Melanjutkan postingan 30 Facts about Me part 1, yuk kita langsung ke poin nomer 16 yaaaa. :)
16. Ditembak oleh adik kelas
Hihi..., yes! Adik kelas gitu lho! Saat itu aku jadi anak baru, pindahan dari Sigli, masuk ke SMP-Negeri 2 Banda Aceh, di kelas II-7, semester dua. Nah, pada hari pertama jadi murid baru itu, eh, pas jam istirahat, si adik kelas itu, masuk ke kelasku, dan langsung mendekat.
"Halo, kamu anak baru yang tadi pagi mulai sekolah di sini kan? Kenalin, aku Eddie." Uhuk, jentelmen banget ini cowok yak?
Aku balas ulurkan tangan, sebut nama. 'Iya, Alaika Abdullah!'
Dan, ya ampun, si anak bau kencur ini menggelitik telapak tanganku dengan jari tengahnya. Aku kaget, apalagi dia menarik tanganku agar tubuhku mendekat ke dia, lalu dia berbisik, "Al, aku suka sama kamu, mau ya jadi pacarku?"
Oh My God! Aji gile! Ini penghinaan apa penghormatan yak? Aku kan anak kelas dua, masak ditembak oleh adik kelas? Merah padam mukaku, apalagi mendengar tepuk tangan dari teman-teman yang sedang berada di kelas. Reaksiku selanjutnya? Salting dan menolak cintanya mentah-mentah, karena merasa dihina. Hahaha. Dasar bocah!
17. Jago mengetik 'buta'
Memiliki kemahiran mengetik 10 jari plus blind system alias mengetik buta sejak SMP, adalah berkah yang tak terhingga buatku. Belajarnya sih dari sekolah, kan ada mata pelajaran mengetik tuh, dan aku mampu melatih jemariku untuk bertugas sesuai fungsinya tanpa mata harus melihat ke tuts mesin ketik. Dan Alhamdulillah, memiliki kemampuan ini, membuat aku dilirik ayah untuk membantunya mengetik laporan-laporan yang harus dibuatnya secara berkala setiap minggu. Dan jadilah aku staff khusus ayah, mengetikkan laporan yang sudah disiapkan ayah dalam naskahnya yang bertulis tangan. Efeknya? Aku dapat gaji dunk! Alhamdulillah, gajiannya mayan banget, bisa nambah-nambah uang jajan.
18. Kami dan Burly, si monyet kesayangan
Jika anak-anak lain suka kucing, kelinci atau piaraan imut lainnya, maka aku dan adik-adik tuh sukanya melihara monyet! Itu pun terinspirasi dari sebuah novel detektif cilik di mana tokohnya memiliki seekor monyet yang cerdas. Nah, berawal dari situ, adikku, Zai, membujuk nenek kami yang tinggal di Lhoksukon untuk sudi menghadiahkan kami seekor monyet. Dan saking sayangnya sama cucunya ini, suatu pagi, si Nenek hadir di depan rumah. Turun dari becak, yang segera kami bantu dengan menurunkan kardus demi kardus oleh-oleh, seperti biasa jika beliau mengunjungi kami. Dan olala, salah satu kardus itu, berlubang-lubang. Dan dari celah-celah itu, terlihat bulu abu-abu dan sepasang mata yang mengintip dengan iseng. Ya ampyuuun, monyet! Burly adalah nama anugerah Zai untuknya.
Sore hari, aku sering mengajak Burly jjs, sayangnya, ibunda tercinta ga suka banget dengan aksi jalan-jalanku bersama Burly, masak anak gadis bawa monyet, ga keren ih!
19. Berantem [lagi] di sekolah
Ga punya maksud untuk menyakiti teman sekolah. Tapi teman yang satu ini [cowok] memang terkenal badung. Suatu hari, dia membuat ulah di depan mataku. Melakukan pelecehan terhadap teman sekelas kami, si cantikClara Dewi yang lemah lembut dan pemalu. Masak si cowok ini, seenaknya saja nyolek dada Dewi, jadi keingat kejadian waktu aku di SD dulu deh, saat kejadian yang sama menimpa temanku [cewek] yang lain. Dan karena itu pula aku terlibat perkelahian, guna membela teman yang dilecehkan itu.
