My Virtual Corner
  • Home
  • Meet Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Category
    • Motivation
    • Traveling
    • Parenting
    • Lifestyle
    • Review
    • Tips
    • Beauty
      • Inner Beauty
      • Outer Beauty
Desa Pulot, Aceh, 6 bulan setelah tsunami
Foto koleksi pribadi
It's called Humanitarian Worker. Sobats pernah mendengar dua kata tersebut? Iya, humanitarian worker alias pekerja kemanusiaan. Atau malah Sobats sendiri sudah tak asing lagi dengan profesi yang satu ini? Aku sendiri baru mulai menaruh perhatian dan mulai familiar dengan profesi yang satu ini tepatnya pada masa-masa tsunami Aceh, Desember 2004 yang lalu. Sebuah profesi yang sama sekali tak pernah terfikirkan apalagi ter-impikan, mengingat backgroundku adalah seorang sarjana teknik kimia alias chemical engineer. Impian terbesarku kala itu adalah bekerja pada bidang yang tak jauh-jauh dari ijazah dan ilmu yang aku peroleh pada saat menimba ilmu dunk, pastinya.

Namun, siapa coba yang sanggup menolak saat kita berhadapan dengan wajah-wajah nelangsa penuh derita, dari para korban dan survivor bencana gempa bumi yang berbuah gelombang maut bernama tsunami itu? Wajah-wajah pilu, meringis menahan sakit akibat cidera atau malah terluka parah oleh hantaman reruntuhan dan gelombang, atau wajah sendu kelabu dari orang-orang yang telah kehilangan ayah-ibu, anak-istri/suami, sanak saudara juga handai tolan itu? Aku sungguh ga tega, deh, Sobs!

Adalah bukan kebetulan jika sejak 27 Desember 2004, aku dan ayahnya Intan sudah berada di Banda Aceh. Mencari kabar ayah dan ibu serta Khai, adik bungsuku adalah satu-satunya alasan. Aku ingin secara langsung memastikan bahwa mereka bertiga baik-baik saja. Namun anak mana yang tak akan tumpah air matanya, mendapati rumah ayah ibunya telah porak poranda, perabotan telah rubuh dan centang perenang, belum lagi beberapa bangkai ikan bandeng yang terbawa gelombang, justru bergelimpangan di dalam rumah, sementara yang dicari sama sekali tak terlihat jejaknya? Hadeuh, kemana Ayah dan Ibuku, ya Allah? Adakah mereka baik-baik saja?

Alhamdulillahnya, kami berhasil menemukan ayah dan ibu serta adikku di pengungsian, tepat pada hari ketujuh pencarian, tepat pula di tahun baru, sehingga wajar banget kan kalo aku menganggapnya sebagai hadiah terindah yang Allah berikan padaku di 1 Januari 2005. Alhamdulillah, ya Allah, Ayah dan bunda serta adikku telah Engkau lindungi sedemikian rupa. Terlebih puji syukurku kepada-Mu, yang telah menjaga dan tetap memberikan berkah hidup bagi Ayah, yang telah terseret dan diumbang-ambing gelombang sedemikian dasyatnya.

Bergabung dengan sebuah Medical International NGO

Banda Aceh kala itu penuh dengan aneka paras wajah. Mulai dari orang-orang yang bermata biru berambut pirang, hingga ke wanita dan pria berkulit hitam legam berambut keriting. Tak ketinggalan pula wanita/pria bermata sipit berkulit kuning, atau wanita/pria berhidung mancung bermata indah ala Turkiye atau Timur Tengah, semua turut serta mengulurkan bantuan, bahu membahu membantu para korban bencana. Dan, Sobs? Aku sungguh beruntung hadir di sana pada masa itu. Tak hanya menjadi saksi sejarah menyatunya manusia-manusia dari berbagai ras dan bangsa, berbagai agama dan bahasa, yang tunduk dan bersatu di bawah satu bendera universal bernama Kemanusiaan/humanity. Keberuntunganku ditambah pula dengan terbukanya kesempatan bagiku untuk bisa bergabung dan turut andil di dalam gerakan kemanusiaan ini. Oh My God! Alhamdulillah.

Terus gimana caranya sampai bisa bergabung di NGO ini, Al? 

Hm, semuanya mengalir begitu saja sih. Ga ada niatan sama sekali untuk mencari pekerjaan, mengingat aku sendiri akan masuk ke kantor baru, di Medan, pada awal Januari 2005. Jadi, setelah urusan membantu ayah dan ibu beres, aku tuh suka main-main ke rumah sakit untuk melihat perkembangan. Atau terkadang main ke area-area lainnya sekedar memantau proses tanggap darurat yang sedang berlangsung itu. Hingga suatu hari, saat sedang main ke rumah sakit, mataku menangkap seorang pasien [nenek tua] yang sepertinya kesulitan berkomunikasi pada sang dokternya.

Sebenarnya, bukan nenek itu saja yang kesulitan sih, pak dokter berambut pirang itu juga sepertinya sulit mengerti bahasa sang nenek. Kudekati dan tawarkan bantuan in case they need a translation support. Dan bener saja, ya enggak nyambung dunk ah! Si nenek berbahasa Aceh dan si dokter berbahasa Inggris! OhmaiGod! Haha.

Pak dokter langsung happy dunk dengan kedatanganku. Selain cakep ini anak bakalan ngebantu banget nih, pikirnya. *Yaelah, kamu pede sekaleee, Alaika! Haha.
Kumulai dengan 'anything I can do to help, Sir?' yang langsung dijawab dengan girang dan mohon translation support. Maka mulailah aku berbahasa Aceh ke si nenek, dan mengubahnya ke English untuk si dokter. Menjembatani komunikasi keduanya hingga pak dokter tuntas memberi pengobatan. Setelah sang nenek, kemudian aku juga lanjut translasi untuk pasien-pasien lainnya, hingga aku sendiri keasyikan dan lupa waktu. Anehnya, ada sensasi happy luar biasa di relung hati. Entahlah, serasa bahagia gitu, deh, Sobs! Padahal kalo diukur, bantuan yang aku ulurkan hanya berupa translasi, menerjemahkan, menjembatani komunikasi dua arah saja. Tak lebih tak kurang. Tapi kok rasa bahagia ini luar biasa adanya. Apalagi saat melihat senyuman manis para pasien. Duh, its like gimanaaaa gituh!

Sore harinya, saat aku akan pamit, selain berterima kasih berulang-ulang, pak dokter dan dua dokter wanita lainnya, dengan serius mengajakku untuk bergabung di NGO mereka. Sebuah International NGO asal Portland, Amerika Serikat, berbendera Northwest Medical Team International [kini bernama Medical Team International], yang bergerak [spesialisasi] di bidang emergency response alias tanggap darurat bencana. Kaget dengan tawaran ini? Ho oh! Habis, aku sama sekali ga menduga lho bakalan ditawarin untuk bergabung. Tanpa pikir panjang lagi, apalagi memikirkan kantor dan pekerjaan baru yang telah menanti di Medan sana, anehnya, aku langsung nggih dengan tawaran ini. Langsung YES, walo awalnya ragu, kan daku ga punya bekal ilmu kedokteran atau kesehatan?

Namun mereka meyakinkanku bahwa bekerja di dalam bidang emergency response ini, yang paling dibutuhkan adalah orang-orang yang memang tulus berniat untuk urun tangan memberikan bantuan terhadap korban bencana. Gelar dan bidang ilmu, itu mengikuti dari belakang. Lagi pula, Medical NGO ini bergerak di dua sektor, yaitu pemulihan/bantuan dalam bidang medis, juga bantuan pemulihan jiwa yang dilakukan dalam bentuk trauma healing. Ketiganya menjelaskan padaku, bahwa para field coordinator nantinya akan dibekali terlebih dahulu ilmu-ilmu dasar trauma healing dan counseling, sehingga akan nyambung nanti saat mendampingi para counselor mereka [dari Portland] di lapangan. Dan, bereslah kalo begitu. Aku langsung excited dunk! Kapan lagi dapat ilmu gratis langsung dari pakarnya [expatriate pula], dan sambil beramal pulak. Aih, itu mah, eikeh pengen banget, cyiiin!

Dan sebuah resignation letter pun melayanglah ke kantor baruku, kantor di mana aku belum sempat sehari pun bekerja di sana. Kususun kalimat sedemikian rupa, mencoba meraih simpati dan pembenaran diri agar pengunduran diri ini bisa diterima. Kutekankan bahwa, bencana dasyat ini, dan apa yang aku saksikan langsung di tanah bencana ini, sungguh membuat diriku tak mampu untuk menolak panggilan jiwa, untuk turut serta mengulurkan bantuan dalam proses emergency response ini. Disertai permohonan maaf dan pengertian sebesar-besarnya dari supervisorku, aku mengundurkan diri dan berharap dimengerti. Karena ini bukan masalah profit oriented, tapi masalah panggilan kemanusiaan.

Alhamdulillahnya, bosku sangat mengerti dan menerima pengunduran diriku berikut support agar segala sesuatu di Aceh segera bisa membaik. Tak hanya itu, bahkan kantor ini mengirimkan donasi dari dompet CSR mereka untuk turut bantu masyarakat Aceh via aku, untuk segera aku salurkan ke yang berhak. Sungguh sebuah jalan keluar yang indah.


Humanitarian Worker, What a lovely-happy work!

Dan..., mulailah aku berkecimpung dengan dunia kemanusiaan ini. Menjadi seorang humanitarian worker. Sebuah dunia baru yang tadinya aku kira, murni volunter alias sukarela [baca: tidak digaji, cuma dikasih makan, penginapan dan sedikit uang saku gitu deh, hehe]. Namun ternyata, Sobs, bayarannya pake rate dolar lho! Oh my God. Aku ternganga saat menangani kontrak kerja, karena the salary i got was 5 kali gaji di mana aku baru saja mengundurkan diri. Oh Tuhan, mimpikah ini?
Namun, tentu bukan karena gaji yang tinggi itu, lantas kami berlomba-lomba untuk bekerja di NGO [International], karena siapa pun yang berada di tanah bencana masa itu, aku yakin, akan dengan rela hati mengerjakan apa saja untuk membantu para korban bencana, walau TIDAK dibayar SEPESER pun. Bendera universal bernama project kemanusiaan ini, menurutku, adalah sebuah bendera yang tidak mengenal pamrih, kecuali bagi mereka yang sudah tidak lagi berhati nurani.

