![]() |
sumber gambar dari sini |
Judul Buku : Cerita di Balik Noda
42 kisah inspirasi jiwa
42 kisah inspirasi jiwa
ISBN/EAN: 9789799105257 / 9789799105257
Pengarang: Fira Basuki
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Terbit: 14 Februari 2013
Pages: 248
Berat: 231 gram
Dimensi(mm): 135 x 200
Kategori: Fiksi
Hidup semakin kaya, ketika kita bersentuhan dengan ‘noda’
Itulah kalimat yang langsung membuat aku mengangguk setuju, saat mataku membaca baris demi baris yang tertera di halaman 12, paragraf keenam, buku terbarunya Fira Basuki, Cerita Di Balik Noda. Sebuah buku yang memuat 42 kisah inspiratif bagi jiwa para pembacanya.
Fira menulis ulang 38 cerita para ibu Indonesia, peserta lomba menulis bertema 'Cerita di Balik Noda', yang diadakan oleh Rinso Indonesia melalui Facebook. Sementara 4 cerita lainnya adalah merupakan kisah yang ditulis sendiri oleh Fira Basuki, terinspirasi dari sosok-sosok yang bersinggungan dengan 'cerita di balik noda', baik itu dari hubungan pekerja dan bos, kakak-beradik, suami-istri, dan lainnya.
Tak dapat dipungkiri, ke 42 cerita tersebut tersaji dalam sebuah bacaan [buku] dengan gaya bahasa 'ringan dicerna' dan pastinya sukses membuat mata basah oleh riak yang mengambang di setiap sudutnya, HARU. Begitu banyak bahan pembelajaran yang tersaji, dari hal/kisah sederhana yang selama ini terlewati dengan begitu saja. Bahwa, pembelajaran dalam kehidupan, dapat kita peroleh dari berbagai sumber, bahkan dari anak-anak sekali pun.
Seperti kisah favoritku, yang tersaji dalam kemasan berjudul 'Teman Sejati', halaman 227. Menceritakan tentang Arga, seorang anak laki-laki yang ramah, baik hati dan memiliki 'kedewasaan' sikap yang patut diacungi jempol. Bahkan patut ditiru oleh orang dewasa sekali pun. Kisah ini mulai menghangat, kala kompleks perumahan di mana Arga dan orang tuanya tinggal, kedatangan penghuni baru, berupa sebuah keluarga dengan seorang anak perempuan yang cacat mental. Kondisi anak perempuan mereka inilah yang jadi pergunjingan para ibu di kompleks perumahan tersebut. Tak hanya menggunjingkan, namun para ibu bahkan mencoba untuk mempengaruhi ibunya Arga, untuk menganjurkan Arga, memboikot Azha, si anak perempuan yang 'sakit' tersebut.
Tentu saja ibunya Arga tidak termakan oleh hasutan ini, namun juga belum 'berani' untuk terang-terangan bersikap 'tidak menyetujui' cara pandang dan sikap para ibu di lingkungan mereka itu. Jalan tengah yang diambil ibu Arga, adalah diam. Tidak menentang, tidak juga mengiyakan.
Arga sendiri, yang memang berhati lembut dan penyayang, tetap bersikap baik dan ramah bahkan menjadi dewa pelindung bagi Azha. Bersikap sabar kala Azha, tanpa mengerti akan tindakannya itu, mencorat coret baju, atau malah mematahkan ujung-ujung pensil milik Arga. Juga dengan rela hati dan kesatria, menjadi dewa penolong bagi Azha, kala suatu hari, teman-temannya mencoba 'menganiaya' Azha.
Dengan sigap dan gagah berani, Arga melarang teman-temannya memukul Azha, hingga akhirnya sebagai pelarian dari 'tidak jadi' memukul, teman-teman Arga itu, akhirnya merampas tas sekolah milik Azha dan melemparkannya ke selokan. Tentu saja, si anak malang, Azha, menangis sesunggukan. Arga dengan sigap, langsung turun dan mencoba mengambil tas yang telah terjerembab di dalam selokan itu.
Aksi itu, tentu membuahkan noda kotor pada sekujur tubuh Arga, membuatnya terlihat kumuh, bau dan jelas mengagetkan ibunya, yang baru saja datang menjemputnya pulang sekolah. Namun, ibu mana yang akan marah begitu mengetahui penyebab noda itu adalah demi sebuah kebaikan? Bahwa anaknya berani kotor seperti itu adalah demi sebuah perlindungan dan kepahlawanan? Hari itu, dirinya pun sepakat, bahwa berani kotor itu baik.
