gambar dari sini |
Lebih detil lagi, aku coba
merumuskan bahwa teman
adalah seseorang yang kita kenal/kita tau namanya, kita lihat berulang kali,
yang mungkin memiliki persamaan dengan kita dan juga membuat kita nyaman berada
di dekatnya, yang kita undang ke acara kita untuk berbagi kebahagiaan, namun
kita tidak membawanya dalam banyak sisi kehidupan kita.
Sementara sahabat adalah: seseorang yang
kita sayangi, kita cintai, kita peduli akannya. Yang mengenal kita dengan baik,
peduli akan kita, bersedia berkorban untuk kita, setia menemani dan menerima
kesedihan, kemarahan, kegalauan mau pun kegembiraan/kebahagiaan kita. Yang akan dengan caranya sendiri menunjukkan salah jika kita melakukan kesalahan, dan membantu kita membenahi kesalahan itu.
Sahabat adalah seseorang yang dengannya membuat kita begitu percaya akannya, yang membuat kita damai, yang tidak akan menertawakan atau menyakiti kita, ataupun jika mereka tanpa sengaja menyakiti kita, maka sekuat daya upaya mereka akan segera memperbaikinya dan berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi.
Sahabat adalah seseorang yang dengannya membuat kita begitu percaya akannya, yang membuat kita damai, yang tidak akan menertawakan atau menyakiti kita, ataupun jika mereka tanpa sengaja menyakiti kita, maka sekuat daya upaya mereka akan segera memperbaikinya dan berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi.
Nah, berpijak pada
kesimpulan di atas, tentu Sobats semua dapat dengan gamblang donk menghitung
berapa ratus, puluh atau satuan temans yang Sobats miliki? Pasti banyak deh.
Aku yakin banget akan hal itu. Aku sendiri juga punya banyak sekali temans.
Lalu, saat Sobats diminta
untuk menghitung berapa jumlah sahabat yang Sobats miliki? Sahabat dalam dunia
nyata lho ya, bukan yang di dunia maya, nah tentu kini angkanya akan sangat
kecil ya, Sobs?
J Ternyata hampir setiap orang hanya memiliki
sedikit sekali sahabat.
Bicara tentang sahabat, hari ini aku merasa rindu sekali akan seorang sahabat, yang telah sekian hari aku tinggal nun jauh di penghujung pulau Sumatera. Mengingatnya saja, membuat hatiku bergelombang, mata beriak karena ingin meneteskan tangisan kerinduan. Namanya Intan Faradila Caesaria. Berbintang Virgo nan lembut selembut sifatnya yang begitu penyayang. Namun sifat sensitive dan mudah tersinggung juga berhasil bersemayam sempurna di lubuk sanubarinya.
Aku yakin Sobats yang
sering bersilaturrahmi ke rumah sederhanaku ini, paham benar siapa Intan yang
aku maksud ini. J
Yup, dia adalah putri semata wayang, yang menyempurnakan statusku sebagai wanita,
dengan menyematkan status ibu untukku pada tanggal 1 September 1996.
Kehadirannya adalah anugerah terindah yang mencerahkan warna kehidupanku dan
ayahnya Intan. Kehadirannya membuat senyumku selalu terukir selelah apa pun
pekerjaan kantor yang harus aku hadapi. Kehadirannya selalu mampu melunakkan
dan melelehkan emosi yang melanda jiwa.
Jika di postingan
sebelumnya, Mr. Kerbau menyuruhku memintaku untuk pulang ke Aceh, tinggal
dan mendampingi Intan, karena menurutnya sudah saatnya aku bersama Intan, maka ingin aku tegaskan bahwa Intan
memiliki aku selamanya untuknya (sepanjang hayatku dikandung badan.)
Kami menghabiskan waktu
indah dan unik bersama, waktu yang tak akan pernah bisa diulang walau dengan
mempertaruhkan seluruh harta paling berharga sekali pun. Waktu-waktu istimewa
di mana setiap pagi menjelang aku harus bangun lebih cepat, mempersiapkan diri
sendiri dan juga bayi merahku yang masih berusia dua bulanan untuk ikut
bersamaku ke kantor. (Intan aku titipkan pada istri salah satu teman kerjaku
yang rumahnya dekat kantor, sehingga aku bisa leluasa untuk memberikan Intan
ASI exclusive, sambil merajut ikatan batin yang erat antara aku dan putriku
melalui tatapan mata kami yang beradu pandang saat dia menikmati ASI).