Karena memang, pernah ditemukan kasus di lapangan, di mana banyak mayat yang jari manisnya terputus, gegara ada oknum relawan yang tega memutuskan jari korban/mayat hanya untuk mengambil cincin emas yang melingkar di jari manis itu. Hiks..

Well, back to my humanity work, sungguh sebuah dunia baru yang menghadirkan kebahagiaan. Selain mendapatkan ilmu baru, aku mendapatkan banyak sekali pengalaman baru. Pengalaman KKN masa kuliah dulu, ternyata kini berfungsi maksimal. Ilmu berinteraksi dengan masyarakat pedesaan, dan bagaimaan melakukan pendekatan kepada masyarakat yang sedang tertimpa bencana, dan bagaimana memancing mereka agar feel free to *curhat tentang derita batin mereka, sehingga para counselor bisa memberikan bantuan agar bisa pulihkan trauma mereka, sungguh tidak mudah. Penuh tantangan, karena masyarakat Asia, Indonesia dan Aceh khususnya, adalah masyarakat yang masih memegang teguh pada prinsip 'menjaga rahasia' dan 'menceritakan keluh kesah jiwa' pada orang asing adalah sama dengan membongkar aib sendiri.

Karenanya, aku mengusulkan untuk melakukan pendekatan khusus kepada mereka, dengan mengadakan kegiatan-kegiatan PKK untuk ibu-ibunya, dan belajar serta bermain bagi anak-anaknya. Untuk bapak-bapaknya, sengaja kami menempuh pengajian di malam Jumat, seraya menyisipkan materi 'bincang-bincang paska bencana' setelah pengajian itu. Berbagai trik kami coba untuk meraih kepercayaan masyarakat yang sedang sensitif dan nelangsa ini, hingga akhirnya, berhasil juga kami menjalankan project trauma healing ini. Para korban, kemudian dengan kesadaran sendiri, datang untuk berkonsultasi, bercerita secara terbuka, dan mohon untuk dibantu. Alhamdulillah. It worked well!


Sembari menjalankan proses trauma healing, aku kemudian diserahi tugas untuk menggawangi sebuah project yang dinamakan 'parenting program', yang Alhamdulillahnya, setelah browsing sana sini, belajar dan kaji sana sini, berhasil juga kami implementasikan di 6 desa, kecamatan Leupung, Aceh Besar. Again, Alhamdulillah atas kesempatan ini, ya Allah. Bertambah ilmuku, bertambah pula wawasanku, dan tentu saja, dompet juga semakin terisi. Hehe.

Emergency response atau masa tanggap darurat berakhir dan beralih ke masa development. Walo spesialisasi di bidang emergency response, namun Medical Team International memutuskan untuk tetap mengawal proses rehab-rekon Aceh dan Nias paska bencana ini, karena dana yang diplot untuk bantuan tsunami Aceh-Nias ini masih tersisa banyak [mulai dari masyarakat Amerika, anak-anak , gereja dan berbagai sektor lainnya yang menyumbang ke NGO ini, terus mengalir dananya]. Jadilah kami mulai menyusun program, yang tentu saja tidak boleh jauh-jauh dari koridor/framework NGO ini. Dan aku serta seorang sejawat lainnya, dipilih untuk ikutan dalam menentukan program yang cocok serta daerah yang pas untuk kami bekerja.

Kami memilih kepulauan Nias dan sebuah kabupaten di Aceh untuk coverage working area kami. Kenapa memilih Nias? Karena kebanyakan NGO International lebih senang bekerja di Aceh yang secara geografik lebih gampang diakses dan lebih mudah dibanding kehidupan dan akses ke Nias, yang adalah sebuah kepulauan terpencil. Kami melakukan need assessment dilanjut dengan project design di sana, dan kemudian project plan ini siap untuk dilaksanakan, tentu saja setelah berkoordinasi [sowan dan pamit masuk] dengan para pejabat di kepulauan ini. Namun, aku terpaksa menolak tawaran bosku, untuk menggawangi project di Kecamatan Lolowau - Nias  Selatan ini. Bukan apa-apa sih, Sobs! Kepulauan terpencil ini, mayoritasnya non muslim, penuh dengan magic, dan hewan yang satu ini [baca: babi] berkeliaran di mana saja. Bahkan digendong oleh penduduk, dan kemudian si penduduk dengan santainya menyalami kita selaku tamu. Hadeuh. *pengalaman pribadi.

Belum lagi kesulitan di dalam mencari makanan halal. Huft, dua bulan di Nias, aku jadi neg banget dengan yang namanya mie instant! Hehe. Oreo, Timtam, dan biskuit sejenis juga sudah tak lagi menarik minatku, saking terlalu sering bersentuhan dengan lidahku. Haha.

Kami melakukan recruitment process untuk mencari orang-orang berkompeten untuk melaksanakan project ini. Baru setelah itu, aku mengundurkan diri. Meanwhile, sambil ikutan membantu recruitment process itu, aku sendiri juga apply sana sini dunk, mencari pekerjaan baru di tanah kelahiran. Iya, aku masih ingin di Aceh. Alhamdulillah, sebuah panggilan kerja dari BRR NAD-Nias, hadir dan memintaku untuk datang interview. Lamaranku kesana, untuk posisi apa saja, ternyata bersambut. Aku ditawarkan untuk menjadi personal assistant-nya Chief of Operation-nya BRR, yaitu PAnya Pak Eddy Purwanto! Wow! Ga nyangka banget. Dan lebih ga nyangka lagi, bisa bekerja di bawah kepemimpinan Pak Kuntoro Mangku Subroto, si bos yang begitu low profile, sederhana dan penuh ide kreatif dalam membangun Aceh dan Nias. Subhanallah.


Foto koleksi pribadi
Kiri ke Kanan : Ibu Ratna dari GTZ, Pak Kuntoro, Aku, dan Almarhum Ibu Arsyiah Arsyad


Dari bidang medical, kini aku pindah ke multi sektor.
BRR NAD - Nias adalah badan yang dibentuk oleh Presiden [masa itu Bapak SBY] dan menerima amanat untuk membangun kembali dan juga mengelola dana rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias pasca tsunami 2004. Dan kami melaksanakan dan mengelola berbagai proyek, mulai dari sektor perumahan, perekonomian masyarakat, agama sosial budaya, pemberdayaan perempuan, hubungan donor dan beberapa kedeputian lainnya. Sungguh, bergabung di badan raksasa ini, menambah wawasan dan ilmu baru bagiku.

BRR diberi masa 4 tahun untuk proses rehab-rekon ini, dan pada saat masa tugas ini berakhir, tentu kami bahagia menyaksikan banyak sekali progress gemilang yang kami capai di Aceh dan Nias. Namun selaku pekerja per project, tentu saja ini berarti bahwa kami harus mencari pekerjaan lagi. Hehe, nasib humanitarian worker ya beginih, Sobs!

Dan aku diterima di Handicap International, sebuah International NGO asal Perancis yang fokus di bidang pemberdayaan para penyandang cacat. Bekerja di sini, sungguh membuka mataku. Betapa selama ini aku 'lupa' akan mereka yang tidak beruntung ini, dan bergabung di sini, aku seakan diingatkan untuk segera membenarkan langkah. Sayangnya, aku tak sempat berkecimpung lama di sini, hanya sempat delapan bulan dengan posisi terakhir manager untuk project rehabilitation yang bekerjasama dengan para dokter, bidan dan perawat-perawat di rumah-sakit rumah sakit.

Kok ga bertahan lama? Kenapa, Al?

Karena, aku ga tahan dengan sebuah godaan, Sobs! Lamaranku ke UNDP [United Nation Development Program], yang aku sendiri telah lupa kapan applynya, ternyata diterima. Aku dipanggil untuk bekerja di sana. Awalnya, aku menolaknya, karena ga enak rasanya meninggalkan tanggung jawabku di sini. Bahkan awalnya, aku tidak tergiur oleh tawaran gaji yang adalah beberapa kali lipat dari gajiku di Handicap International.
Tapi telefon langsung dari orang HRD UNDP yang seakan tak percaya aku menolak tawaran ini, akhirnya membuatku berubah pikiran. Masukan darinya, bahwa 'tidak gampang lho, Mba untuk masuk ke lingkungan UN, Mbak yakin menolaknya?' Akhirnya membuatku minta waktu. Aku shalat istikharah untuk mohon bantuan Allah. Akhirnya, tedeeeng! Aku pilih UNDP! Haha... Kapan lagi khaaan?

Jadilah aku mengundurkan diri secara langsung ke Matteo, bossku yang Italiano itu. Kuceritakan apa adanya, dan kalimat pamungkasku, if you were me, what will you do, Matteo? Dan olala, bosku ini dengan spontan menjawab, it's about opportunity, and I will take this one while it is still available. But, you have to stay here until you get the new person to replace you!

Dan, tentu saja aku harus bertanggung jawab seperti yang diminta Matteo. Kami membuka lowongan untuk mencari penggantiku, dan kepada UNDP aku minta waktu untuk mulai bekerja di sana bulan depannya. Deal. Alhamdulillah, Allah memudahkan jalan bagiku untuk terus menambah pengalaman dan pengetahuan. Sungguh, bekerja sebagai pekerja kemanusiaan itu sesuatuh, pake bingits, lho!

Lalu, apakah sekarang ini aku masih bekerja di UNDP?
Tidak lagi donk. Kan project yang kami tangani di Aceh sudah selesai. Dan aku sementara ini sedang belajar dan beralih ke minat lain nih, Sobs! Ingin bisa eksis dan sukses di dunia online. Sebuah dunia yang juga tak kalah menarik dibandingkan dengan dunia humanity itu sendiri.
Selaras pula dengan hobby menulisku yang mendarah daging, melalui beberapa blogku yang telah dengan setia menjadi tempat pelarian jika sedang stress oleh pekerjaan, kini aku semakin yakin, bahwa blogging and online work, adalah pintu lain bagiku meraih kebahagiaan.