Di sinilah, sang ibu mulai muncul keberaniannya untuk menunjukkan sikap. Belajar dari Arga, putranya yang masih duduk di Sekolah Dasar, sang ibu, mulai 'ber-orasi'.
“Ibu-ibu lihat, kan. Apa salah Azha? Apa salah orangtua Azha? Mereka semua, terutama Azha, adalah manusia juga seperti kita. Orangtua Azha menyekolahkan Azha di sini karena keinginan mereka agar anaknya bisa senormal mungkin,” ujarnya lantang.
Sungguh di luar dugaan, aksinya itu malah menuai tepuk tangan dari para guru yang hadir di lokasi kejadian, dan menular kepada seluruh orang tua murid yang juga sedang menjemput anak-anak mereka. Bahkan ada yang saking 'tersadar'nya, malah meneteskan airmata. Hari itu, Tuhan menitipkan sebuah pembelajaran bagi mereka, melalui seorang anak kecil bernama Arga.
Orang tua mana sih yang senang apalagi bahagia memiliki anak yang cacat, baik fisik maupun mentalnya? Tidak ada kan? Semua kita, tentu berharap, beroleh buah hati yang sempurna. Lalu, haruskah kita berunjuk rasa pada Tuhan, jika mendapatkan cobaan demikian? Dan haruskah, manusia lainnya, yang ada di sekitarnya, justru mencemooh, menghujat atau menghakiminya?
Seperti kata Fira, 'Hidup itu seperti baju kotor. Ketika noda dihilangkan dengan mencucinya bersih-bersih, kita ibarat telah memasuki hidup baru, masa depan baru, dan harapan baru. Selalu ada hikmah di dalam sepercik “noda”. Marilah belajar menarik hikmah dari setiap kejadian, marilah belajar dari setitik noda.
Well, Sobats, ingin menemukan hikmah pembelajaran lainnya? Silahkan baca buku Cerita Di Balik Noda dan temukan 41 kisah lainnya yang tak kalah menginspirasi.
Penasaran dengan sang penulisnya? Yuk lihat fotonya dibawah ini yuk. :)
Tertarik untuk ikutan ngereview buku ini? Yuk mampir di sini untuk dapatkan informasi selengkapnya. :)

Fira menulis ulang 38 cerita para ibu Indonesia, peserta lomba menulis bertema 'Cerita di Balik Noda', yang diadakan oleh Rinso Indonesia melalui Facebook. Sementara 4 cerita lainnya adalah merupakan kisah yang ditulis sendiri oleh Fira Basuki, terinspirasi dari sosok-sosok yang bersinggungan dengan 'cerita di balik noda', baik itu dari hubungan pekerja dan bos, kakak-beradik, suami-istri, dan lainnya.
Tak dapat dipungkiri, ke 42 cerita tersebut tersaji dalam sebuah bacaan [buku] dengan gaya bahasa 'ringan dicerna' dan pastinya sukses membuat mata basah oleh riak yang mengambang di setiap sudutnya, HARU. Begitu banyak bahan pembelajaran yang tersaji, dari hal/kisah sederhana yang selama ini terlewati dengan begitu saja. Bahwa, pembelajaran dalam kehidupan, dapat kita peroleh dari berbagai sumber, bahkan dari anak-anak sekali pun.
[Betapa anak-anak adalah sumber kebijaksanaan hidup, yang tak pernah kering jika kita mau melihatnya dengan cinta. Kenakalan mereka adalah kilau emas, dan kepolosan mereka adalah mentari pagi yang menghangatkan jiwa.] dikutip dari sini
Seperti kisah favoritku, yang tersaji dalam kemasan berjudul 'Teman Sejati', halaman 227. Menceritakan tentang Arga, seorang anak laki-laki yang ramah, baik hati dan memiliki 'kedewasaan' sikap yang patut diacungi jempol. Bahkan patut ditiru oleh orang dewasa sekali pun. Kisah ini mulai menghangat, kala kompleks perumahan di mana Arga dan orang tuanya tinggal, kedatangan penghuni baru, berupa sebuah keluarga dengan seorang anak perempuan yang cacat mental. Kondisi anak perempuan mereka inilah yang jadi pergunjingan para ibu di kompleks perumahan tersebut. Tak hanya menggunjingkan, namun para ibu bahkan mencoba untuk mempengaruhi ibunya Arga, untuk menganjurkan Arga, memboikot Azha, si anak perempuan yang 'sakit' tersebut.