Setauku sih, ikatan batin
yang terjalin kuat itu paling subur adalah saat-saat menyusui. Tatapan penuh
kasih dari mata sang ibu yang tertuju langsung ke mata si bayi, akan
menimbulkan binar-binar lembut penuh kasih yang akan dirasakan sempurna oleh si
bayi, dan percayalah, tatapan ini adalah perekat utama yang tak pupus sepanjang
masa. So, enjoy your feeding time dan tatap penuh kasih mata bayi mungilmu. J Biarkan gelombang electromagnetic kasih sayang
mengalir dan bertumbuh subur menjalin kedekatan hubungan kalian.
Barulah setelah lepas dari
masa-masa ASI exclusive, Intan dijaga oleh si mba, di rumah, agar Intan dapat
menikmati tidurnya dengan nyaman di pagi hari, tak terganggu oleh perjalanan
yang tidak mudah, karena kami hanya mampu menggunakan jasa angkutan umum,
mengingat perekonomian rumah tangga kami yang masih jauh dari makmur kala itu.
Well sobs, kembali pada
Intan…,
Memiliki ibu bekerja, aku lihat tidak membuat Intan jauh dariku. Terbukti setiap pulang kerja, putri mungilku sudah menanti di teras rumah, berlari tak sabar menantiku masuk, memeluk dan menciumnya penuh kerinduan. Pelukan tangan mungilnya yang balas memelukku erat adalah tetesan embun di tengah dahaga bagiku, yang aku yakin jika sobats adalah ibu yang bekerja, maka rasa yang sama adalah juga milik kalian.. Aku yakin ini adalah momen-momen paling membahagiakan bagi seorang ibu ya, Sobs? I am sure you, the moms, enjoyed it well! J
Memiliki ibu bekerja, aku lihat tidak membuat Intan jauh dariku. Terbukti setiap pulang kerja, putri mungilku sudah menanti di teras rumah, berlari tak sabar menantiku masuk, memeluk dan menciumnya penuh kerinduan. Pelukan tangan mungilnya yang balas memelukku erat adalah tetesan embun di tengah dahaga bagiku, yang aku yakin jika sobats adalah ibu yang bekerja, maka rasa yang sama adalah juga milik kalian.. Aku yakin ini adalah momen-momen paling membahagiakan bagi seorang ibu ya, Sobs? I am sure you, the moms, enjoyed it well!
Waktu berlalu begitu cepat, menumbuhkan Intan menjadi seorang anak yang smart dan bisa berkompromi. Penuh pengertian di usianya yang masih balita. Contoh kasus adalah saat aku dan Intan main ke sebuah mall di kota kami, Medan. Intan kecilku terlihat begitu kagum dengan baju cantik nan lucu berwarna biru kesukaannya. Berhenti dengan takjub, di hadapan baju yang digantung itu dan aku tau persis dia menginginkannya. Dan, Sobs? Aku tidak punya uang saat itu. Gajiku dan ayah Intan sangat pas-pasan. Hiks..hiks..
Kuajak Intan melanjutkan
jalan-jalan kami. Tapi Intan enggan beranjak. Digenggamnya jemariku kuat.
“Umi, Intan suka baju itu. Cantik kali ya mi?”
Kalimat itu aku paham benar
maknanya. Lalu kutahan nyeri di hati karena apa pun jawabku tentu akan membuat
mata itu redup.
“Sayang, anak Umi mau baju itu ya, Nak?” (dalam pembicaraan yang cenderung membujuk, aku
terbiasa menggunakan kata anak Umi
untuk menyebut Intan).
Dia mengangguk kuat,
tersenyum cerah yang sukses menyayat hatiku.
“Nak, anak Umi pilih mana, kita beli baju itu sekarang, tapi kita
pulangnya harus jalan kaki, dan Anak Umi taukan kalo rumah kita jauuuh? Atau……. Kita bisa pulang naik angkot, dan nanti begitu Umi gajian,
kita beli baju ini…, gimana?”
