata disana juga ada.
ReplyDeleteSmoga qta tetap istiqomah dgn jilbab ya, Mak. ^^
Weleh2, suprise bener itu. Kirain cuma disini doang, yang ada oknum begitu. Ternyata disana juga ada.
ReplyDeleteSmoga qta tetap istiqomah dgn jilbab ya, Mak. ^^
Waaahhh brarti emg beneran di negerinya harus yak, karena suka liat yg model backless, berjemur pake bikini hyahahah, sampai akhirnya kl denget di iran harus ketutup lsg protess masak sihhhhh kok tetangga2 saat tinggal di daerah deket universiti malaya ngga begitu hahaha, n itu membuat betah nongkrong di balkon liat ke arah kolam renang
ReplyDeleteketawa baca yang di scanning gate :D
ReplyDeleteCerita tentang wanita2 arab yang berseksi ria itu memang udah sering aku dengar, tapi kayaknya kalau kita melihatnya sendiri pasti beda ya, mbakkk... dan soal jilbab, betul banget. Hijabnitu harus dari hati, harus sadar bahwa hijab itu hubungannya dengan Sang Khalik, bukan dengan pemerintah...hehehee....thank you ceritanya, mbakkk...semoga aku juga bisa menginjakkan kaki di sana...
ReplyDelete