Wow! Tulisan ini sudah panjang lebar, semoga Sobats tak bosan membacanya yaaa. Dan semoga ada manfaat yang terpancar dari tulisan ini, yang aku tulis khusus dalam rangka mengikuti tantangan dari Teh Ani Berta. Beliau menantang kami, the member of Fun Blogging Group untuk sharing pengalaman kerja/ilmu yang kiranya dapat kami bagi untuk para pembaca setia kami, ya kalian, Sobs!
So, semoga bermanfaat yaaa!
sekedar sharing, 
pengalaman berkecimpung di dunia kemanusiaan
Al, Bandung, 5 Februari 2015
Beli OPPO F ind 5 Mini di blanja.com

Kehilangan dua hape sekaligus, jelas bikin hati miris dan galau. Bagaimana tidak, seperti yang pernah aku urai di postingan sebelumnya, baik si Onyx maupun Oppie [OPPO Find 5 mini] sangatlah berarti bagiku. Selain menyimpan begitu banyak contact number, sudah pasti juga menyimpan begitu banyak data penting yang aku benamkan di dalam memori-nya, baik internal mau pun external. Dan, siapa yang ga ingin menangis keras saat kedua hape tersayang itu, lenyap dari pegangan, hanya karena satu faktor, yaitu LUPA. Yup, hanya empat huruf, namun efeknya sungguh luar biasa.

Bayangan rekening tergerus [baca: terkuras] jelas telah berdiri tegak di depan mata. Mau tidak mau, aku harus menyiapkan budget untuk membeli penggantinya. Duh, mana sedang banyak keperluan lagi. *ngintip isi rekening, dan ngelus dada. Perih jenderal! Hanya karena LUPA, hiks. 

Harus segera beli hape pengganti, dan naluriku sulit dibujuk untuk move on ke lain hati smartphone deh! Untuk versi android, hati kecil ini terus menalukan nama OPPO, dengan versi yang persis sama dengan yang sudah pergi hilang. Sementara untuk Onyx, aku tidak mengharuskan pengganti yang sama sih. Cukuplah sebuah hape yang bisa telefon dan sms-an aja, tapi untuk versi smartphone, OPPO Find 5 mini tampaknya tak dapat ditawar apalagi dibujuk lagi. Harus bisa beli OPPO Find 5 mini, lagih. Aih, Al, kenapa sih suka banget dengan OPPO? Dan mengapa harus Find 5 mini? Kan banyak OPPO versi lainnya yang tak kalah keren? 


oppo alaika
beli OPPO di blanja.com ah!
Eits, belum tahu ya kalo OPPO Find 5 mini itu kameranya ciamik banget. Untuk kelas menengah yang pada awalnya dibandrol seharga Rp. 3.799.000,- rasanya kameranya itu udah lebih dari super keren deh. Jernih, bening, dan fokus! Dan kabarnya, nih, Sobs, OPPO sedang ada cashback yang ga tanggung-tanggung lho!

Cashback alias diskon senilai satu jutaan! Ajigile aja khaaan? Maka, tak ingin kulewatkan selentingan itu. Kuharapkan sepenuh hati bahwa kabar angin itu benar adanya. Bahwa beli OPPO Find 5 mini saat ini bisa digaet pada harga 2,799 juta [jika cashback 1 juta].

Dan, tanpa ingin berlama-lama lagi, segera kutarikan jemariku di atas keyboard, mengunjungi sebuah situs e-commerce bernama blanja.com yang namanya sering menjadi buah bibir saking terkenalnya akan kemudahan berbelanja di sana. Langsung kuarahkan pencarian ke opsi gadget -> smartphone -> android. Lalu kuketik kata kunci 'OPPO Find 5 mini' pada kolom search. Dan taraaaa!

Oh My God, benar adanya. OPPO Find 5 idaman turun harga. Signifikan pake bingits, deh! Dari Rp. 3,799 juta [saat aku beli Oppie dulu], kini hape cantik itu cukup ditebus dengan 2,799 juta rupiah. Amboi..., mana boleh kulewatkan kesempatan emas ini. Besok-besok, bisa keburu naik harga deh, sementara benda ini memang sedang teramat sangat aku butuhkan. 

Maka, segeralah aku melakukan proses transaksi seperti lazimnya yang kita lakukan saat melakukan transaksi online. Order, transfer [bisa via rekening BCA, Permata dan Mandiri] dan konfirmasi pembayaran, seraya memastikan alamat pengiriman barang agar tidak nyasar. Mudah, praktis dan tinggal tunggu deh OPPO Find 5 mininya sampai ke tangan. Duh, ga sabar ih ingin segera ngutak atik si OPPO Find 5 mini baru. Aku kasih nama siapa ya nanti kalo udah sampai? Ah, kayaknya Oppie lagi deh namanya. :) Oya, sobats juga sedang cari hape atau ingin belanja online? Coba deh ditilik-tilik online shop yang satu ini.

senangnya belanja di blanja[dot]com
Al, Bandung, 28 Januari 2015


Suatu malam di Rest Area 57 Weis, membaca judul postingannya, pasti udah ngebayangin yang serem-serem yak? Hehe. Ngga kok..., ini adalah program seseruan gegara diriku tiba-tiba merasa jenuh aja dengan beban kehidupan ini. Hayyah..., Alaika bisa jenuh? Ya bisalah! Kan eikeh juga manusia biasa, bukan wonder woman, Sobs! 

Ceritanya nih, setelah berbagai keruwetan harian yang beberapa bulan ini melanda, ditambah pula dengan kehilangan dua hape tersayang seperti yang sebelumnya aku posting di Ketika Musibah Menghampiri, tiba-tiba kok aku ngerasa bosen yak? Pengen ngunjungi Intan di dormitory-nya terus ngajakin dia nginep di guest house Presiden University, tapi anaknya sendiri [Intan] malah sedang ada gathering di Pantai Anyer, mulai dari Jumat pagi ke Minggu siang. Hadeuh! 

Kalo di Aceh sih, jika mengalami masa-masa jenuh seperti ini, biasanya aku suka driving alone menyusuri jalanan mulus Banda Aceh - Sigli, yang berjarak 2 jam driving. Melewati rute gunung Seulawah yang berlika-liku itu, memberikan nuansa happy tersendiri bagiku, sih. Berduaan dengan Gliv [Grand Livina tersayang] sungguh bikin adem, nyaman dan tenang. Ada rasa damai yang aku sendiri sering heran deh, Sobs! Kan Gliv itu benda mati. Tapi kok rasanya begitu menyatu dengan jiwaku. Bahkan, terkadang aku bisa seperti orang sakit jiwa lho, masak bicara pada Gliv seperti bicara pada Intan, haha.

Dan, di Bandung ini? Kemana aku harus driving alone? Jenuh euy! Driving di dalam kota Bandung, jelas ga akan memberikan keasyikan apalagi bikin happy. Macet, jalanannya sempit, penuh pula oleh berbagai kendaraan, baik roda dua maupun lebih. Huft. Etapi, kenapa ga coba main-main di tol ajah? Nah! Itu baru ide apik, tuh, Al! Main ke Jakarta, driving alone, dan kalo perlu nyobain nginep di mobil! Seru itu, mah! 

Dan, tanpa perlu berpikir ulang dan ulang, aku pun menyiapkan diri. Cukup bawa seperangkat alat shalat hayyah, kayak mas kawin di sinetron2 ajah, seperangkat toiletris, seperangkat simple kosmetik yang biasa menemani, sepasang underware [atas bawah], sepotong jaket dan sehelai selimut. Sengaja ga bawa baju ganti, takut tergoda untuk stay lebih lama di jalanan. Hehe. Dan, meluncurlah aku bersama Gliv. Baru akan beranjak, eh ada telepon masuk dari Dijah, yang mungkin karena insting tajamnya merasakan aku hendak 'melarikan diri'. Dia pun minta ikut. Ya sudah, tapi dari awal aku sudah katakan bahwa aku ingin hangout dan bermalam di jalanan. No motel apalagi hotel. Dan no problem with her. Dia manut. Okelah kalo begitu. Dan kami pun meluncur.

Driving santai, dengan lebih banyak berdiam diri, karena aku sengaja memintanya untuk tidur saja dan membiarkan aku berdua saja dengan Gliv. Aku ingin menikmati jalanan. Yang sayangnya, baru driving 1,5 jam, eh kami sudah tiba di Jababeka, tempat kuliah dan tinggalnya Intan. Ya ampun, tanpa sadar, fikiranku mengarahkanku kesini. Begitu rindunya aku pada putri tercinta, yang aku tau persis bahwa dirinya tak ada di sini, tapi aku ngotot untuk hadir di sini. Melihat dan muter-muter di area tempat tinggalnya saja pun cukuplah bagiku. Cukup membuatku tenang, dan mampu meyakinkan hatiku bahwa anakku akan baik-baik saja. Dasar emak yaaa? 

Parkir mobil di sekitaran kampusnya Intan, menikmati gerahnya udara Jababeka sekitar dua jam-an, akhirnya kami memutuskan untuk cari tempat for dinner. Ya, biasa, agar sepaket dengan tema jalan-jalan ini, kami pun cari kuliner yang ngampar alias kaki lima gituh. Dan nemu penjual soto madura yang berjualan sekomplek dengan sebuah SPBU, berdampingan dengan indomaret yang lumayan besar di sebelahnya. Sambil makan, aku sudah mikir untuk bermalam saja di sini. Toh ini SPBU 24 jam, dan merupakan jalan lintas orang-orang yang hendak ke Cirebon. Jadi parkir dan tidur di dalam Gliv, di area ini pasti lah aman. Selain itu, aku pasti akan mendapatkan banyak bahan untuk ditulis dengan mengamati aktivitas malam di sekitar sini nih.

Namun, sekitaran jam 11-an malam, feelingku kok ga enak ya? Melihat segerombolan lelaki yang nongkrong di dekat warung soto madura ituh. Hm, sepertinya ga aman deh kalo 'nginep' di sini. Harus cari lapak baru nih! Hehe. Kutanyakan pada Dijah akan feelingnya. Ealah, nih cewek malah ngajakin nyari hotel ajah. "Kita cari hotel murah aja yuk, kak, aku takut!"
What? Cari hotel? Takut? Weleh weleh! Bisa mentah donk agenda eikeh kalo akhirnya nginep juga di hotel. Ga ada istimewanya lagi dunk, ah!