My smart Intan answered
setelah terdiam, dengan bola matanya yang sedikit meredup.
“Yaaaa, kalo jalan kaki pasti kita akan capek dong, Mi. Teyus kalo
kita tunggu Umi gajian, nanti bajunya dibeli olang, ga ada lagi untuk Intan.”
“Sayang, percaya deh, pasti untuk anak Umi, baju ini akan menunggu, atau
siapa tau nanti waktu gajian malah muncul lagi baju biru lain yang lebih
cantik?”
“Oh, iya ya Mi, boleh juga, tapi benel ya Mi, janji nanti beli baju ini
ya Mi.”
Dan aku mengangguk. Sebuah janji terikrar dalam hati, untuk menebus baju ini atau yang serupa dengannya begitu gajian nanti, membungkusnya dengan bungkusan kado terindah.
Dan aku mengangguk. Sebuah janji terikrar dalam hati, untuk menebus baju ini atau yang serupa dengannya begitu gajian nanti, membungkusnya dengan bungkusan kado terindah.
Kini Intan ku telah
beranjak Remaja. Telah duduk di bangku SMU. Banyak hal yang telah kami
lalui bersama. Bahagia, ceria, duka lara, tertawa dan menangis bersama, adalah
hal yang akrab kami hadapi berdua. Dua tahun lebih beberapa bulan, pernah
membuat kami hidup terpisah. Terbukanya pintu hati kedua orang tuaku, menerima
kembali aku, Intan dan ayahnya serta rezeki yang mengalir deras di Aceh paska
tsunami, membuat aku kembali ke tanah kelahiran, dan terpaksa meninggalkan
putri terkasih sementara waktu di tempat kakak kandung ayahnya.
Tekadku bulat kala itu, kesempatan emas tak akan datang dua kali. Aku inginkan masa depan cerah bagi putri tercinta, dan mewujudkan masa depan indah dan bersinar butuh dana yang tidak kecil. Untuk itu, aku dan ayahnya perlu memanfaatkan kesempatan emas yang terbuka lebar di tanah Serambi Mekkah ini. Maka hijrahlah kami sementara waktu. Mendulang rupiah yang begitu berlimpah oleh masuknya dunia international via LSM-LSM (International NGO) yang bergerak cepat dan konsisten membangun kembali Aceh yang lebih baik.
Tekadku bulat kala itu, kesempatan emas tak akan datang dua kali. Aku inginkan masa depan cerah bagi putri tercinta, dan mewujudkan masa depan indah dan bersinar butuh dana yang tidak kecil. Untuk itu, aku dan ayahnya perlu memanfaatkan kesempatan emas yang terbuka lebar di tanah Serambi Mekkah ini. Maka hijrahlah kami sementara waktu. Mendulang rupiah yang begitu berlimpah oleh masuknya dunia international via LSM-LSM (International NGO) yang bergerak cepat dan konsisten membangun kembali Aceh yang lebih baik.
Hidup terpisah, tak berarti
membuat hubunganku dan Intan menjadi renggang, karena putri semata wayang yang
memang sangat pengertian itu begitu mudah aku ajak mengerti. Bahwa ibunya ingin
mempersiapkan masa depan yang indah bagi dirinya nanti. Bahwa ibunya ingin
menyediakan materi yang lebih dari cukup untuk dirinya nanti saat mulai butuh
ini itu. Contoh sederhana, ibunya ingin agar Intan bisa memiliki apa yang Intan
butuhkan tanpa harus menunda dalam waktu yang terlalu lama, karena alasan belum
punya uang, seperti yang selama ini Intan harus alami. Intan tentu ingin
seperti anak lain yang punya tas bagus, peralatan sekolah yang cantik dan baik,
tanpa harus menunggu Umi gajian segala.
Dan Intanku yang pengertian
sangat mengerti dan mendukung langkahku. Apalagi walau terpisah jarak, hubungan
kami tetap terjalin baik, karena didukung oleh canggihnya dunia komunikasi masa
kini. Bersyukur aku dengan teknologi selluler yang kini telah dapat dijangkau
dan diakses masyarakat luas. Berterimakasih aku akan kecanggihan dunia maya
sehingga setiap malam aku dan Intan bisa ber-web-cam ria, saling melihat,
bercerita (aku membiasakan mengantar Intan tidur dengan sebuah cerita pengantar
tidur, baru menutupnya dengan membaca doa bersama). Dan kebiasaan ini masih
terjadi sampai hari ini, saat aku menulis artikel ini, walaupun Intan telah
duduk di bangku SMA, tapi membaca doa bersama itu adalah wajib hukumnya.