Perkelahian pun tak terelakkan. Tamparan kerasku melayang ke pipi si cowok, yang langsung membuatnya terperangah, membalas, dan kami pun bergumul. Guru Binpel yang kebetulan lewat, langsung turun tangan melerai. Dan kami pun bermusuhan setelahnya, baru baikan lagi setelah beberapa teman turun tangan mendamaikan.
20. Jadi kribo
Huft, ini adalah kejadian yang paling kental menggores di memori. Sukses membuat trauma. Saat itu, aku sedang bersiap untuk menjadi murid baru di SMA Negeri 3, Banda Aceh. Tahun itu, 1986, SMANTig masih merupakan sekolah terfavorit, dan bangganya luar biasa berhasil menjadi murid baru di situ.
Persiapan menjadi murid baru di sekolah favorit pun kulakukan dengan exciting. Salah satunya adalah mengubah gaya rambut. Kala itu, rambut 'wave' bergelombang sedang trend banget. Maka, rambut lurus sebahu yang aku miliki pun, aku ajak ke salon untuk di 'waving'. Berharap penuh akan penampilan baru yang wow sehingga akan membuatku tampil sebagai anak baru yang cantik dan menarik nantinya.
Tiga puluh menit waving pun berlalu. Dag dig dug jantungku menanti kakak stylist membuka satu persatu alat pengeriting yang dililitkan di rambutku. Ya Allah, semoga hasilnya secantik yang kuharapkan ya, Allah. Aamiin.
Dan....? Ya Allah, Masyaallah, wajahku jadi tak karuan dengan tatanan rambut yang kini jadi kribo ala Ahmad Albar! Aku langsung ngamuk, mencak-mencak hingga suasana salon jadi heboh, temanku pun ikut mengkerut, takut.
Apa daya, saat itu teknologi bounding/rebounding belum ada. Jadilah aku mau tak mau harus pulang dengan penampilan baru yang sungguh jauh dari harapan. Air mata mengalir dengan setia hingga aku disambut oleh adik-adikku dengan olok-olok, begitu sampai rumah.
"Lho, kakak!!!! Kenapa jadi seperti Ahmad Albar gitu? Hahaha...". Semakin mengalir deras air mataku. Untunglah ayah dan ibu kemudian tampil menengahi, bahkan menjadi pahlawan dan penghibur lara hati.
"Ah, masih tetap cantik kok, dasar mukanya cantik, ya diapa-apain juga tetap cantik. Coba deh hapus air matanya, dan kakak lihat di cermin wajah kakak yang cantik, masih cantik kok kak!" Bujuk ayah. Tapi aku TAK PERCAYA, malah tetap merasa jadi si buruk rupa! Mana pede eikeh besok masuk sekolah, jadi anak baru dengan penampilan yang seperti ini? Cewek rambut Kribo. Hiks....
21. Salah Turun Gara-gara dibentak supir Robur
Robur, adalah bis kota yang biasanya wara wiri sepanjang Depan Mesjid Raya menuju Darussalam atau sebaliknya, mengangkut penumpang yang kebanyakan adalah para mahasiswa dan anak-anak sekolah. Sebagai anak sekolah yang super aktif, aku dan teman-teman se-geng, suka banget naik angkutan umum yang satu ini. Selain murah, penumpangnya rame, tempatnya besar dan luas. Terkadang kami malah kebagian jatah berdiri. Biasanya itu terjadi setiap pagi, saat akan ke sekolah. Nah, ini terjadi ketika kami duduk di bangku SMA kelas dua.
Seperti biasanya, kami kebagian tempat berdiri di belakang supir, berpegangan pada tiang-tiang yang memang disediakan untuk berpegangan. Seperti biasa pula, kami ngerumpi dengan ceria, dan tertawa-tawa. Namun kali ini, pak supir [mungkin sedang ricuh dengan istri di rumah], gampang banget marah. Entah di mana salahnya kami, eh tiba-tiba dia membentak. Suaranya menggelegar. "Kalian ini, ga bisa apa pelankan suara. Jangan ketawa-ketawa ngakak seperti itu!"
Kami pun kaget. Rasanya maluuuuuu banget! Langsung deh kami terdiam. Aduh, malu pisan euy! Dan kemudian, bus berhenti di depan sebuah sekolah. Aku pun tanpa ba bi bu, langsung ngeloyor turun. Terdengar suara teman-teman memanggil, tapi aku sudah menjejakkan kaki di tanah. Apaan sih, orang udah sampe kok bukannya langsung turun. Mau tambah malu di situ?