Jelas aku menolak dunk. Dijah malah merengek. Ga, boleh! Aku ga mau. Kan niat awal tadi aku ingin 'mengembara'. Menikmati malam hari dengan nginep di jalanan. Ya, walau di dalam mobil, tapi di jalanan, gituh! Kuputar arah Gliv, dan kami meluncur keluar dari Jababeka. Menuju tol dan mengarah ke Bandung. Dijah jadi ga enak hati. "Kak, jangan marah donk. Ayo kita cari mesjid deh kalo kakak ga mau nginep di hotel. Jangan ke Bandung. Aku ga mau kakak jadi hilang mood gini."

Aku diem sambil terus saja mengemudi. Kulirik arloji di tangan kiriku, jarum panjangnya telah menunjuk ke angka 11.45 menit, kalo kupacu Gliv lanjut ke Bandung, palingan kami akan keluar dari exit tol Buah Batu sekitar jam 2.30 an dini hari, mengingat hari mulai hujan, pasti ga bisa ngebut deh. Dan sungguh tak elok meluncur pulang ke kosan pada dini hari buta seperti itu kan? Ntar dikira ibu kost, aku ini wanita apaan pulang sampai dini hari begituh? Ah, tidak. Ga boleh. Lagi pula, harus komit dengan niat awal dunk. Aku kan ingin seseruan dan nginep di jalanan. Seperti pengalaman beberapa teman yang melakukan perjalanan lintas Sumatera atau lintas Jawa menuju Bali. Cerita seru mereka, yang setiap bertemu dengan 'malam' maka mereka akan stop untuk istirahat di polres, mesjid atau SPBU, baru paginya melanjutkan perjalanan kembali, begitu menarik hatiku untuk mencobanya. Dan kali ini, aku sedang memulai tahap kecilnya. Masak harus mentah begitu saja? Gliv terus meluncur sembari aku terus berpikir.

Dan saat melihat pamplet 'Rest Area 57' 1 km lagi, sekelebat cahaya terang pun menyinari pikiran. Yes, nginep di rest area ini aja deh! Pasti aman. 24 jam, dan pasti akan banyak mobil-mobil lain yang parkir dan nginep juga. Kami pun meluncur masuk, perlahan. Gliv melaju dengan lembut.
Yes, kuparkirkan Gliv tepat di dekat mesjid cantik yang ada di area rest area ini. Mesjid yang bersebelahan dengan toiletnya yang juga bersih. Tak jauh dari area ini juga ada alfamart dan CFC. Cocok lah ini. Dan, destinasi pertama yang kami tuju adalah toilet. Hehe. Lalu cuci muka, wudhu dan menuju mesjid untuk shalat Isya. Baru setelahnya, rasa ngantuk mulai menyerang. Kuambil selimut dari tas bawaan, dan langsung deh kami merebahkan kursi depan Gliv, menguasainya satu seorang, kiri kanan, dan lelap hingga esok paginya. Dan..., aku bahkan tak sempat mengamati alam sekitar dan suasana malamnya yang hendak aku tulis ituh, Sobs! Haha.

Keesokan paginya, Dijah yang duluan bangun. Kebelet pipis dan membangunkanku untuk shalat Subuh. Setelahnya, kami malah lanjut tiduran lagi di kursi Gliv yang masih rebah. Hingga kemudian terbangun sendiri oleh cahaya matahari yang menerpa dedaunan dari pohon besar di depan Gliv, dan menerobos hingga ke dalam Gliv dan menyilaukan mata. Ya ampun, sudah jam 9. Pantes saja Pak Satpam bolak balik ke dekat kami, tapi sungkan menyapa. Penasaran, ini mobil BL [Aceh] hendak kemana? Kok cuma berisi dua wanita cantik tanpa pengawal? Hendak kemana? Mungkin itulah yang ada di fikirannya. Aku tak begitu peduli, setidaknya saat terjaga itu, karena wajah saja belum dibasuh kok udah hendak beramah tamah dengan alam sekitar sih, hehe.

Barulah setelah cuci muka, gosok gigi dan dandan alakadarnya, kami mendekati si Pak Satpam, yang tak jauh-jauh dari Gliv. Kusapa dengan sopan dan mulai bercerita. Beliau dengan memohon maaf, bertanya kami hendak kemana. Kukatakan saja bahwa kami hendak ke Bali, baru dari Lampung, makanya lelah, dan terpaksa menginap sebentar di SPBU ini. Hihi. *Ngibul wae ih!
Si pak Satpam terlihat kagum. Wah, mbak-mbak ini pemberani sekali. "Ok, Mba, silakan sarapan dulu sebelum lanjut perjalanannya. Hati-hati nanti di perjalanan yaaa."

Dan kami pun sarapan di CFC seraya nonton lanjutan 7 manusia harimau di youtube, sambil sarapan the fried chickennya CFC. Asyik dan santai. Ke Bali? Nanti donk, ga perlu buru-buru toh? Kan kapan ketemu 'malam' tinggal singgah dan nginep di tempat yang aman, seperti kantor polisi, mesjid atau SPBU. Hihi. Ternyata, Sobs! Seru pisan euy!

sekedar sharing,
Al, Bandung, 27 Januari 2015





Source : pinteres.com
Kala Musibah Menghampiri, bagi sebagian orang pastinya bikin mewek. Tak bisa dipungkiri, sudah pasti, nuansa kelabu alias galau pastinya mengisi hati. Dan bagiku, kehilangan benda yang biasanya selalu dalam genggaman, sudah termasuk ke dalam salah satu kejadian yang bikin hati miris dan galau. Gimana enggak coba, Sobs! Baru aja main ke Borma Riung, Bandung, untuk beli charger for my ipad, eh aku sudah disamperin oleh musibah dengan cara yang sembrono! LUPA! Ya, gara-gara lupa, Sobs!

Jadi ceritanya gini, di meja counter elektronik, aku minta si petugas untuk memilihkan salah satu charger yang pas untuk ipadku. Nah, udah pasti harus di-tes-kan? Maka, aku buka tas deh, ambil ipad untuk ngetest kabel/chargernya. Sebelum ngeluarin ipad, dengan santai aku keluarin lebih dulu dompet HP. Itu lho, dompet yang telah sekian lama setia menampung dua HP kesayangan. Nah, aku taruh deh itu dompet di sisi kiriku, di atas meja counter elektroniknya Borma. Lalu dengan santai aku mencoba si charger. Sama sekali ga curiga jika gerakan santai meletakkan dompet HP di sisi kiri itu adalah awal dari malapetaka itu. Hiks. Beres ngetes si charger dan klop, aku serahkan deh charger ke si petugas untuk dibawa ke kasa, dan aku pun melenggang santai tanpa prasangka meninggalkan counter itu. Masih sempat wara wiri lihat-lihat kertas isi ulang untuk binder yang sudah butuh di tambah lagi kertasnya. Feelingku yang biasanya tajam, masih saja tenang, damai.

Belanja ini itu, masih juga tenang, hingga bayar-bayar di kasir pun lancar, lalu melangkah santailah aku keluar dari Borma, dan nyetop angkot untuk pulang ke rumah. Semua masih terasa damai, hingga kemudian, sesampai di rumah, telingaku menyadari akan sesuatu. Yap. Dari tadi tuh kok sepertinya sepi-sepi aja ya? Ga ada bunyi notif sama sekali? Ga mungkin aja dari sekian banyak akun yang aktif di Oppie [my OPPO Find 5 mini], sama sekali ga ada yang bunyi. Begitu juga Oryx [my Onyx Berry], tumben diem amat, tak satu pun yang menelefon?

My Lovely Oppie and Oryx
Trims untuk pengabdian kalian yaaa. Hiks..
Barulah feelingku tersentak! Oh My God! No no no! Jangan sampai! Ingatanku langsung teringat pada posisi di mana aku meletakkan dompet HP hijau cantikku itu. Di atas meja counter elektronik tadi! Panik, kudatangi tetangga sebelah, minta tolong miscall ke nomor HPku yang tertanam di tubuh Oryx [Onyx Berry] ku. Dan? Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif! Oh, My Goodness! Selamat tinggal Oryx! Kucoba menelefon ke nomor yang ada di Oppie [My OPPO Find 5 mini], sama! Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif! Inilah dia, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Musibah itu telah menghampiri. Dalam beberapa menit, akibat lupa, aku telah kehilangan kedua HP yang telah begitu setia menemaniku selama ini. Dan rasanya? Sakitnya tuh di sini, Sobs! *tunjuk hati.

Masih berusaha untuk menolak kenyataan dan berharap nasib baik masih berpihak kepadaku. Segera aku kembali ke Borma, menghubungi petugas informasi in case mereka ketitipan sebuah dompet HP berwarna hijau, plus dua buah HP yang berada di dalamnya, yang [mungkin] diserahkan oleh yang menemukannya ke bagian informasi. Hasilnya? NIHIL. Masih tak ingin menyerah, kukunjungi kembali counter elektronik dan bertemu dengan si Aa yang tadi bertugas di sana. Jawabannya, big NO. Dia tak melihat atau tepatnya, tidak terlalu memperhatikan karena pada saat itu ada beberapa calon pembeli yang juga harus dilayani. Hiks....
Apa daya..., menangis pun, tetap saja tak akan mampu mengembalikan barang yang telah hilang itu. Kalo tadi ketinggalannya di tempat tertutup dan limited, masih mending, nah ini? Di tempat terbuka dan ramai seperti Borma swalayan! Weleh-weleh.