Baik aku sedang di pulau terpencil sekali pun, ‘baca doa bobok’ bersama tetap
sebuah kewajiban. Tak mampu via web cam (karena net yang tidak available), maka
tulisan doa sebelum tidur beserta ‘good nite darling, have a good rest, nice
dream’ tetap harus di hantarkan, walau via sms.
Tak kupungkiri,
perpisahanku dengan ayahnya Intan, tentu menggores luka besar di hati terdalam
putri tercinta. Namun apa yang harus kulakukan? Aku bukan termasuk wanita yang tabu
akan perceraian. Aku tak akan bertahan dalam sebuah rumah tangga yang telah
bobrok dan tak dapat diselamatkan dari bara api hanya karena alasan ‘kasian
anaknya’. Justru dengan bercerai lah si anak akan dapat diselamatkan dari
penyakit perlahan terhadap mental, pikiran dan perasaannya. Anak perlu sebuah
rumah tangga yang damai, walau tidak utuh. Anak perlu kasih sayang penuh dari
ayah ibunya, walau tidak tinggal se atap. Anak perlu perhatian dan kasih sayang
dari keluarga dekatnya. Anak perlu materi yang mendukung pencapaian
cita-citanya. Semua saling berkaitan dan itu yang harus diprioritaskan. (#halah
kok malah melantur jauh dari jalur yaaa…, hehe).
Membangun hubungan dan komunikasi yang erat dan akrab dengan ananda tercinta, adalah prioritasku, apalagi mengingat hubungan kami terpisah terhubung oleh rentang jarak yang tidak menentu. Terkadang aku di rumah bersamanya, terkadang aku malah harus terbang ke berbagai pelosok untuk waktu tertentu. Kuupayakan
agar aku mampu menjadi orang pertama yang dipercaya Intan untuk tempat
pencurahan hati dan pikirannya. Aku ingin dia curhat ke aku pertama kali, sebelum ke teman lainnya.
Karena sebagai orang tua, tentu kita akan mencari solusi sebisa mungkin akan
problema yang dihadapi sang anak. Sementara jika curhatan tadi mendarat di
teman mainnya, belum tentu nasehat atau solusi terbaik yang akan diberikan,
bisa saja justru terkadang malah menjerumuskan karena keterbatasan wawasan dan
pengalaman dalam menghadapi pahit getir kehidupan.
Berjalan
bersama adalah hal yang kerap kali kami lakukan. Hang out di café sambil ngenet
berdua. Shopping berdua atau hanya sekedar makan jagung bakar di pantai
Uleelheu sembari menyambut sang senja muncul dari kaki langit. Indah dan
sungguh meneduhkan hati.
Keakraban yang terjalin tentu membuatnya easy to share her feeling about everything. Bahkan tentang cinta kala sang cinta monyet menghampiri. J Hal ini tentu membuatku tenang, karena tau persis what is going on with my daughter, and how to guide her being safe in her life and friendship.
Alhamdulillah,
Intan memang menjadikan aku sebagai tempat curhatnya. Baginya, aku adalah ibu,
kakak, tapi juga sahabat terbaiknya. Beberapa status di facebooknya,
jelas-jelas mengisyaratkan itu. Dan aku bahagia dan bangga akannya.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau kabulkan pintaku, agar aku dan Intan tetap
dekat, saling percaya dan saling menyayangi. Saling menghargai dan menghormati
pada posisi masing-masing.
Sobats,
Itulah
sekelumit kisahku dan Intan, sang sahabat karib, juga putri tersayang.
Sudahkah
putra atau putri Sobats menjadi sahabat karibmu? Rasanya indah banget lho.
Hehe….
Tunggu
saja. You will enjoy this moment some day, I hope. J
47 comments
terharu saya bacanya mbak....meskipun mbak al kadang terpisah dari intan, tapi keakraban bak sepasang sahabat karib tetap bisa terjalin ya mbak....
