![]() |
gambar pinjem dari sini |
Aku sendiri masih di
Banda Aceh nih sobs, dan naga-2nya nih, kok males banget untuk kembali ke
Bekasi yaaa…? Rasanya enak banget deh ngumpul dengan keluarga tercinta. …
kenapa sih harus berpisah lagi… hiks..hiks. Pasti sobats yang harus kembali
mengikuti arus balik setelah mudik, juga merasakan hal yang sama dengan apa
yang aku rasakan ya sobs? Hehe. Sedih sih, tapi mau gimana lagi?
Aku sendiri sih
sebenarnya masih ingin banget berlama-lama di kota tercinta ini, bebas dari
macet dan kemana-mana serba cepat. Ga harus antri yang berkepanjangan, bla..bla..bla.
Lha, kok malah jadi curhat yaaa? Hehe…
Well sobs… selain
males balik dari mudik, kok rasa males juga hinggap di hati untuk bikin
postingan yaaa? Rasanya bawaan tuh inginnya nonton film melulu, atau baca or
jalan-jalan. Bikin postingan? Hm… lagi males. Tapi bagaimanapun, as I committed
to myself untuk selalu update postingan, maka malam ini kudu posting donk.
Untungnya ada sebuah cerita inspiratif hasil nyulik dari Alaika BB Group nih
yang layak untuk di share bagi sobats semua. Coba deh disimak….
Lakukanlah
dengan sepenuh hati
Alkisah, tersebutlah Tukimin, seorang tukang bangunan
yang sudah tua dan berniat untuk pensiun dari profesi yang sudah lama ia geluti
selama puluhan tahun.
Pak Tukiman ingin sekali menikmati masa tuanya bersama
anak istri dan cucu tercinta. Walau untuk niat ini, konsekuensinya adalah dia
akan kehilangan pemasukan keuangan rutin yang setiap bulan dia miliki selama
dia bekerja, namun kebutuhan tubuhnya untuk menikmati masa-masa rehat juga tak
layak untuk diabaikan. Maka sepakatlah dia dan keluarganya untuk mengajukan
pensiun pada sang atasan.
Pak Mandor, tentu saja merasa sangat kehilangan,
mengingat selama ini Pak Tukimin adalah merupakan tukang kayu terbaik yang dia
miliki, ahli bangunan yang handal, yang bersama timnya telah menyumbangkan
sumbangsih bagi kemajuan proyeknya selama ini. Namun dia tak bisa memaksa, dan
dengan berat hati diikhlaskannya keinginan pak Tukimin.
Sebuah permintaan terakhir pun diajukan kepada pak
Tukimin oleh pak mandor, agar beliau berkenan membangun sebuah rumah untuk
terakhir kalinya.
Tak enak menolak, maka dengan berat hati pak Tukimin
menyanggupi permintaan ini, dengan tak lupa memberitahukan kepada atasannya
itu, bahwa mengingat dirinya sudah lemah dan tua, maka kali ini dia tak sanggup
lagi mengerjakan pekerjaan ini dengan sepenuh hati. Pak Mandor hanya tersenyum
dan berkata “Lakukanlah dengan sepenuh hati dan yang terbaik yang bapak bisa.
Bapak bebas membangun dan menggunakan bahan-bahan terbaik yang tersedia.”
Pak Tukimin pun memulai pekerjaan terakhir ini dengan
setengah hati, males-malesan dan buru-buru, karena tak sabar untuk menikmati
masa pensiunnya. Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, males-malesan mencari
bahan, maka dia gunakan saja bahan-bahan yang berkualitas rendah yang dekat
jangkauannya. Sayang sekali, Pak Tukimin menutup histori pekerjaan yang selama
ini terkenal baik dengan cara yang
buruk.
Rumah yang dikerjakan itupun selesai dalam kualitas yang
mengenaskan. Dan Pak Mandor hanya dapat tersenyum kecut saat memeriksa hasil
pekerjaan itu. Dengan kecewa dia berkata, “Pak Tukimin adalah karyawan terbaik
saya, dan untuk itu saya ingin memberikan sebuah cindera mata kepada bapak di
saat bapak mengakhiri tugas. Dan rumah ini adalah untuk bapak, dan seperti
kebiasaan kita, saya persilahkan bapak mempergunakan semua bahan yang terbaik
agar rumah ini berdiri dengan sempurna.”
Betapa terkejutnya pak Tukimin. Sungguh sebuah penyesalan
tiada berguna serta merta menjelma. Jika saja sejak awal dia tahu bahwa proyek
terakhir ini adalah hadiah untuknya dan keluarga, tentu dia akan mengerjakannya
dengan sepenuh hati. Dengan semua bahan terbaik. Sekarang? Penyesalan tiada
berguna. Dia terpaksa harus menempati rumah asal-asalan yang telah dia bangun.
Well sobats,
Itulah refleksi
kehidupan kita. Sebuah pelajaran yang bisa kita petik bagi kehidupan kita.
Anggaplah rumah itu sama dengan kehidupan kita. Setiap kali kita memalu paku,
memasang rangka, memasang keramik, mari kita lakukan dengan sepenuh hati,
dengan sebaik-baiknya. Sebab kehidupan kita saat ini adalah akibat dari pilihan
kita di masa lalu. Masa depan kita adalah hasil dari keputusan kita saat ini.
Semoga kisah ini
bermanfaat ya sobs, dan bagi yang sudah membacanya, silahkan di skip aja yaaa…
hehe.
Saleum,
Alaika