Langit kelam masih temaram
Awan gelap masih menghitam
Butiran bening kan melesat tajam
Bagai ribuan jarum yang siap menghunjam
Hidup ini terasa hampa
Cobaan datang tak henda mereda
Beginikah nasib kami dimasa tua
Beroleh anak yang jadi durhaka?
Duhai Engkau Ilahi Rabbi
Bantu kami lipurkan diri
Sudahi cobaan ini..
Bebaskan kami dari deraan hati
Wahai engkau putra tersayang
Sehatkah kamu sekarang?
Ayah bahagia kamu datang
Walau hanya dalam impian
Awan gelap masih menghitam
Butiran bening kan melesat tajam
Bagai ribuan jarum yang siap menghunjam
Hidup ini terasa hampa
Cobaan datang tak henda mereda
Beginikah nasib kami dimasa tua
Beroleh anak yang jadi durhaka?
Duhai Engkau Ilahi Rabbi
Bantu kami lipurkan diri
Sudahi cobaan ini..
Bebaskan kami dari deraan hati
Wahai engkau putra tersayang
Sehatkah kamu sekarang?
Ayah bahagia kamu datang
Walau hanya dalam impian
Tapi mengapa kamu menangis anakku?
Mengapa kamu minta dibantu?
Apa maksud semua itu?
Adakah itu pesan tertentu?
Katakan nak
Bagaimana kabarmu?
Apa yang dapat ayah bantu?
Al, Bandung, 3 Februari 2013
5 comments
terlena bacanya nih..
ReplyDeletePuisi tentang kerinduan dan kecemasan orang tua.
ReplyDeleteanak yang dirindukan dan anak yang 'melupakan' orang tua...
ReplyDeletedi masa tua rasanya ingin selalu dekat dg anak2nya ya mbak tapi terkadang ada saja hal2 yang tak terduga yang justru membuat hubungan itu merenggang.
BTW puisinya bikin sedih...
Anak terkadang lupa dengan orang tuanya ketika sudah besar. Semoga kita senantiasa tetap ingat dengan kedua orang tua kita. Karena mereka sangat berjasa atas adanya kita di dunia ini.
ReplyDeletekangen ortu di kampung -_-
ReplyDelete