Tentu saja ibunya Arga tidak termakan oleh hasutan ini, namun juga belum 'berani' untuk terang-terangan bersikap 'tidak menyetujui' cara pandang dan sikap para ibu di lingkungan mereka itu. Jalan tengah yang diambil ibu Arga, adalah diam. Tidak menentang, tidak juga mengiyakan.
Arga sendiri, yang memang berhati lembut dan penyayang, tetap bersikap baik dan ramah bahkan menjadi dewa pelindung bagi Azha. Bersikap sabar kala Azha, tanpa mengerti akan tindakannya itu, mencorat coret baju, atau malah mematahkan ujung-ujung pensil milik Arga. Juga dengan rela hati dan kesatria, menjadi dewa penolong bagi Azha, kala suatu hari, teman-temannya mencoba 'menganiaya' Azha.
Dengan sigap dan gagah berani, Arga melarang teman-temannya memukul Azha, hingga akhirnya sebagai pelarian dari 'tidak jadi' memukul, teman-teman Arga itu, akhirnya merampas tas sekolah milik Azha dan melemparkannya ke selokan. Tentu saja, si anak malang, Azha, menangis sesunggukan. Arga dengan sigap, langsung turun dan mencoba mengambil tas yang telah terjerembab di dalam selokan itu.
Aksi itu, tentu membuahkan noda kotor pada sekujur tubuh Arga, membuatnya terlihat kumuh, bau dan jelas mengagetkan ibunya, yang baru saja datang menjemputnya pulang sekolah. Namun, ibu mana yang akan marah begitu mengetahui penyebab noda itu adalah demi sebuah kebaikan? Bahwa anaknya berani kotor seperti itu adalah demi sebuah perlindungan dan kepahlawanan? Hari itu, dirinya pun sepakat, bahwa berani kotor itu baik.
Di sinilah, sang ibu mulai muncul keberaniannya untuk menunjukkan sikap. Belajar dari Arga, putranya yang masih duduk di Sekolah Dasar, sang ibu, mulai 'ber-orasi'.
“Ibu-ibu lihat, kan. Apa salah Azha? Apa salah orangtua Azha? Mereka semua, terutama Azha, adalah manusia juga seperti kita. Orangtua Azha menyekolahkan Azha di sini karena keinginan mereka agar anaknya bisa senormal mungkin,” ujarnya lantang.
Sungguh di luar dugaan, aksinya itu malah menuai tepuk tangan dari para guru yang hadir di lokasi kejadian, dan menular kepada seluruh orang tua murid yang juga sedang menjemput anak-anak mereka. Bahkan ada yang saking 'tersadar'nya, malah meneteskan airmata. Hari itu, Tuhan menitipkan sebuah pembelajaran bagi mereka, melalui seorang anak kecil bernama Arga.
Orang tua mana sih yang senang apalagi bahagia memiliki anak yang cacat, baik fisik maupun mentalnya? Tidak ada kan? Semua kita, tentu berharap, beroleh buah hati yang sempurna. Lalu, haruskah kita berunjuk rasa pada Tuhan, jika mendapatkan cobaan demikian? Dan haruskah, manusia lainnya, yang ada di sekitarnya, justru mencemooh, menghujat atau menghakiminya?
Seperti kata Fira, 'Hidup itu seperti baju kotor. Ketika noda dihilangkan dengan mencucinya bersih-bersih, kita ibarat telah memasuki hidup baru, masa depan baru, dan harapan baru. Selalu ada hikmah di dalam sepercik “noda”. Marilah belajar menarik hikmah dari setiap kejadian, marilah belajar dari setitik noda.
Well, Sobats, ingin menemukan hikmah pembelajaran lainnya? Silahkan baca buku Cerita Di Balik Noda dan temukan 41 kisah lainnya yang tak kalah menginspirasi.
