Hari ini, Senin. Bener-bener pengen aplikasiin semboyan I like Monday. But..., dari pagi tuh, sisa-sisa kebahagiaan dan keinginan untuk lanjut berleyeh-leyeh tak mau pergi. Huft. Udah diusir dan menyibukkan diri dengan list to do yang sebenarnya menumpuk, teteup aja, ga mau pergi juga ini rasa pengen leyeh-leyeh. Apalagi mengingat jalanan tadi pagi menuju kantor, udah agak lowong karena banyak yang sudah nyuri start liburan. They started taking leave deh kayaknya. Sementara eikeh? Aih, daku belum punya cuti, bo'. Baru juga kerja di kantor ini sekitaran 1/2 tahunan, jadi kagak punya eikeh, mah! *gigit jari. Rasa 'iri' mulai menggerogoti, dan jika diijinkan berkembang maka dia akan merajalela. Bah, bahaya ini!
Maka, mulai lah aku menyibukkan diri. Dengan penuh disiplin mulai laksanakan list to do. Sesuai antrian yang sudah tertera di list. Ga boleh saling mendahului. Disiplin dan fokus! Dan Alhamdulillahnya, hingga waktunya lunch, aku berhasil fokus dan selesaikan beberapa list. Yup, disiplin itu, harus. Etapi, justru after lunch godaan itu begitu menggelora. Dasar, ya, Sobs? Sebagai wanita yang berdarah netizen *halah, lebay!*, aku tak mampu menghindar dari dunia yang satu ini. Dumay, begitu mempesona, menarik-narik jemariku untuk ketikkan url ke sosmed di mana aku biasanya bercengkerama. Intip sana intip sini. Facebook, Twitter, Instagram dan whatsapp, meriah silih berganti mencerahkan mata. Haha. Huft. It's so hard to keep focus on my work. Dan jujur, eikeh nyerah, dan sedikit melunak. Haha. Disiplin entar dulu lah, perlu juga kan kita melihatberita-berita gosip terbaru. Hehe. Via tablet yang setia menemani sejak kompi tak leluasa lagi untuk berselancar ke destinasi yang tak pantas untuk dilakukan pada jam kerja [baca: fesbukan, twitteran, instagraman dan semacamnya], aku mulai lincah bergerilya. Dan..., aneh, ada kebahagiaan tersendiri memang, setiap aku berhasil memasuki ranah 'terlarang' ini. Hehe.
Menyapa beberapa teman yang terlihat sedang oline, colak colek teman pada status yang mereka update, sungguh melenakan. Hayyah, betapa menggiurkannya dunia yang satu ini. Kapan ya, bisa meninggalkan dunia kerja yang serius ini, lalu berkecimpung di ranah maya, bekerja sesuai passion dengan gaji di atas yang aku terima sekarang ini? *Eits, bukan tak mungkin kan? Bisa aja khaan? Ini jaman edan teknologi, lho! Bukan hal yang aneh lagi toh, jika orang bisa earning money justru melalui tarian jemari? Nah! Makanya, jangan under-estimate dulu, donk!
Selagi asyik menarikan jemari, berkunjung ke sana kemari, si Mba Ipah, office girl kami malah menghampiri. "Mba, masih ngantuk? Mau tak bikinin Kopi Turki, enggak?" Tawarnya tulus. Emang sih, tadi sehabis shalat, aku sempat mengeluh ngantuk padanya. Eh ternyata, saat masuk ke ruanganku, doi masih ingat jika aku ngantuk.
"Hm, selain kopi Turki ada, enggak, Mba? Aku ga kuat deh kalo kopi Turki. Keras banget khan?"
Tolakku seraya menegaskan akan rasa si kopi. Beberapa teman pernah mengatakan bahwa kopi turki emang keras banget. Dan aku sendiri, bukanlah pecinta kopi hitam. Untuk kopi, aku sebenarnya jatuh cinta akan aromanya saja, untuk rasa pahitnya, aku tak suka. Makanya, paling banter, aku hanya mau minum white coffee, tidak black coffiee. Mau itu kopi Aceh, kopi Lampung, Arabika, Torabika, apapun itu, yang penampakannya gelap alias kelam, aku tak mau. Pahit, dan keras!
"Eh, coba dulu atuh, Mba. Mba belum coba, sih! Kopi Turki mah lain. Apalagi buatan Mba Ipah, enak banget, lho! Kopi Turki tuh, yang bikin enak adalah pada busanya!" Jelas Mba Ipah. Kalimat terakhir si Mba justru menjadi daya tarik tersendiri bagiku. Ha? Busanya? Emang Kopi Turki berbusa? Maka, tak lagi kutolak tawaran si Mba Ipah, melainkan segera kuanggukkan kepala dan memintanya segerakan hidangan kopi turki itu ke mejaku. Dan. tak sampai 5 menit, Mba Ipah telah kembali dengan secangkir mungil imut kopi Turki. Yang unik adalah, cangkirnya yang kecil imut-2 itu lho! Dan rasanya? Oh my God, sedap, man! Langsung bikin aku ketagihan. Ternyata, sangkaku bahwa kopi item itu keras dan pahit, is a BIG NO. Kopi Turki, sedap, Gan!