ReplyDeleteluar biasa jika ada seorg ibu yg bisa menjadi sahabat sekaligus untuk anak-anaknya... aku sedikit mendengar keakraban mba alaika berkmnksi dgn putri tercintanya kmn via tlp saat perjalanan acara #GathKEB#
ReplyDeletePenuh keakraban dan kasih sayang, alhmdulillah aku jg dekat dgn kedua buah hatiku mba...dan akan belajar menjadi bunda sekaligus sahabat untuk keduanya.
semoga intan yg cantik baik-baik slalu disana ya mba...:)
hiks.. jadi kangen sama sahabat2 yg da pasa jauh :( #nangisbeneran bacanya T.T
ReplyDeletembak, pengen deh punya anak yang bisa dekat dengan orang tuanya. Senengnya ...
ReplyDeleteMudah2an anakku bisa seperti Intan & mbak Al ..
sahabatku.. kayaknya bukan lagi mamah. hehe
ReplyDeletesekarang mamah cuma bisa jadi sahabatku disaat dia sedang sendiri. tapi ketika ada suaminya, walaupun kami serumah aku tetap merasa dia jauuuh dan memang sengaja menjauh. kata bibi aku jangan egois, aku harus rela berkorban untuk kebahagiaan mamah. tapi... ah.. pokoknya aku rindu mamahku sahabatku.
*jadi curhat
Cantiknya anaknya mbak.. :)
ReplyDeleteSemoga cintanya berdua selalu utuh dan hangat walaupun terentang jarak.
Anak-anakku yg perempuan juga sudah ABG, mudah-mudahan selalu bisa jadi sahabat mereka samapai kapanpun seperti mbak Alaika dan Intan :)
aduhhh...mirip kakak adik ya, hihihy :D
ReplyDeleteMbaaaakkk, ini bukan sekelumit tapi berkelumit-kelumit lho? So detail dan sampai speechles mau comment apa neh. saluut pokoknya sama Mbak Al...the great Mother.
ReplyDeleteBtw, tumben Mbak Al pake hurupnya agak kecil neh..
Aku juga bingung mbak Al mau komen apa. Yang jelas Intan pasti bangga punya ibu seperti mbak Al hehehe...
ReplyDeletePerasaan foto sebelum sebelumnya masih kayak anak kecil si Intan,
ReplyDeletekok sekarang udah gede ya hihi :D
Cantik banget lho mbak si Intan itu :D
Aku terharu euy bacanya.
Intan baca ini gak mbak?
mba, aku terharu bacanya ;( two thumbs up buat mba alaika dan putri tercinta. semoga saat anak2ku dewasa,aku bisa menjadi sahabat mereka juga
ReplyDeleteMbaaa.. peluk peluk..
ReplyDeleteterharuu aku..
*ambil tissue..*
tetep smangat menjalani hidup bersama si cantik Intan ..
Olive aja yang masih kelas 3 SD,
ReplyDeletekadang bisa aku ajak curhat kaya sahabat..
begitulah enaknya punya anak perempuan ..
Bagus mbak ceritanya..semoga saya nanti juga bisa menjadi seorang ayah sekaligus sahabat bagi anak-anakku ya mbak :)
ReplyDeletesalam kenal mbak...semoga hubungan say adan putri sulung saya seperti itu, menjadi teman terbaiknya dan tem[at curhatnya...
ReplyDeletekisah ini ditulis sangat detail sekali mbak! terekam banget dalam hati ya. menjadikan anak sebagai sahabat dlm mengisi kehidupan! woww..luar biasa!
ReplyDeletembak itu kyak ibu niar deh, sama sama kyak sahabat :)
ReplyDeleteIntan pasti bangga sama mbak alaika, eeh intan cantik banget :)
salam kenal kk Intan yg muaniiiizzzz bgd. senyumnya pasti bikin sllu kangen ya mba.