Kulangkahkan kaki untuk pulang. Bersujud zuhur seraya berpasrah diri kepada-Nya. Dia Maha Tahu di mana kedua hape tersayang itu kini. Dia Yang Maha Tahu di tangan siapa kedua hape itu kini. Mungkin ini adalah teguran dari-Nya, agar aku lebih berhati-hati, lebih mengasah ingatan agar penyakit lupa ini tidak semakin merajalela. Agar tidak menjadikan usia sebagai faktor U sebagai pembenaran untuk setiap kelalaian. Terima kasih atas peringatan/teguran ini, ya Rabbi. Beri hamba rezeki yang berlebih, agar mampu mengganti keduanya yang telah pergi itu. Aamiin.

pelajaran berharga dari sebuah kelalaian,
Alaika, Bandung, 23 Januari 2015

#KEB Sauyunan. Pasti Sobats yang sering wara wiri di facebook dan twitter sudah familiar banget dunk dengan tagger yang satu ini. KEB Sauyunan, memang sengaja diambil sebagai tema dalam event keren yang akan digelar pada hari Minggu, 18 Januari 2015 nanti. Di tempat yang ga kalah keren pula, yaitu di Grapari Digilife - Dago, Bandung, dalam rangka ulang tahun KEB yang ketiga, yang dirangkai pula dengan sebuah acara keren 'Arisan Ilmu', yang merupakan agenda unggulan kolaborasi KEB dan IDBN.

Udah pada tau donk akan KEB? 

Hayyah, ada yang belum? Pasti baru main kesini yaaa? Hehe.

KEB adalah singkatan dari Kumpulan Emak Blogger, yang merupakan sebuah komunitas keren tempat berkumpulnya para perempuan blogger Indonesia, baik emak maupun emak wannabe, baik yang berdomisili di dalam wilayah negeri tercinta ini maupun yang sedang berdomilisi di luar negeri.

Nah, kalo bicara tentang KEB ini, aku tuh suka ga bisa berhenti deh. Habis gimana yaaa? Ini komunitas memang asyik banget! Bikin betah oleh kenyamanan yang ditimbulkan oleh kebersamaan dan interaksi aktif para anggotanya, baik di Facebooknya, Twitternya, interaksi saat blogwalking ke blog para anggotanya, hingga ke aktifitas di dunia offlinenya itu pun, seru dan asyik banget! Bikin betah dan happy. Banyak sekali inspirasi yang kita peroleh dari interaksi-interaksi di dalam komunitas ini lho!

Terus, udah dapat apa aja nih dari KEB, Al?

Banyak, pake banget! Yang paling utama adalah, jalinan pertemanan plus inspirasi [nilai positif] yang aku serap dari setiap teman itu, karena setiap karakter memiliki nilai positif tersendiri khan? Selain itu, aku mendapatkan banyak sekali tambahan ilmu pengetahuan, karena setiap member pasti memiliki kelebihan/ilmu/wawasan tersendiri, yang suka mereka share di grup mau pun di blog masing-masing. Selanjutnya, aku mendapatkan tambahan network! Percaya kan bahwa setiap link/network yang terbuka, maka di situ pula akan terbuka pintu kesempatan untuk menambah rezeki? Apalagi yaaa? Hm, banyak deh!

Dari semua itu, apa yang paling berkesan bagi kamu, Al? 

Apa ya? Hm, mendapatkan award sebagai Srikandi Blogger 2013, adalah hal yang paling berkesan deh kayaknya bagiku. Karena gelar ini bukan gelar sembarangan gelar kan ya? Persembahan KEB + yang saat itu disponsori oleh sebuah brand ternama, yaitu ACER Indonesia. Jadi sudah pasti aku sangat bersyukur atas keberhasilan meraih gelar ini, sih. :) .

Selain itu, dipercaya menjadi salah satu anggota panitia penyelenggara Pemilihan Srikandi Blogger 2014, adalah juga sebuah hal yang juga memberi kesan tersendiri bagiku. Kebersamaan kami, sesama anggota KEB yang bertugas sebagai panitia perhelatan akbar ini, sungguh indah. Solid, good team work dan semakin mengakrabkan kami. Sungguh indah.

Terus apalagi? Hm, kembali diminta untuk bersama Nchie Hanie dan Meti Mediya menggawangi acara #KEB Sauyunan ini, juga memberi kesan dan kebahagiaan tersendiri bagiku.

Harapan Bagi KEB?

Sudah pasti donk, setulus hati aku berdoa dan mengharapkan agar KEB semakin berkibar, semakin menginspirasi bagi tak hanya anggota-anggotanya, namun juga bagi siapa pun yang mengetahui akan-nya. Sesuai dengan tagline-nya, yaitu Kumpulan Emak Blogger, Kami ada untuk berbagi, maka aku berharap agar setiap perempuan pada khususnya, dan masyarakat luas, siapapun dia, yang mengenal KEB, akan mampu menyerap manfaat yang ditebarkan oleh KEB.

Agar tetap mampu menebar manfaat? 

Sudah pasti, KEB [para makboard dan makmin serta para Srikandi] harus mampu merangkul para anggotanya dengan penuh keakraban dan keramah-tamahan. Keterbukaan sikap di dalam menerima masukan/kritikan demi kebaikan dan kemajuan KEB di masa yang akan datang, adalah juga sebuah tuntutan yang mutlak harus mampu dilakoni. Karena sebuah komunitas, akan mampu menjadi 'rumah nyaman' bagi anggotanya, adalah jika dan hanya jika, para pengurus dan member mampu kompak, saling terbuka dan bersedia untuk introspeksi dan improvisasi. Setuju? :)

Apa sih yang istimewa pada #KEB Sauyunan ini?

Sebagai hari peringatan ulang tahunnya [yang ketiga], sudah pasti donk ini merupakan hari istimewa. Ditambah pula dengan adanya agenda keren #Arisan Ilmu, yang merupakan agenda khusus persembahan KEB berkolaborasi dengan IDB Network, sudah pasti tak hanya menjanjikan kemeriahan dan keceriaan, tetapi tambahan ilmu yang akan dibagikan di dalam Arisan Ilmu ini, adalah oleh-oleh keren yang akan dibawa pulang oleh para emak nantinya, yang tentu akan mereka share pula di blog masing-masing. Keren khaaan?

Dan ingin tau siapa yang akan berbagi ilmu pada acara ini?

Nah, itu eikeh bo'. Yup, aku. *Tunjuk diri sendiri, sambil nyengir.
Ada sedikit tips menarik yang ingin aku bagikan nanti, terkait apa aja sih yang bisa kita lakukan terhadap artikel-artikel kita yang sudah begitu banyak di blog kita ini? Diapain sih baiknya?
Sobats juga penasaran? Yuk, teteup kunjungi blog ini serta pantengin Facebook dan Twitter saya maupun KEB dengan topik/tagar #K3BSauyunan yaaaa.
So, stay tune, ok?

Dan untuk para member dan Makmin/Makboard KEB yang sudah konfirm untuk hadir di tekape nanti, see you there! Can't wait to see you, lho!

sharing keren,
Al, Bandung, 15 Januari 2015




Meeting mulu? Ga masalah atuh! Ungkapan ini tentunya akan meluncur jika rutinitas meeting yang berlangsung tidak menjemukan. Tidak pula bikin stress apalagi sampai menimbulkan pertikaian. Bicara soal meeting, biasanya yang tergambar di benak kita adalah, sebuah ruang rapat, dengan para peserta rapat yang akan memaparkan paparan/laporannya di layar display/screen, yang kemudian akan diikuti oleh diskusi/tanya jawab tentang hal-hal yang dipresentasikan itu. Biasanya, dalam situasi-situasi tertentu, tak pelak, pertanyaan dan pembahasan yang memicu perdebatan pun akan bermunculan.

Bicara tentang rapat alias meeting ini, aku jadi teringat akan sebuah meeting exclusive yang pernah kami laksanakan pada akhir tahun lalu. Meeting ini memang tak sekedar meeting, melainkan sebuah usaha dari Pak Bos yang ingin memberikan apresiasinya bagi para staff yang telah bekerja keras dalam project implementation, sehingga membuahkan pencapaian-pencapaian yang luar biasa. Hingga tak heran, jika kantor pusat, meng-oke-kan pelaksanaan meeting ini di sebuah tempat yang aduhai di Bali. Tentu saja kami, para team member melonjak kegirangan, sehingga saking girangnya, kami spontan merangkul si PakBos yang tampan berwibawa itu. Eits, boleh donk sekali-sekali spontan ikutan teman lainnya merangkul lelaki tampan bermata biru [PakBos], sebagai rasa terima kasih atas ACC-nya terhadap paket meeting di Bali ini? Hihi. Kesempatan ih!


Karang Mas Boardroom ini memang pas banget untuk
team kami yang memang berjumlah di bawah 30 orang.
sumber foto: Ayana Resort [dot] com
Lalu apa sih istimewanya paket meeting di Bali ini? Bukannya yang namanya meeting itu, adalah kegiatan standard yang terkadang malah menjemukan? 
Eits, jangan salah lho. Di Ayana Resort and Spa Bali ini, pepatah lama yang bilang bahwa bisnis dan bersenang-senang tidak bisa menyatu, ternyata mentah sempurna lho! Maksudnya piye, Al?

Yes, dengan beragam venue MICE [Meeting, Incentive, Conference and Exhibition] yang mereka punya tuh, baik untuk size kecil mau pun besar, dengan teknologi terkini, dilengkapi pula staf kreatif yang akan membantu atur acara berdasarkan anggaran yang kita punya, sungguh bikin meeting kita jadi istimewa deh! Tak hanya itu, di Ayana ini, setelah meeting break atau bahkan selesai, dan memasuki saat-saat istirahat, maka fasilitas memukau di resort seluas 90 hektar ini ada di depan mata kita, siap untuk dinikmati.


Ayana Resort Bali
Sumber : Ayana Resort [dot] com
Jika sudah begini, mana bisa kita katakan bahwa meeting itu menjemukan? Yang ada adalah, berbisnis dan bersenang-senang adalah mata rantai yang saling mengikuti. Hehe. *Lebay? Biarin deh, tapi beneran lho! Having a paket of meeting here bener-bener bikin happy, fresh dan gitu deh! Excited! *Pengen lagiiii

Siapa coba yang tak happy having meeting di tempat yang menyediakan service seperti pada gambar di sebelah, begitu meeting break or meeting completed? 



Paket satu hari atau setengah hari untuk conference termasuk pilihan venue anda, perlengkapan standard dan fasilitas set-up, coffee break and catering, serta Conference Concierge Service yang memastikan acara anda berjalan lancar. Untuk mengembalikan semangat di tengah meeting, kami menyediakan Spa Break dengan 15 menit pijat bahu dari Bali Spa mewah kami, untuk meringankan tekanan dan menghidupkan kembali kesegaran anda. 