Dan rahasianya adalah, ternyata bikinnya justru bukan didalam air yang mendidih, melainkan diaduknya di air dingin terlebih dahulu, baru kemudian ditambahin dengan air panas mendidih, maka terciptalah buih yang mantab dan sedap!
Maka, mulai lah aku menyibukkan diri. Dengan penuh disiplin mulai laksanakan list to do. Sesuai antrian yang sudah tertera di list. Ga boleh saling mendahului. Disiplin dan fokus! Dan Alhamdulillahnya, hingga waktunya lunch, aku berhasil fokus dan selesaikan beberapa list. Yup, disiplin itu, harus. Etapi, justru after lunch godaan itu begitu menggelora. Dasar, ya, Sobs? Sebagai wanita yang berdarah netizen *halah, lebay!*, aku tak mampu menghindar dari dunia yang satu ini. Dumay, begitu mempesona, menarik-narik jemariku untuk ketikkan url ke sosmed di mana aku biasanya bercengkerama. Intip sana intip sini. Facebook, Twitter, Instagram dan whatsapp, meriah silih berganti mencerahkan mata. Haha. Huft. It's so hard to keep focus on my work. Dan jujur, eikeh nyerah, dan sedikit melunak. Haha. Disiplin entar dulu lah, perlu juga kan kita melihat
Menyapa beberapa teman yang terlihat sedang oline, colak colek teman pada status yang mereka update, sungguh melenakan. Hayyah, betapa menggiurkannya dunia yang satu ini. Kapan ya, bisa meninggalkan dunia kerja yang serius ini, lalu berkecimpung di ranah maya, bekerja sesuai passion dengan gaji di atas yang aku terima sekarang ini? *Eits, bukan tak mungkin kan? Bisa aja khaan? Ini jaman edan teknologi, lho! Bukan hal yang aneh lagi toh, jika orang bisa earning money justru melalui tarian jemari? Nah! Makanya, jangan under-estimate dulu, donk!
Selagi asyik menarikan jemari, berkunjung ke sana kemari, si Mba Ipah, office girl kami malah menghampiri. "Mba, masih ngantuk? Mau tak bikinin Kopi Turki, enggak?" Tawarnya tulus. Emang sih, tadi sehabis shalat, aku sempat mengeluh ngantuk padanya. Eh ternyata, saat masuk ke ruanganku, doi masih ingat jika aku ngantuk.
"Hm, selain kopi Turki ada, enggak, Mba? Aku ga kuat deh kalo kopi Turki. Keras banget khan?"
Tolakku seraya menegaskan akan rasa si kopi. Beberapa teman pernah mengatakan bahwa kopi turki emang keras banget. Dan aku sendiri, bukanlah pecinta kopi hitam. Untuk kopi, aku sebenarnya jatuh cinta akan aromanya saja, untuk rasa pahitnya, aku tak suka. Makanya, paling banter, aku hanya mau minum white coffee, tidak black coffiee. Mau itu kopi Aceh, kopi Lampung, Arabika, Torabika, apapun itu, yang penampakannya gelap alias kelam, aku tak mau. Pahit, dan keras!
"Eh, coba dulu atuh, Mba. Mba belum coba, sih! Kopi Turki mah lain. Apalagi buatan Mba Ipah, enak banget, lho! Kopi Turki tuh, yang bikin enak adalah pada busanya!" Jelas Mba Ipah. Kalimat terakhir si Mba justru menjadi daya tarik tersendiri bagiku. Ha? Busanya? Emang Kopi Turki berbusa? Maka, tak lagi kutolak tawaran si Mba Ipah, melainkan segera kuanggukkan kepala dan memintanya segerakan hidangan kopi turki itu ke mejaku. Dan. tak sampai 5 menit, Mba Ipah telah kembali dengan secangkir mungil imut kopi Turki. Yang unik adalah, cangkirnya yang kecil imut-2 itu lho! Dan rasanya? Oh my God, sedap, man! Langsung bikin aku ketagihan. Ternyata, sangkaku bahwa kopi item itu keras dan pahit, is a BIG NO. Kopi Turki, sedap, Gan!
Dan rahasianya adalah, ternyata bikinnya justru bukan didalam air yang mendidih, melainkan diaduknya di air dingin terlebih dahulu, baru kemudian ditambahin dengan air panas mendidih, maka terciptalah buih yang mantab dan sedap!
catatan kecil tentang kopi turki,
Al, Margonda Raya, 14 Dec 2015
Words: 663