Etapi, ya ampyuuuun, ternyata si Robur berhenti di depan sekolah Analis Kesehatan, bukan SMANTig! Wekekeke, aku salah turun. Kulihat teman-temanku menahan tawa di atas bus yang telah melaju. Terpaksa deh eikeh jalan kaki melanjutkan ke sekolah yang memang tak seberapa jauh lagi.
22. Nenek Saya Meninggal, Pak
Sudah menjadi kebiasaan dan peraturan di sekolah, bagi siapa yang terlambat hadir untuk mengikuti upacara bendera, maka kami akan di setrap di sebuah ruangan, dan Senin yang malang itu, aku terlambat! Pagar sekolah sudah ditutup. Takut donk, apalagi guru yang bertugas kali itu adalah si Pak RT [Ringan Tangan]. Aih, harus punya alasan yang masuk akal nih. Dan senjata andalanku adalah, teteup, menangis. Kuingat kejadian paling menyedihkan dalam hidupku, yang adalah saat nenek tercinta meninggal dunia. Kuhimpan seluruh kesedihan hingga kemudian air mata mengucur deras. Aku menangis dalam barisan [siswa yang terlambat], yang berbaris di dalam ruangan itu. Pak RT mendekat, 'Kenapa kamu menangis? Ada apa?'
"Hiks.... saya masih sedih Pak, nenek saya meninggal dunia tiga hari lalu. Pagi ini kami baru balik dari kampung. Makanya telat."
"Oh, ya sudah, kamu masuk ke kelas saja sana, istirahat ya." Hihi.
23. Jajan sepuasnya, bayar seadanya.
Eits, ini bukan murni eikeh lho ya. Nah, di kantin SMANTig, dulu [ga tau kalo sekarang], kantinnya bebas banget. Anak-anak makan kue-kue sepuasnya, tapi yang dibayar ala kadarnya alias suka nembak. Makan lima, diakui dan dibayar paling cuma 3. Nah, virus itu juga terkadang menular ke eikeh gituh, plus teman-teman juga. Tapinya, di saat-saat akhir sekolah, mungkin juga berkat tausiah-tausiah dari ibu guru agama, aku dan teman-teman se-geng kemudian memutuskan untuk mulai mencicil 'hutang' kue itu. Caranya? Misalnya makan kue 3, maka kami akan membayar seharga 6 kue. Sehingga pelan-pelan [menurut kami lho ya], hutang itu pun lunas sebelum kami meninggalkan SMANTig. Hihi.
24. Salah baca pengumuman Sipenmaru.
Sipenmaru? Yes, ketauan kan tahun berapa itu? Hehe. Jadi, aku tuh ikut Sipenmaru tahun 1989, dan saat baca pengumuman di koran, langsung lemes. Nangis. Sang baginda raja, ayahanda tercinta menghampiri. "Lho....lho, salah baca kali nak. Sini biar ayah cari namamu. Pasti ada di situ."
Dan..., jreng...jreng! Nah, ini nomormu bukan? Kurebut koran itu, telungkup, melihat dengan teliti. Ya Allah, Lulus! Aih, lulus di Fakultas Teknik, jadi anak Teknik Kimia. Ahamdulillah, rasanya gimana gituuuuh!
25. Ga bisa nyanyi.
Aku paling takut kalo sudah disuruh menyanyi. Bukan apa-apa sih, Sobs, cuma aku bener2 ga mampu kalo disuruh yang satu itu. Udah nyoba, belajar bersungguh-sungguh, tapi teteup aja iramanya lari sana sini, belok kiri belok kanan gituh.
26. Suka menggambar
Nah, kalo yang ini mah, eikeh suka banget! Tapi herannya, setelah mengenal komputer, berinteraksi dengan internet, aktif menulis, justru hobby menggambar ini tertinggal jauh. Jika dulu begitu gampang menirukan bentuk-bentuk benda untuk digambar, kini rasanya kok sulit banget ya. Harus belajar lagi deh ini.
27. Penggila dunia maya.
Nah, kalo ini mah ga heran kan? Sejak kenal internet, aku memang sulit move on! Jika dalam sehari saja ga konek ke net, dan main ke si mbah, buka socmed, dan blogging, rasanya kok seperti ada yang hilang gituh!
