BERHENTILAH JADI GELAS
Sudah pernah baca kisah inspiratif yang ini belum ya? Jika belum, semoga kisah ini akan menambah wawasan dan cara bersikap kita dalam menyikapi kehidupan ya sobs... Mohon maaf belum sempat balas berkunjung ke rumah para sahabat karena diriku sedang kurang enak badan, hiks..hiks...
Langsung ke sajian utama yuk...
Alkisah,
Seorang guru sufi mendatangi muridnya yang akhir-akhir ini selalu bermuram durja...
"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini? kemana perginya wajah bersyukurmu itu?" sang Guru bertanya.
"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid.
Sang Guru malah terkekeh dan kemudian berkata,
"Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru.
"Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.
"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.
"Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan sang guru, begitu pikirnya.
"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya nikmat. Air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya,
Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.
"Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana dan airnya mengalir menjadi sungai kecil"
Si murid terdiam, mendengarkan.
"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau."
Good nite dear friends, semoga kisah inspiratif ini bermanfaat bagi kita semua ya...
Thanks to my lovely friend yang telah setia membagikan kisah2 inspiratif di Alaika's BB Group.
Saleum,
Alaika
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
15 comments
makasiihh mbaakk...
ReplyDeletesangat inspiratiif........
:))
pertamax mbaaakk
well...sebuah contoh simple banget untuk difahami.
ReplyDeleteHihi ya aku jadi piring deh... *eh*
ReplyDeletehuaaaaaaa...
ReplyDeletebener banget. ternyata ada sebuah ajaran yang bisa dipetik dari sang guru
sebuah perumpamaan yang sangat indah mbak...jadikan hati kita seluas danau saat cobaan datang mendera ya...terimakasih sudah berbagi mbak.
ReplyDeleteBagus mbak,,sangat inspiratif
ReplyDeleteSebesar apapun cobaan hidup yang menimpa kita, selama hati kita ini merasa "legowo" untuk menerima, Insyaallah kita bisa melaluinya :)
kunjungan pertama...
ReplyDeleteinspiratif sekali..tengkyuu..:D
salam kenal..
aku mau jadi gelasnya penampungan a.k.a waduk :D
ReplyDeleteselalu bersyukur ya mbak sehingga tidak merasakan menjadi sebuah gelas :)
ReplyDeleteMungkin identik dengan kalimat bijak ' milikilah hati seluas samudera' ya MBak. Jadi seberapa pun besar masalah [asinnnya garam atau pahitnya empedu] tingkat konsentrasinya tak akan pekat [membuat stress over loaded] karena berada di wadah [hati] yang sangat luas.
ReplyDeletetiap kali saya masuk ke blog ini, hehe mbak alika selalu menjadi ibu guru saya yg selalu menyajikan kisah kisah inspiratif. Pernah jg baca tulisan tadi kalo gak salah di kompasiana tapi lupa tulisanya siapa.
ReplyDeletekalau boleh aku tambahin " Bukan seberapa besar & tinggi mimpi yang kita punya,tp seberapa besar kita untuk mimpi kita "
ReplyDeleteluaskan hatimu seluas-luasnya dan selalu bersyukur :)
ReplyDeletekalau jadi empang, masih mau minum gak ya mba muridnya, hihihiy, empang disini kan airnya butek karena limbah domestik, hihiy :D
ReplyDeletebahan renungan yg asik mba :D
wah jadi intinya harus mempunyai hati yg luas spy rasa yg tdk diinginkan dapat teredam gitu yo mbak,,
ReplyDelete