Penasaran dengan sang penulisnya? Yuk lihat fotonya dibawah ini yuk. :)
![]() |
Sumber Foto dari sini |
35 comments
haduhhhh ini keren juga aku makin melipirrr
ReplyDeleteyeayy pertama koment yah ? :P
Hihi, Mak Hana bisa aja dweh, piawai bikin senang sahabat2nya deh. :D
DeleteMakasih ya, Mak.
uwahhh...keren mbk,saya suka cerita2nya...plg suka sarung ayah :D
ReplyDeleteSaya awalnya juga suka banget dengan cerita 'sarung ayah' tapi karena banyak yang menyoroti tentang cerita itu, saya beralih ke kisah lain yang tak kalah menginspirasi, tentang pembelajaran akan kearifan hidup, yang dicontohkan oleh seorang anak kecil lainnya. :)
DeleteSemua kisah yang ada di buku ini memang menarik dan inspiring ya, Mak? :
terharu dg si kecil arga... bukunya benar2 menginspirasi bnyk org
ReplyDeleteIyaaa. bener banget. :)
Deletekerrrreeeeen mba Al ku inih
ReplyDeleteHehe, makasih, Mak. :)
Deletetak bisa berkata-kata,MANTAPPPP
ReplyDeleteHihih, jadi malu deh membaca kata MANTAPPP nya. :P
Deletebaguss.. asli duh pengen juga beli bukunya :)
ReplyDeleteYup, memang ini buku bagus banget lho, inspiring. Ayo, segera cari di toko buku mba. :)
Deleteemang buku ini bikin meleleh deh.. smangaad mbak ikut lombanya ^.^ makin banyak saingann nih :D smoga juri gag puyeng hihihih
ReplyDeleteHe eh mba, keren banget emang nih buku. HihI, yuk semangat yuk. :)
Deletekunjungan perdana mbak :) sambil baca2
ReplyDeletevisit n koment back y dblogq :)
skalian follow ya nanti ak folback
Makasih atas kunjungannya mas. Iya, pasti dikunjungi balik. :) Ok.
Deleteaku melipir ah, saingannya Mbak Al :) Good luck ya mbak
ReplyDeletehaha, Mba Lidya ini piye toh? Mlipir nopo? Hihi, emang aku mengerikan yak? :P
Deletekok seru ya ... tengok tah ...
ReplyDeleteiya lho, Mas, emang seru abis deh. Ayo sana tengok. :)
Deletebaru baca separuh, tapi memang berkesan. ringan, tidak mengguri ketika bercerita.
ReplyDeletegudlak mbak al :)
He eh, emang buku bagus. :). Makasih Miss Rochma. :)
DeleteDibalik tingkah anak tersirat pelajaran bagi orang tua untuk lebih bijaksana. Malah jadi pengen baca bukunya langsung kak. Wah blognya dah ringan nih kak.
ReplyDeleteIya, Mas Yitno, ayo baca bukunya, penuh inspirasi lho.
DeleteSyukur deh jika blog ini udah kerasa jauh lebih ringan. :)
wah mak....empat jempol untukmu..draft sayah jadi ga pede saya publish....#ngacir dulu ah cari wangsit
ReplyDeleteHaha, Emak ini bisa aja deh. Membuat saya malu nih. :)
DeleteWuaaaah sampe Mba Al ikutan juga. awalnya mau ikutan tapi ngelihat contendernya pada gawat semua bagusnya jadi keder...
ReplyDeleteHaha, kamu emang paling bisa deh, Dan. Review biasa gini aja kok. :D
Deleteuntung udah bikin, ga jadi mlipiiirr, menciuutt..
ReplyDelete#sengaja komennya pas aku dah publish xixiix..
emang detaik banget mbayu ku niy
sukses ya ngontesnya :D
Hahaha, langsung ngakak deh baca komenmu, Nchie. :P
Deletesukses jg untukmu ya diajeng geulis. :)
reviewnya keren banget :)
ReplyDeleteMakasih, Mba Nathali. :)
DeleteDiskriminasi msh sering terjadi yah mbak, terutama kpd anak2 istimewa... Entah deh mbak di sekolah vania yg dibawah yayasan kak seto, ada loh dua anak spesial... Dan mereka bisa aja itu, nanganinnya... Gak pernah denger ada masalah...
ReplyDeleteMudah2an smakin bnyk anak dan dewasa yg belajar mjd,, spt Arga... :-)
Kisah2nya bagus2 yah mbak... Ah jd pengennnn...
Mbak Alaika, makasih ya kiriman pdfnya.
ReplyDeleteLega juga bisa ikut partisipasi.
Salah satu review yang menarik tentang buku ini. Great!
ReplyDelete