28. Jadi Srikandi Blogger 2013
Nah, ini adalah berkah dari blogging. Terpilih sebagai Srikandi Blogger Utama di dalam event yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger bersama Acer Indonesia adalah sebuah prestasi dan apresiasi tak terduga bagiku. Efeknya? Happy banget pastinya, dan semakin membuatku ingin menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi sesama.
29. Suka Nekad dan sulit tinggal diam
Yup, ayah bilang aku orangnya nekad. Tapi biasanya nekadnya juga mikir-mikir alias penuh pertimbangan. Salah satu contoh nekad positif ini adalah, ketika keinginan hati untuk menerbitkan buku semakin menggelora di hati, sementara untuk menembus penerbitan mayor atau indie, bukan hal yang mudah. Indie sih bisa, tapi teteup butuh modal kan? Maka, setelah googling dan timbang sana timbang sini, aku nekad melakukan gerakan 'sekali mendayung dua tiga pulau terlampau'.
Aku nekad bikin penerbitan indie, bertajuk 'smartgarden publishing and printing'. Alhamdulillah, walau tidak maju pesat, tapi media satu ini telah menjadi kendaraanku dalam menerbitkan buku, dan Insyaallah ingin memfasilitasi teman-teman lainnya untuk terbitkan buku.
30. Pekerja Keras, dan fast learner
Tadinya ga yakin akan hal ini, karena menurutku, adalah orang lain yang bisa menilai kita dengan baik, ketimbang menilai diri kita sendiri. Tapi..., self assessment yang aku lakukan, ternyata juga beroleh hal yang sama dengan pendapat dari sumber luar [orang lain], bahwa ternyata diriku memang seorang pekerja keras dan pembelajar yang cepat. *Boleh dunk muji dan berbangga dengan diri sendiri? Kan self-motivated. Hihi*
Pantesan, walau ber-background chemical engineer, aku tuh fun and fine aja saat beralih profesi, dan bergabung di berbagai NGO international, yang bidang geraknya malah menjauh dari dunia industri/chemical things. Aku belajar banyak tentang bagaimana bekerja di medical NGO, bagaimana melakukan trauma healing, bagaimana berinteraksi dengan orang yang terkena bencana, bagaimana berinteraksi dan memotivasi orang-orang berkebutuhan khusus [saat bekerja di Handicap International] dan berbagai bidang pekerjaan di sector humanity lainnya.
~ Hidup ini indah, jika kita mampu menyiasati dan menjadikannya fun and fine. ~
Nah, Sobats tercinta, 30 point 30 facts about me akhirnya terungkap juga, semoga selain bikin cengar-cengir, beberapa yang tertulis serius, tidak menjadikannya terlihat sombong yak!
Hayo, mana 30 facts about you, ayo, berani ga gokil-gokilan menuliskannya?
16. Ditembak oleh adik kelas
Hihi..., yes! Adik kelas gitu lho! Saat itu aku jadi anak baru, pindahan dari Sigli, masuk ke SMP-Negeri 2 Banda Aceh, di kelas II-7, semester dua. Nah, pada hari pertama jadi murid baru itu, eh, pas jam istirahat, si adik kelas itu, masuk ke kelasku, dan langsung mendekat.
"Halo, kamu anak baru yang tadi pagi mulai sekolah di sini kan? Kenalin, aku Eddie." Uhuk, jentelmen banget ini cowok yak?
Aku balas ulurkan tangan, sebut nama. 'Iya, Alaika Abdullah!'
Dan, ya ampun, si anak bau kencur ini menggelitik telapak tanganku dengan jari tengahnya. Aku kaget, apalagi dia menarik tanganku agar tubuhku mendekat ke dia, lalu dia berbisik, "Al, aku suka sama kamu, mau ya jadi pacarku?"
Oh My God! Aji gile! Ini penghinaan apa penghormatan yak? Aku kan anak kelas dua, masak ditembak oleh adik kelas? Merah padam mukaku, apalagi mendengar tepuk tangan dari teman-teman yang sedang berada di kelas. Reaksiku selanjutnya? Salting dan menolak cintanya mentah-mentah, karena merasa dihina. Hahaha. Dasar bocah!