Nah, siapa coba yang tak mupeng dan pengen lagi, membaca keterangan yang tertera di website Ayana Resort [dot] com di atas? Hehe. 
sekedar sharing,
Al, Bandung, 6 Januari 2015




Dinner Romantis? Candle light dinner bersama sang kekasih hati di tempat romantis, disirami cahaya lilin dan cahaya rembulan yang temaram mengundang cinta, siapa seh yang enggak mau? Adakah yang berani menolak untuk having dinner dalam suasana se syahdu gambar di bawah ini? Duuh, kapan ya bisa having dinner di tempat seromantis ini? *Ngarep[dot]com

Siapa yang berani bilang ga ingin kalo diberi kesempatan having dinner seperti ini? Hihi
Sumber foto : ayanaresort.com
Ga sengaja seh sebenarnya berkunjung ke halaman ayanaresort[dot]com ini. Iseng gegara dimintai tolong oleh teman yang ingin berbulan madu ke Bali. Yang salah satu agenda di dalam rangkaian bulan madu itu adalah menikmati makan malam berdua di tempat dinner romantis di Bali. Dan sebagai orang yang awam tentang Bali, masak harus menyerah sih? Maka aku berburu browsingan deh ke si Mbah, dan... Tara! Aji gile, ini tempat romantis banget! Sepakat enggak, Sobs? Keren banget yak? Etapi, melihat tempatnya saja nih, aku udah bisa menduga, ini tempat pasti butuh budget yang juga setara dengan 'rupa'-nya yang begitu aduhai. Dan wew! Sepadan bo'! Hehe.

Ga pake lama, segera deh aku kasih link ini ke teman, yang menanti di belahan dunia sebelah sana, via facebook messenger, yang langsung mengirimkan sebuah sticker gadis memeluk love segede gaban, pertanda girangnya dirinya memperoleh link istimewa itu.

"Al, ajigile! Ini tempat keren banget! Erick pasti setuju deh ini. Hayu atuh, ikutaan atuh sama suami kamu. Kita bulan madu barengan yuk!"

Hiks. Sebuah ajakan yang langsung mengiris hati. Hihi. Gimana enggak, Sobs? Berbulan madu ke Bali, di tempat romantis seperti ini, yang sudah pasti lumayan banget harganya, mana mungkin kami lakukan saat ini? Biaya kuliah Intan tuh udah antri untuk dibayarin lagih. Hiks.

"Kamu aja dulu deh, Fay. Eikeh nyusul nanti kalo udah lega budgetnya. Ini lagi sesak dengan kebutuhan lain yang lebih urgent, euy! Tapi sumpah deh, eikeh sepakat banget, ini tempat emang ajigile kerennya. Romantis tis tis! Layak banget untuk kalian jadikan tempat berbulan madu. Ayo, sekalian kamu proses deh bookingnya, kayaknya bukan cuma menyediakan tempat untuk dinner tuh, ada hotelnya juga kan? Coba atuh kamu ubek-ubek. Eikeh mau lanjut gawean dulu nih, yaaa! Good luck!"

Dan aku pun pamitan darinya, sembari melayangkan sebuah sticker good bye baginya. Ya Allah, aku pengen banget bisa having dinner di tempat ini. Beri kami kesempatan suatu hari nanti, plisss. Aamiin. 
sekedar sharing,
Al, Bandung, 5 Januari 2015

Ingin terangi kegelapan? Ke Bilna.com Aja! Itulah yang aku sarankan pada Vinka barusan, saat ibu muda beranak satu usia batita ini chitchat tentang kerewelan Vincent, si buah hati, yang sedang belajar tidur sendiri di kamarnya. Vincent rewel karena takut akan kegelapan, juga tak suka cahaya yang terlalu benderang. Sebenarnya sih, aku pribadi, kalo aku yang jadi ibunya Vincent, sih, ga akan tega deh memisahkannya dari pelukan dan buaianku di usianya yang masih begitu muda. Tiga tahun bo'. Apa ga terlalu kecil untuk diajarkan tidur seorang diri? Aih...

Etapi, setiap orang, setiap culture, tentu punya keunikannya sendiri. Setauku sih, kalo para ibu di Indonesia, nih, ga akan tega membiarkan atau melatih anaknya tidur seorang diri di kamar sebelah, sementara sang ayah dan ibu, tenang dan damai tidur di kamar utama. Jadi inget Intan dulu, baru pisah tidur ketika Intan duduk di kelas 1 SD malah. Hihi. Namun, setiap negara mungkin punya perlakukan yang berbeda lah terhadap parenting style-nya khan?

Jadi kucoba memaklumi niat Vinka, temanku yang asli Germany ini, yang hendak memisahkan sang anak ke kamar lain. Yang menjadi masalah adalah, mungkin, nih..., tentang dekorasi interior kamar anak serta penerangannya. Yang menurut Vinka sendiri, rasanya kok belum nyaman di mata dan hati. Aku sendiri belum pernah berkunjung ke rumahnya, karena Vinka kan baru saja pindah ke sini. Tapi dari cerita dan gambar kamar anak yang dikirimkan barusan, aku bisa rasa, perlu di-touching lagi deh agar mantap.

Lampu Tidur unik koleksi Bilna.com
Kamar batita biasanya perlu ornamen/pernak-pernik kanak-kanak deh, agar si anak betah dan merasa nyaman. Jika si anak adalah laki-laki, penambahan wall paper yang memajang tokoh superhero favorit si anak, rasanya akan membantu deh, dalam menciptakan rasa nyaman dan aman. Sementara untuk kamar anak perempuan, pemasangan tokoh princess idolanya pada wall paper, tentu akan memberi sentuhan kenyaman pula baginya. Selain itu, tentu saja, penerangan alias lighting, baik day lighting mau pun night lighting [lampu untuk tidur] juga butuh perhatian serius. Tak hanya pencahayaannya yang butuh perhatian, tapi juga bentuk dari lampu itu sendiri, menurutku, juga punya peranan penting di dalam menciptakan rasa nyaman dan membuat si anak merasa aman, happy dan excited. Seperti bentuk lampu tidur pilihan Vinka di sebelah ini, nih, Sobs! Lucu banget yak? Aku yakin, pasti akan mampu membuat Vincent excited and happy deh! 

Iseng, sambil terus chitchat dengan Vinka yang baru saja menuntaskan pembayaran atas orderannya belanja lampu tidur [gambar di atas], aku mulai asyik berselancar dan ngubek-ngubek bilna.com, yang ternyata punya koleksi yang keren-keren lho! 

Tagline bilna.com -> Light Up the dark in your kids room,
sungguh, bikin eikeh pengen punya anak kecil lagi, dweh! 
sekedar sharing,
Al, 4 Januari 2015

Paket Internet Murah dan Cepat sudah pasti menjadi buruan setiap netizen. Tau kan netizen? Itu lho, pengguna internet, atau orang-orang yang hidupnya tak bisa jauh dari dunia virtual. *Halah, itu aja dijelasin, Al! Udah pada tau lagi!  Yup, setiap pengguna internet, sudah pasti mendambakan ketersediaan internet yang mampu ngebut dan siaga dalam meng-eksekusi segala rikues dari penggunanya. Namun, sayangnya, pepatah ada rupa ada harga, tentu tak bisa dikesampingkan. Internet yang kuat, lancar dan bisa ngebut, biasanya nih, hanya available dan kompromi untuk harga yang juga sudah dipatok sedemikian rupa, sehingga membuat individu/perorangan seperti kita-kita nih, menjadi terkendala untuk mampu mengaksesnya, karena keterbatasan rupiah. Hiks...

Etapi, jangan keburu menguras air mata dulu lho! Udah dengar belum, Sobs? Kalo sekarang ini ada tarif internetan termurah dan cepat yang bisa diakses oleh kita-kita alias perorangan, sehingga limited budget, bukanlah lagi kendala dalam memuaskan dahaga kita akan koneksi yang lancar dan murah.

Yes! Bener banget! Kartu AS dari Telkomsel kini kembali hadir dengan gebrakan baru. Yeaay!!
Apaan? 
Ini lho! Kartu Perdana AS, Internet Murah, kuota anti jebol, gaul makin Poll! 

Caranya?

Gampang banget! Cukup dengan membeli Kartu Perdana AS Internet Murah, maka kita akan mendapatkan bonus internet, paket Internet Termurah dan Tercepat serta tarif internet termurah di Indonesia lho!

Jadi, dengan membeli Kartu As Internet Murah, kita akan beroleh keuntungan ini, nih, Sobs!
GRATIS! Langsung 100 MB [50 MB 2G/3G + 50 MB 3G] berlaku 30 hari.
Tarif Internet Murah! Dengan 2.500 rupiah, kita akan mendapatkan 50 MB setiap harinya, lho!
Paket Internet Murah! Dengan 30 ribu rupiah kita kan mendapatkan 1 GB [500 MB 2G/3G + 500 MB 3G] berlaku 30 hari.

Dan, selain daripada itu, Sobs, kita juga akan dapat menikmati bonus nelpon dan sms yang berlaku 24 jam. Juga, kita bisa mengaktifkan paket Blackberry Lifestyle [BBM + Social Media] 30 ribu rupiah yang berlaku untuk 30 hari melalui dialing to *100*66#.

Gimana, Sobs? Asyik banget yak? Berselancar di dunia virtual kini, bukan lagi masalah khaaan? Trims to Kartu As Internet Murah! Trim Telkomsel!

sekedar sharing,
Al, Bandung, 3 Januari 2015
Main Air di Sabda Alam Garut  sungguh bikin happy lho! Bikin stress raib seketika! Ya iyalah, namanya juga bermain air, pasti asyik dan ga bikin gerah donk! J Jadi ceritanya nih, mengisi tahun baru kemarin, aku dan Nchie Hanie chitchat, tentang acara asyik pengisi tahun baru. Pengennya sih yang ada seru-seruan gitu. Walo baru kemarinnya main ke Trans Studio Mal dan seharian suntuk having fun there, bareng teman-teman Blogger Bandung, teteup aja kami masih pengen untuk main dan seseruan lagi. Apalagi tanggal 1 Januari itu kan tanggal merah, masak dibiarkan berlalu dengan begitu saja? Tahun baru gitu lho! Jadilah kami sepakat untuk main ke Taman Air Sabda Alam, yang terletak di Jalan Raya Cipanas No. 3, Garut, Jawa Barat itu.