ReplyDeletesebentar lg mimi mgkn mengalami hal2 seru spt mba dg Intan klo rani udah remaja nnt...hehe
@Mami Zidane
ReplyDeleteMakasih atas perhatian dan kunjungannya mba.... memang sudah komitmenku untuk selalu menjalin keakraban dengan putri tersayang, sesibuk apapun aku, Intan adalah harta yang paling berharga yang harus aku jaga dan asuh dengan penuh kasih sayang.... :), semoga tetap ada jalan untuk menjaga komitmen ini ya mba, amiin.
@IrmaSenja
ReplyDeletehehe... memang mba, walau hanya via telp, tapi keakraban kami tetap hangat dan saling rindu... hihi.
Alhamdulillah jika mba Irma juga memiliki kedekatan serupa dengan kedua buah hati, mereka adalah harta kita yang paling berharga toh mba..? dan syukur banget jika kedekatan telah terbina dengan baik, Insyaallah... saya optimis mba Irma juga akan menjadi bunda yang hebat dan sahabat tersayang bagi anak2 mba nanti. Wait and see aja..... keduanya akan menjadi sahabat karib tempat saling bertukar cerita lho... :)
@Aiinizza Wynata
ReplyDeleteayo luangkan waktu untuk menghubungi kembali para sahabat yang telah terpisah jauh... manfaatkan kecanggihan teknologi untuk membantu terjalinnya silaturrahmi.... :)
@dey
ReplyDeleteMba Dey anaknya laki-2 ya? Fauzan kalo ga salah?
Insyaallah akan bisa mba... adik bungsuku, laki-laki, adalah sahabat terbaik ibuku lho mba, setelah aku harus meninggalkan rumah karena mulai punya rumah tangga sendiri.... :)
semoga mba Dey juga akan menjadi sahabat terbaik bagi ananda yaaa... amin..
@Syifa Azz
ReplyDeleteSyifa sayang.... terkesan disini bahwa suaminya mama itu adalah bukan lagi ayahnya Syifa... am I right?
Jika benar... jangan iri Syifa sayang.... jalin hubungan dengan baik, rangkul hati mama untuk tetap menjadi sahabat Syifa dengan menjalin keakraban juga dengan papa... yakin deh.... Mama akan semakin dekat dengan kamu...
Papa baru Intan begitu dekat lho dengan Intan, malah terkadang Intan lebih terbuka pada papanya itu daripada ke tante... alasannya tante ceriwis untuk beberapa hal yang lebih bisa ditolerir oleh papanya. hehe... dasar tuh Intan....
@Sary Ahd
ReplyDeleteIntan pasti seneng banget dipuji mba Sary tuh.....makasih ya tanteee...
Oya? anak2 mba yang perempuan sudah ABG.... wah pasti senang dan seru berinteraksi dengan mereka setiap harinya ya mba..... adaaaa aja yang bikin suasana hati ceria, haru, sedih dan aneka rasa lainnya....
Semoga anak2 mba juga tetap akan menjadikan mba sebagai sahabat terbaik mereka ya mba.... dan sebaliknya, amin.
@Stupid monkey
ReplyDeletehehehe... mirip ya mas? cakepan anak apa emaknya nih? *blink-blink... wkwkwkwk
@Ririe Khayan
ReplyDeletehehehe... berkelumit ya rie.... habis sedang kangen sama Intan, jadinya ya mengalir deras deh tulisannya.... tak tertahankan, mengalir langsung dari lubuk hati terdalam, ciee....
Amin, semoga kami tetap menjadi sahabat karib sepanjang hayat dikandung badan ya rie... and hope that I could be a good mom for her and vise versa....
@Anak Rantau
ReplyDeletekomen yang ini juga udah cukup membahagiakan hati lho mas.... hehe... makasih ya sudah berkunjung dan semoga Intan bahagia ber-ibu-kan aku yaa... :)
@Tebak Ini Siapa
ReplyDeletehehe.... foto2 sebelumnya terlihat kekanakan ya Na..?
wah si Intan pasti senang banget baca pujian kamu Na.... makasih ya kak Una... pasti akan bilang begitu....
Intan baca artikel ini dan kirim sms that she loves and miss me so much! :)
@Dee Ayu
ReplyDeletemakasih atas kunjungan dan komennya mba Dee..... aku turut meng-amin-kan doa mu mbaaa... semoga bisa menjadi sahabat bagi anak2mu kelak yaa..