17. Jago mengetik 'buta'
Memiliki kemahiran mengetik 10 jari plus blind system alias mengetik buta sejak SMP, adalah berkah yang tak terhingga buatku. Belajarnya sih dari sekolah, kan ada mata pelajaran mengetik tuh, dan aku mampu melatih jemariku untuk bertugas sesuai fungsinya tanpa mata harus melihat ke tuts mesin ketik. Dan Alhamdulillah, memiliki kemampuan ini, membuat aku dilirik ayah untuk membantunya mengetik laporan-laporan yang harus dibuatnya secara berkala setiap minggu. Dan jadilah aku staff khusus ayah, mengetikkan laporan yang sudah disiapkan ayah dalam naskahnya yang bertulis tangan. Efeknya? Aku dapat gaji dunk! Alhamdulillah, gajiannya mayan banget, bisa nambah-nambah uang jajan.
18. Kami dan Burly, si monyet kesayangan
Jika anak-anak lain suka kucing, kelinci atau piaraan imut lainnya, maka aku dan adik-adik tuh sukanya melihara monyet! Itu pun terinspirasi dari sebuah novel detektif cilik di mana tokohnya memiliki seekor monyet yang cerdas. Nah, berawal dari situ, adikku, Zai, membujuk nenek kami yang tinggal di Lhoksukon untuk sudi menghadiahkan kami seekor monyet. Dan saking sayangnya sama cucunya ini, suatu pagi, si Nenek hadir di depan rumah. Turun dari becak, yang segera kami bantu dengan menurunkan kardus demi kardus oleh-oleh, seperti biasa jika beliau mengunjungi kami. Dan olala, salah satu kardus itu, berlubang-lubang. Dan dari celah-celah itu, terlihat bulu abu-abu dan sepasang mata yang mengintip dengan iseng. Ya ampyuuun, monyet! Burly adalah nama anugerah Zai untuknya.
Sore hari, aku sering mengajak Burly jjs, sayangnya, ibunda tercinta ga suka banget dengan aksi jalan-jalanku bersama Burly, masak anak gadis bawa monyet, ga keren ih!
19. Berantem [lagi] di sekolah
Ga punya maksud untuk menyakiti teman sekolah. Tapi teman yang satu ini [cowok] memang terkenal badung. Suatu hari, dia membuat ulah di depan mataku. Melakukan pelecehan terhadap teman sekelas kami, si cantik
Perkelahian pun tak terelakkan. Tamparan kerasku melayang ke pipi si cowok, yang langsung membuatnya terperangah, membalas, dan kami pun bergumul. Guru Binpel yang kebetulan lewat, langsung turun tangan melerai. Dan kami pun bermusuhan setelahnya, baru baikan lagi setelah beberapa teman turun tangan mendamaikan.
20. Jadi kribo
Huft, ini adalah kejadian yang paling kental menggores di memori. Sukses membuat trauma. Saat itu, aku sedang bersiap untuk menjadi murid baru di SMA Negeri 3, Banda Aceh. Tahun itu, 1986, SMANTig masih merupakan sekolah terfavorit, dan bangganya luar biasa berhasil menjadi murid baru di situ.
Persiapan menjadi murid baru di sekolah favorit pun kulakukan dengan exciting. Salah satunya adalah mengubah gaya rambut. Kala itu, rambut 'wave' bergelombang sedang trend banget. Maka, rambut lurus sebahu yang aku miliki pun, aku ajak ke salon untuk di 'waving'. Berharap penuh akan penampilan baru yang wow sehingga akan membuatku tampil sebagai anak baru yang cantik dan menarik nantinya.
Tiga puluh menit waving pun berlalu. Dag dig dug jantungku menanti kakak stylist membuka satu persatu alat pengeriting yang dililitkan di rambutku. Ya Allah, semoga hasilnya secantik yang kuharapkan ya, Allah. Aamiin.
Dan....? Ya Allah, Masyaallah, wajahku jadi tak karuan dengan tatanan rambut yang kini jadi kribo ala Ahmad Albar! Aku langsung ngamuk, mencak-mencak hingga suasana salon jadi heboh, temanku pun ikut mengkerut, takut.
Apa daya, saat itu teknologi bounding/rebounding belum ada. Jadilah aku mau tak mau harus pulang dengan penampilan baru yang sungguh jauh dari harapan. Air mata mengalir dengan setia hingga aku disambut oleh adik-adikku dengan olok-olok, begitu sampai rumah.