Taman Air Sabda Alam Garut,
sumber foto: Website Resmi Sabda Alam
Sebelum berangkat, aku sempatin googling untuk lihat lokasi dan suasana based on the images yang bertabur di halamannya Mbah Google. Wuih, melihat gambarnya sih, cukup menjanjikan keasyikan bermain di sana deh! Taman airnya bersih, cantik dan seru!

Jadilah kami berangkat, tadinya Tian Lustiana dan putrinya Marwah akan ikutan, begitu juga Meti Mediya dan kedua body-guard juniornya. Etapi, pada hari H, yang jadi berangkat itu hanya aku, Intan [si putri semata wayang], Efi Fitriyah, Nchie Hanie dan Olive [putri tersayang Nchie]. Tian dan Marwah ga jadi ikutan karena terkena flu berat akibat kehujanan di malam sebelumnya. Meti sekeluarga ga jadi ikutan karena balik haluan ke lokasi lain. J

Perjalanan dimulai dengan eikeh dunk yang teteup jadi supir tunggal. Huft, berharap Intan dan Nchie Hanie segera berani nyetir biar bisa gantian ah! *Lirik dan dorong keduanya ke arena belajar mengemudi. Hihi. Berharap perjalanan ini tidak menemui kemacetan yang luar biasa, etapi, teteup dunk, namanya juga taon baruan kan? Long wiken pula, ya pasti macet lah! Jadi, sambil emaknya terus bercerita, Gliv melaju, kadang pelan kadang kencang, sesuai dengan ritme aliran arus lalu lintas yang ada. Hingga akhirnya, berhasil juga kami sampai di tekape sekitaran pukul 1-an.

Langit cerah bahkan cenderung panas. Tapi pengunjung yang sudah berendam di dalam kolam bermain terlihat abai banget dengan si matahari yang hendak membakar kulit wajah. Cuek! Etapi, kalo aku sih masih mikir nih. Kalo panasnya begini, bisa-bisa kulit wajahku merah dan menghitam, bisa ga kinclong lagi dweh nanti. *Halah. Tapi godaan sang dewa air yang meliuk melambai itu, mana tahan kita! Maka, tak ada cara lain, mengoleskan sunblock ke wajah adalah satu-satunya senjata jitu menangkis serangan sinar terik sang mentari.

Dan, selesai makan siang [beli di tekape], kami pun berganti kostum. Dan happily menjelajah. Adalah jembatan ayun yang kami coba pertama kali. Ya, bukan coba gimana-gimana sih, hihi, cuma coba melintas dan menikmati ayunannya yang bikin happy. Melintasi kolam bermain yang dipenuhi oleh para pengunjung, laki perempuan, tua muda, ada yang dengan ban dan tanpa ban. Semua terlihat happy. Wajah-wajah itu terlihat cerah, bahagia. Tertawa ria, membuat kami pun larut dalam keceriaan.

Namun, sayangnya, Taman Bermain Sabda Alam, yang di websitenya terlihat begitu indah, kini kok terlihat beda? Ada beberapa sampah plastik [bekas bungkusan makanan ringan] yang terlihat mengapung di dalam kolam bermain. Duh, sayang banget! Tak hanya itu, kulihat beberapa puntung rokok juga mengambang, bikin ilfil untuk menyemplungkan diri di dalamnya. Juga, beberapa butir nasi plus potongan/sisa mie yang menari-nari ditingkahi oleh goncangan air kolam, Huft! Ga asyik donk ini. Gimana mau nyemplung dan berendam? Airnya terlihat kotor! Ada miris di dada, masyarakat kita, masih rendah banget awareness-nya akan kebersihan. Hiks. 

Anyway, yuk abaikan saja kolam yang satu itu. Masih banyak arena permainan air lainnya yang bisa dijelajah dan dicoba. Dan, pilihan kami adalah seluncuran yang menjulang ituh! Ada beberapa seluncuran yang berdiri kokoh dan sedang digunakan oleh beberapa pengunjung. Beberapa seluncuran harus menggunakan ban untuk meluncurnya, dan beberapa seluncuran dibolehkan tanpa ban, jadi boleh langsung meluncur dengan berbaring di atas seluncurannya.

Jadilah kami mencoba satu persatu. Awalnya, Nchie Hanie malah gemetaran lututnya untuk naik ke puncak seluncuran. Baru tau deh eikeh jika si emak geulis ini takut air! Alasannya sih karena ga bisa renang. Hihi. Etapi, lama kelamaan, tergoda oleh jejeritan kami [Efi, aku, Olive dan Dijah] yang happily naik tangga dan meluncur seru dari seluncuran, akhirnya si emak bening ini pun ikut serta juga. Emang asyik banget lho, Sobs, meluncur bebas dari ketinggian seperti itu. Seruuuuuuu! Aku sampai ketagihan dan mencobanya berulang-ulang. Herannya, lututku lupa untuk lelah, walau sudah naik tangga setinggi 10 meter berulang kali, hanya untuk meluncur dari atas seluncuran itu.

Paling asyik lagi adalah seluncuran dengan menggunakan ban. Wuih, sensasinya beda banget deh! Paling lucu dan bikin ngakak adalah saat aku dan Dijah mencoba ban besar yang untuk berdua. Nah, setelah atur posisi, kami pun didorong di puncak seluncuran, dan langsung deh meluncur ke bawah. Perjalanan meluncur berdua ini, membuat ban kami terputar beberapa kali sebelum mendarat di air kolam yang sudah menanti. Kami menjerit histeris, akibat putarannya yang kok kayaknya ga stabil gituh. Dan benar saja, pendaratan di air pun tidak sempurna. Ban yang kami tumpangi terbalik dan menenggelamkan kami berdua. Lenyap sejenak dan begitu muncul ke permukaan, hijabku telah hilang entah kemana. Semua yang melihat tertawa terpingkal-pingkal, termasuk aku sendiri yang tak mampu menahan geli. Haha, pendaratannya sungguh tak sempurna, akibat berat badan Dijah yang beda jauh dariku, dan harusnya aku yang berada di depan tadi, jangan dirinya. Tapi ya sudahlah!

Kapok? Tidak dunk! Aku malah ketagihan, mencoba lagi dan lagi berseluncur pake ban! Tapi kali ini, ban tunggal, lebih seru ternyatah, Sobs! Tadinya sih ingin seluncuran duo bersama Intan. Sayangnya, si putri tercinta ini malah takut akan tantangan-tantangan yang seperti ini. Bahkan setelah dibujuk, dirayu hingga dipaksa oleh emaknya ini pun, teteup saja Intan kekeuh untuk melihat Umi seluncuran saja! Hayyaaah! Kok malah nyali Uminya lebih gede sih, Nak?

having fun at Taman Air Sabda Alam, Garut
Al, 1 Januari 2015


Pernah dan berani menjambak rambut setan, Sobs? Haha. Aku pernah lho! Dan baru saja kejadian hari Selasa kemarin tuh! Jadi ceritanya begini, kita-kita nih [Relawan TIK Bandung] ketiban hadiah tiket dari sesepuh RTIK Jabar nih, alias Om Fajar Erri Dianto. Bukan tiket sembarang tiket lho, tapi tiket keren bin ajib untuk masuk ke TSM! Tau kan TSM? Itu lho, Trans Studio Mal, Bandung. Nah, jumlah tiket juga ga tanggung-tanggung deh. 13 tiket, gretong! Nah, karena berlebih untuk personil inti RTIK Bandung, maka itu tiket kita hibah dunk bagi para blogger Bandung terpilih. Kompensasinya apa? Ada dunk. Kita-kita nih kudu ngereview tentang sesuatu [ntar aku ceritain pada postingan khusus yaa!].

Dan, sepakatlah kami untuk berkunjung dan having fun seharian suntuk di TSM. Tepatnya pada hari Selasa, 30 Desember 2014 kemarin, sekitar jam 10an sudah ready di entrance gate of TSM. *emang sih, eikeh telat dikit. Hihi.

Udah bisa ngebayangin dunk jika having fun di TSM ini bakalan seru abis? Yess, serunya pake bingits! Kami mencoba berbagai wahana yang beneran nguji adrenalin lho! Etapi, untuk postingan kali ini, sesuai judul, maka yuk langsung aku ceritain tentang tragedi Jambak Rambut Setan yuk!


Terpaksa deh eikeh jambak rambut Setannya.

Hanya aku, Intan, Bang Aswi dan Ummi Bindya yang 'punya nyali' untuk memasuki wahana yang satu ini. Dunia Lain, namanya. Nchie Hanie dan Olive, Tian Lustiana dan Marwah, serta Efi, memilih untuk bermain di wahana lain, sementara Meti Mediya dan kedua bodyguard juniornya, tadinya sih ingin ikutan ke Dunia Lain, tapi pas di pintu masuk, urung, karena kedua body guard sepertinya ragu dan atut. Hehe. Jadilah kami berempat yang tetap meneruskan langkah. Tadinya, aku sendiri agak ragu juga sih untuk masuk kesana, jika harus berjalan kaki. Bukan apa-apa, aku takut, jika berjalan kaki itu, kan kesempatan untuk berinteraksi dengan para 'setan' yang ada di sana lebih besar tuh, dan takutnya, aku refleks memukul mereka nantinya. Haha. Tapi karena kata Bang Aswi, kita akan naik kereta, maka aku pun meneruskan niat deh. Intan, walau agak takut, ikutan emaknya deh.

Jadilah kami masuk. Di pintu masuk sudah dicegat duluan untuk foto oleh tim dokumentasi TSMnya. Dua kali jepret, lalu kami pun berjalan masuk ke dalam. Suasana remang dan bau dupa dan aroma bunga apa gitu, langsung bikin hati mengkeret, bulu kuduk merinding. Udah sempat curiga, jangan-jangan emang harus jalan kaki nih, karena beberapa puluh langkah sudah, kami belum bertemu dengan kereta yang dimaksud. Hingga akhirnya, ketemu juga dengan kereta [satu kereta memuat 4 personil] yang akan membawa kami touring the Dunia Lain area.