@Mama Olive
ReplyDeletepeluk-peluk balik, sama-sama ngelap airmata dengan tissue bersama mama olive....
makasih atas semangat yang disuntikkan ya mba..... :)
@nchie
ReplyDeletesee? Enak banget kan punya anak perempuan... hehe...
tunggu deh besar dikit lagi, semakin dia akan mengerti dan membutuhkan kehadiran kita tak hanya sebagai ibu, teman bermain, tapi juga sahabat tempat berbagi cerita, termasuk hal pribadi yang ingin dishare, semoga kita menjadi orang pertama yang menerimanya... itu akan indah dan menolong dalam mencari langkah penyelesaian.... :)
@Seagate
ReplyDeleteamin mas sigit... semoga dapat menjadi sahabat terbaik bagi anak2nya kelak yaaa.....
@Rina Susanti Esaputra
ReplyDeleteSalam kenal kembali mba Rina...
Syukur Alhamdulillah jika juga demikian mba... senang dan bahagia rasanya yak? :)
wah, mamanya awet nih, kayak kakak adek..,pasti menyenangkan ya bisa jadi sahabat anak. Semoga aku juga bisa begitu sama anakku.. thanks ya mbak,sudah berbagi.Salam utk Intan yang cantik maniiis :)
ReplyDeleteWow, Intah udah remaja ya Mbak.. Cantik sama kayak mamanya.
ReplyDeleteSeneng kalo anak bisa menjadikan mamanya seorang sahabat.
Saya ndak punya banyak sahabat untuk saat ini, paling hanya beberapa teman kantor dan suami tentunya, Mbak. :)
betapa menyenangkannya jika orang tua bisa menjadi sekaligus sahabat bagi anak anaknya :( gag semua orang bisa dapetin orang tua seperti ini ... keren!!!
ReplyDelete@Bung Penho
ReplyDeletesaking kangennya sama Intan jadi semuanya mengalir dari hati yang terdalam tuh bung... :)
trims atas kunjungan dan atensinya...
anak anak jaman sekarang sepertinya sudah lebih menyadari kalo mereka harus hidup mandiri
ReplyDelete@alaika abdullahcakepan angelina jolie sih, wew, hihiy :p
ReplyDeleteIntan cantik ya, mbak, smg tumbuh menjadi putri remaja yg sholehah. Senang sekali melihat anak kebanggaan kita tumbuh.
ReplyDeletemakasih ya, mbak kunjungannya
Dua-duanya cantik
ReplyDeleteSemoga bahagia selalu
Salam hangat dari Surabaya
Baca lagi tulisan ini, dan aku ingin putriku dan aku sedekat mba dan intan... *_*
ReplyDeleteMbak membaca ceritamu rasanya hampir tak sanggup menyeleseikannya, rasa haru biru menyelimuti hati..,sebagai teman hanya bisa berharap Intan tetap menjadi Intan yang baik dan shalihah kendati tidak selalu didampingi secara zahir oleh umi-nya
ReplyDeleteSemoga Vivi yg kini baru 9 tahun nanti kalau sudah besar bisa seperti kk Intan ya, sayang dan dekat dengan ibunya. Aku juga sering terharu nih Mb Al, setiap kali pulang kantor, Vivi dan adeknya Faris 3 tahun, rebutan untuk peluk dan cium. Rasanya gimanaaaa gitu, nothing's compare deh
ReplyDeletewaaahh, mau komen apa yaa, bingung. coz kejadian seperti inilah yang saat ini sedang kujalani maak.. 'hiks'
ReplyDeletebtw sekarang masih tegar setegar karang.. meskipun sangat tidak mengenakkan. yaa.. semua akan tiba pada waktunya ya maak..*peluk*
Meski Vinka sudah mulai terbuka denganku, ingin sekali aku bisa membuatnya juga bersahabat denganku. Tfs, mak. Tulisan ini menjadi penyemangat ku untuk lebih banyak meluangkan waktu dengan anak-anakku.
ReplyDeleteTerenyuuuh..disitu kadang aku jg pengen punya anak cewek *eeh..tp walopun semuanha laki, azka dah ag skr, aku selalu berusaha dekat dan byk cerita2 dgn azka...moga azka jg bisa menjadi sahabat juga ya cyiin
ReplyDelete