"Lho, kakak!!!! Kenapa jadi seperti Ahmad Albar gitu? Hahaha...". Semakin mengalir deras air mataku. Untunglah ayah dan ibu kemudian tampil menengahi, bahkan menjadi pahlawan dan penghibur lara hati.
"Ah, masih tetap cantik kok, dasar mukanya cantik, ya diapa-apain juga tetap cantik. Coba deh hapus air matanya, dan kakak lihat di cermin wajah kakak yang cantik, masih cantik kok kak!" Bujuk ayah. Tapi aku TAK PERCAYA, malah tetap merasa jadi si buruk rupa! Mana pede eikeh besok masuk sekolah, jadi anak baru dengan penampilan yang seperti ini? Cewek rambut Kribo. Hiks....
21. Salah Turun Gara-gara dibentak supir Robur
Seperti biasanya, kami kebagian tempat berdiri di belakang supir, berpegangan pada tiang-tiang yang memang disediakan untuk berpegangan. Seperti biasa pula, kami ngerumpi dengan ceria, dan tertawa-tawa. Namun kali ini, pak supir [mungkin sedang ricuh dengan istri di rumah], gampang banget marah. Entah di mana salahnya kami, eh tiba-tiba dia membentak. Suaranya menggelegar. "Kalian ini, ga bisa apa pelankan suara. Jangan ketawa-ketawa ngakak seperti itu!"
Kami pun kaget. Rasanya maluuuuuu banget! Langsung deh kami terdiam. Aduh, malu pisan euy! Dan kemudian, bus berhenti di depan sebuah sekolah. Aku pun tanpa ba bi bu, langsung ngeloyor turun. Terdengar suara teman-teman memanggil, tapi aku sudah menjejakkan kaki di tanah. Apaan sih, orang udah sampe kok bukannya langsung turun. Mau tambah malu di situ?
Etapi, ya ampyuuuun, ternyata si Robur berhenti di depan sekolah Analis Kesehatan, bukan SMANTig! Wekekeke, aku salah turun. Kulihat teman-temanku menahan tawa di atas bus yang telah melaju. Terpaksa deh eikeh jalan kaki melanjutkan ke sekolah yang memang tak seberapa jauh lagi.
22. Nenek Saya Meninggal, Pak
Sudah menjadi kebiasaan dan peraturan di sekolah, bagi siapa yang terlambat hadir untuk mengikuti upacara bendera, maka kami akan di setrap di sebuah ruangan, dan Senin yang malang itu, aku terlambat! Pagar sekolah sudah ditutup. Takut donk, apalagi guru yang bertugas kali itu adalah si Pak RT [Ringan Tangan]. Aih, harus punya alasan yang masuk akal nih. Dan senjata andalanku adalah, teteup, menangis. Kuingat kejadian paling menyedihkan dalam hidupku, yang adalah saat nenek tercinta meninggal dunia. Kuhimpan seluruh kesedihan hingga kemudian air mata mengucur deras. Aku menangis dalam barisan [siswa yang terlambat], yang berbaris di dalam ruangan itu. Pak RT mendekat, 'Kenapa kamu menangis? Ada apa?'
"Hiks.... saya masih sedih Pak, nenek saya meninggal dunia tiga hari lalu. Pagi ini kami baru balik dari kampung. Makanya telat."
"Oh, ya sudah, kamu masuk ke kelas saja sana, istirahat ya." Hihi.
23. Jajan sepuasnya, bayar seadanya.
Eits, ini bukan murni eikeh lho ya. Nah, di kantin SMANTig, dulu [ga tau kalo sekarang], kantinnya bebas banget. Anak-anak makan kue-kue sepuasnya, tapi yang dibayar ala kadarnya alias suka nembak. Makan lima, diakui dan dibayar paling cuma 3. Nah, virus itu juga terkadang menular ke eikeh gituh, plus teman-teman juga. Tapinya, di saat-saat akhir sekolah, mungkin juga berkat tausiah-tausiah dari ibu guru agama, aku dan teman-teman se-geng kemudian memutuskan untuk mulai mencicil 'hutang' kue itu. Caranya? Misalnya makan kue 3, maka kami akan membayar seharga 6 kue. Sehingga pelan-pelan [menurut kami lho ya], hutang itu pun lunas sebelum kami meninggalkan SMANTig. Hihi.