Dan, petualangan pun dimulai dengan bergeraknya si kereta secara perlahan. Memasuki lorong demi lorong gelap, yang dinding-dindingnya dilekatkan foto-foto tua nan seyeeem. Ada juga [bukan bayangan] kuntilanak yang menggantung di dinding lorong, rambut terjurai, jendela-jendela dari tembok yang kami lewati bergerak membuka dan menutup sendiri dengan perlahan. Persis di film-film misteri. Intan sudah mulai menggenggam tanganku. Terasa begitu dingin jemari putriku itu. Kulihat Ummi, yang duduk di depanku, mulai merapat memeluk Bang Aswi. Aku sendiri? Nehi. Aku ga takut, karena sudah duluan setting in mind, bahwa para setan yang di sini, pasti setan buatan alias manusia sejati yang menyamar sebagai hantu, untuk nakut-nakuti kita. Terus, jika pun salah satu dari mereka adalah setan benaran yang menyusup, pura-pura aja ga tau. *Itu sih trik eikeh dalam berhadapan dengan Dunia Lain selama ini.

Hingga kemudian, sampailah kami di sebuah sudut, di mana kereta semakin melambat lajunya, ditingkahi dengan kehadiran sesosok gaib yang muncul sekonyong-konyong. Itu makhluk, mendekat dan merunduk ke arah Ummi Bindya, yang langsung membuat sohib bloggerku ini menjerit. Lalu si hantu pun berpindah ke Intan yang juga histeris. Bukannya segera berlalu, ini hantu malah ber-ciluk-ba ria dengan putriku. Duh, bisa pingsan nanti putriku jika dibiarkan terus begini. Si hantu sepertinya tak hendak berpindah padaku, malah bertahan di Intan. Maka kuulurkan jemariku ke rambutnya. Refleks kujambak rambutnya seraya berseru keras, "Hey, jangan takut-takuti anak saya! Kalo dia jantungan gimana???"

Jambakanku [ga terlalu keras sih] pada rambutnya, tak urung membuat kepalanya miring mengarah kepadaku. Untung saja wignya itu tidak lepas. Si 'hantu' berucap, "Aduh, sudah tugas saya begini atuh, Bu. Jangan begitu atuh, Bu. Saya cari makannya begini. Maaf atuh, Bu." Kereta pun berlalu.
Duh, aku jadi sedih. Menyesal juga telah menjambaknya. Padahal si akang ini kan menjalankan tugasnya, sebagai 'hantu'. Aih, ingin kuhentikan kereta yang telah melaju, tapi tentu saja tak mampu. Ada sedih yang menggumpal di dada. Kuajak Bang Aswi untuk mengulangi touring sekali lagi, khusus untuk minta maaf padanya, etapi si Bang Aswi bilang, "udah deh, Mba Al. Ga papa lah, ga usah balik lagi deh. Dia juga maklum kok."

Aku hanya mampu menghela napas. Ada sesal di dada. Terngiang suara lirih sang 'hantu'. Mungkin dia tak pernah menyangka akan ada orang yang berani menjambaknya seperti tadi. I am so sorry, 'hantu'. Maaf yaaa. Hiks.

Pernahkah Sobats mengalami hal serupa? :)
sekedar sharing,
Al, 31 Desember 2014


Newer Posts Older Posts Home

Author

I am a chemical engineer who is in love in humanity work, content creation, and women empowerment.

SUBSCRIBE & FOLLOW

Speaker

Speaker
I love to talk/share about Digital Literacy, Social Media Management, Content Creation, Personal Branding, Mindset Transformation

1st Winner

1st Winner
Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Pemenang Utama Blog Competition yang diselenggarakan oleh Falcon Pictures. Click the picture to read more about this.

1st Winner

1st Winner
Blogging Competition yang diselenggarakan oleh Balitbang PUPR

Podcast Winner

Podcast Winner
Pemenang Pilihan Dewan Juri - Podcast Hari Kemerdekaan RI ke 75 by KOMINFO

Winner

Winner
Lomba Menulis Tentang Kebencanaan 2014 - Diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh

Winner

Winner
Juara Berbagai Blogging Competition

Featured Post

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk!

Yuk telusuri Selat Bosphorus yuk! Sesaat sebelum naik ke kapal verry Ki-ka: Adik ipar, Aku dan Ayah. Hai.... hai.... hai! In...

POPULAR POSTS

  • Kiat Penting agar Warung Tetap Eksis & Laris Manis
  • Solusi Bikin Paypal Tanpa Nama Belakang
  • Contoh Surat Sponsor untuk Diri Sendiri bagi Pengurusan Visa
  • Laksamana Malahayati, Kartini Lain sebelum Kartini
  • Kolaborasi Microsoft dan ASUS - Hadirkan Windows 10 Original Yang Langsung terinstall Otomatis dan Gratis!
  • Yuk Melek Hukum via Justika dot Com
  • Lelaki itu, Ayahku
  • How To Write a Motivation/Cover Letter
  • It's Me!
  • Jawaban Untuk Sahabat

Categories

  • about me 1
  • accessconsciousness 1
  • advertorial 10
  • Anak Lanang 1
  • awards 20
  • bali 1
  • banner 1
  • bars 1
  • Beauty Corner 29
  • belarus 5
  • bisnis 1
  • Blog Review 2
  • blogger perempuan 1
  • blogging tips 9
  • Budaya 1
  • Catatan 12
  • catatan spesial 19
  • catatan. 53
  • catatan. task 20
  • cryptocurrency 1
  • culinary 5
  • curahan hati 6
  • daftar isi blog 1
  • dailycolor 1
  • DF Clinic 12
  • disclosure 1
  • edisi duo 5
  • email post 10
  • embun pagi 1
  • episode kehidupan 1
  • event 4
  • fashion 3
  • financial 1
  • giveaway 48
  • Gratitude 1
  • health info 9
  • Healthy-Life 16
  • info 23
  • innerbeauty 9
  • iran 4
  • joke 4
  • kenangan masa kecil 3
  • kenangan terindah 12
  • keseharianku 2
  • kisah 14
  • kisah jenaka 7
  • knowledge 2
  • kompetisi blog 1
  • komunitas 2
  • KopDar 8
  • Korea 1
  • kuliner 7
  • Lawan TB 2
  • lesson learnt 7
  • life 2
  • lifestyle 4
  • lineation 32
  • lingkungan 1
  • Literasi Digital 2
  • motivation 9
  • museum tsunami aceh 1
  • New Year 2
  • order 1
  • oriflameku 2
  • parenting 4
  • perempuan tangguh 4
  • perjalanan tiga negara 1
  • personal 3
  • petualangan gaib 6
  • photography 1
  • picture 5
  • podcast 1
  • Profile 12
  • puisi 5
  • reflection 3
  • renungan 25
  • reportase 23
  • resensi 2
  • review 42
  • review aplikasi 1
  • rupa 1
  • Sahabat JKN 2
  • sakit 1
  • sea of life 17
  • sejarah 5
  • Sekedar 1
  • sekedar coretan 76
  • sekedar info 23
  • self-love 1
  • selingan semusim 9
  • seri BRR 4
  • snack asyik 1
  • Srikandi Blogger 2
  • Srikandi Blogger 2013 7
  • Srikandi Blogger 2014 4
  • SWAM 1
  • task 43
  • teknologi 1
  • tentang Intan 34
  • Test 1
  • testimoni 9
  • Tips 57
  • tradisi 1
  • tragedy 1
  • traveling 59
  • true story 7
  • tsunami 9
  • turkey 9
  • tutorial 7
  • visa 1
  • wisata tsunami 2

Followers


Blog Archive

  • December (1)
  • October (1)
  • March (1)
  • August (2)
  • May (1)
  • April (2)
  • March (6)
  • February (3)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (5)
  • October (4)
  • September (3)
  • August (5)
  • July (3)
  • April (1)
  • January (1)
  • December (2)
  • November (1)
  • October (1)
  • September (1)
  • June (1)
  • February (1)
  • December (1)
  • September (2)
  • August (2)
  • July (1)
  • June (1)
  • March (1)
  • February (1)
  • December (5)
  • September (2)
  • August (3)
  • July (1)
  • May (3)
  • April (2)
  • March (1)
  • February (1)
  • January (7)
  • December (1)
  • November (5)
  • September (3)
  • August (1)
  • July (4)
  • June (1)
  • May (1)
  • April (3)
  • March (6)
  • February (5)
  • January (7)
  • December (8)
  • November (4)
  • October (12)
  • September (4)
  • August (3)
  • July (2)
  • June (5)
  • May (5)
  • April (1)
  • March (5)
  • February (4)
  • January (6)
  • December (5)
  • November (4)
  • October (8)
  • September (5)
  • August (6)
  • July (3)
  • June (7)
  • May (6)
  • April (7)
  • March (4)
  • February (4)
  • January (17)
  • December (10)
  • November (10)
  • October (3)
  • September (2)
  • August (5)
  • July (7)
  • June (2)
  • May (8)
  • April (8)
  • March (8)
  • February (7)
  • January (9)
  • December (10)
  • November (7)
  • October (11)
  • September (13)
  • August (5)
  • July (9)
  • June (4)
  • May (1)
  • April (12)
  • March (25)
  • February (28)
  • January (31)
  • December (8)
  • November (3)
  • October (1)
  • September (12)
  • August (10)
  • July (5)
  • June (13)
  • May (12)
  • April (19)
  • March (15)
  • February (16)
  • January (9)
  • December (14)
  • November (16)
  • October (23)
  • September (19)
  • August (14)
  • July (22)
  • June (18)
  • May (18)
  • April (19)
  • March (21)
  • February (27)
  • January (17)
  • December (23)
  • November (20)
  • October (16)
  • September (5)
  • August (2)
  • March (1)
  • December (2)
  • April (1)
  • March (1)
  • February (6)
  • January (1)
  • December (1)
  • November (4)
  • September (4)
  • August (1)
  • July (8)
  • June (16)

Oddthemes

Flickr Images

Copyright © My Virtual Corner. Designed by OddThemes