24. Salah baca pengumuman Sipenmaru.
Sipenmaru? Yes, ketauan kan tahun berapa itu? Hehe. Jadi, aku tuh ikut Sipenmaru tahun 1989, dan saat baca pengumuman di koran, langsung lemes. Nangis. Sang baginda raja, ayahanda tercinta menghampiri. "Lho....lho, salah baca kali nak. Sini biar ayah cari namamu. Pasti ada di situ."
Dan..., jreng...jreng! Nah, ini nomormu bukan? Kurebut koran itu, telungkup, melihat dengan teliti. Ya Allah, Lulus! Aih, lulus di Fakultas Teknik, jadi anak Teknik Kimia. Ahamdulillah, rasanya gimana gituuuuh!
25. Ga bisa nyanyi.
Aku paling takut kalo sudah disuruh menyanyi. Bukan apa-apa sih, Sobs, cuma aku bener2 ga mampu kalo disuruh yang satu itu. Udah nyoba, belajar bersungguh-sungguh, tapi teteup aja iramanya lari sana sini, belok kiri belok kanan gituh.
26. Suka menggambar
Nah, kalo yang ini mah, eikeh suka banget! Tapi herannya, setelah mengenal komputer, berinteraksi dengan internet, aktif menulis, justru hobby menggambar ini tertinggal jauh. Jika dulu begitu gampang menirukan bentuk-bentuk benda untuk digambar, kini rasanya kok sulit banget ya. Harus belajar lagi deh ini.
27. Penggila dunia maya.
Nah, kalo ini mah ga heran kan? Sejak kenal internet, aku memang sulit move on! Jika dalam sehari saja ga konek ke net, dan main ke si mbah, buka socmed, dan blogging, rasanya kok seperti ada yang hilang gituh!
28. Jadi Srikandi Blogger 2013
Nah, ini adalah berkah dari blogging. Terpilih sebagai Srikandi Blogger Utama di dalam event yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger bersama Acer Indonesia adalah sebuah prestasi dan apresiasi tak terduga bagiku. Efeknya? Happy banget pastinya, dan semakin membuatku ingin menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi sesama.
29. Suka Nekad dan sulit tinggal diam
Yup, ayah bilang aku orangnya nekad. Tapi biasanya nekadnya juga mikir-mikir alias penuh pertimbangan. Salah satu contoh nekad positif ini adalah, ketika keinginan hati untuk menerbitkan buku semakin menggelora di hati, sementara untuk menembus penerbitan mayor atau indie, bukan hal yang mudah. Indie sih bisa, tapi teteup butuh modal kan? Maka, setelah googling dan timbang sana timbang sini, aku nekad melakukan gerakan 'sekali mendayung dua tiga pulau terlampau'.
Aku nekad bikin penerbitan indie, bertajuk 'smartgarden publishing and printing'. Alhamdulillah, walau tidak maju pesat, tapi media satu ini telah menjadi kendaraanku dalam menerbitkan buku, dan Insyaallah ingin memfasilitasi teman-teman lainnya untuk terbitkan buku.
30. Pekerja Keras, dan fast learner
Pantesan, walau ber-background chemical engineer, aku tuh fun and fine aja saat beralih profesi, dan bergabung di berbagai NGO international, yang bidang geraknya malah menjauh dari dunia industri/chemical things. Aku belajar banyak tentang bagaimana bekerja di medical NGO, bagaimana melakukan trauma healing, bagaimana berinteraksi dengan orang yang terkena bencana, bagaimana berinteraksi dan memotivasi orang-orang berkebutuhan khusus [saat bekerja di Handicap International] dan berbagai bidang pekerjaan di sector humanity lainnya.
~ Hidup ini indah, jika kita mampu menyiasati dan menjadikannya fun and fine. ~
Nah, Sobats tercinta, 30 point 30 facts about me akhirnya terungkap juga, semoga selain bikin cengar-cengir, beberapa yang tertulis serius, tidak menjadikannya terlihat sombong yak!
Hayo, mana 30 facts about you, ayo, berani ga gokil-gokilan menuliskannya?
Catatan iseng, 30 facts about me
Al, Bandung, 10 Oktober 2014