TBC [seharusnya] Tak Lagi Menjadi Momok. Yup, seharusnya sih begitu, ya, Sobs? Tapi, jujur, aku sendiri dulunya sering gusar jika mengetahui ada teman, sodara atau handai tolan yang tervonis menderita TBC atau yang juga ngetrend dengan sebutan TB [baca Ti Bi]. Bukannya tak berempati, tapi takut ketularan! Aih, betapa naif dan jadi malu sendiri deh mengingat hal ini. Untungnya, itu dulu, puluhan tahun lalu. Etapi, teteup aja diriku merasa malu hati jika menemukan orang-orang yang memandang TB sebagai momok, lalu menjauhi si penderitanya. Terus teringat akan diriku yang dulu pernah acted like that lah! *Tutup muka pake rangkaian mawar merah*
TBC, memang merupakan penyakit yang sangat dan gampang banget menular! Eits, jangan dulu lari apalagi menghindar seperti itu dunk, ah! TBC itu BISA banget disembuhkan lho! Dan taukah, Sobats, jika pengobatan TBC sampai tuntas itu diberikan oleh pemerintah kepada para penderita TBC di negeri ini secara FREE alias GRATIS? Yup, beneran, lho! Pengobatan yang sebenarnya akan memakan biaya total kurang lebih 100 juta rupiah itu diberikan secara GRATIS oleh Pemerintah! Kurang baik apa lagi coba, Sobs!
Hanya saja, kurangnya sosialisasi akan hal ini, baik tentang cara mencegah, menghadapi penderita dan mendukungnya, membuat penyakit ini menjadi sesuatu yang dipandang sebelah mata tapi juga mengerikan oleh kebanyakan masyarakat kita. Membuat banyak masyarakat yang masih menghindar bahkan mengucilkan penderita ketimbang mendukungnya untuk sabar dan setia berobat. Seperti cerita beberapa penderita yang dimintai untuk memberikan testimoni seputar pengalaman mereka menjalani perobatan TB yang dideritanya, yang dikisahkan di dalam workshop yang digelar oleh Subdit TB Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan KNCV Tuberculosis Foundation Indonesian Team. Nah, kebetulan, sebagai bloggerkeren diriku termasuk yang beruntung mendapatkan undangan menghadiri workshop yang digelar sejak tanggal 3-5 Maret 2015 di Aston Tropica Hotel, Bandung.
TBC, memang merupakan penyakit yang sangat dan gampang banget menular! Eits, jangan dulu lari apalagi menghindar seperti itu dunk, ah! TBC itu BISA banget disembuhkan lho! Dan taukah, Sobats, jika pengobatan TBC sampai tuntas itu diberikan oleh pemerintah kepada para penderita TBC di negeri ini secara FREE alias GRATIS? Yup, beneran, lho! Pengobatan yang sebenarnya akan memakan biaya total kurang lebih 100 juta rupiah itu diberikan secara GRATIS oleh Pemerintah! Kurang baik apa lagi coba, Sobs!
Hanya saja, kurangnya sosialisasi akan hal ini, baik tentang cara mencegah, menghadapi penderita dan mendukungnya, membuat penyakit ini menjadi sesuatu yang dipandang sebelah mata tapi juga mengerikan oleh kebanyakan masyarakat kita. Membuat banyak masyarakat yang masih menghindar bahkan mengucilkan penderita ketimbang mendukungnya untuk sabar dan setia berobat. Seperti cerita beberapa penderita yang dimintai untuk memberikan testimoni seputar pengalaman mereka menjalani perobatan TB yang dideritanya, yang dikisahkan di dalam workshop yang digelar oleh Subdit TB Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan KNCV Tuberculosis Foundation Indonesian Team. Nah, kebetulan, sebagai blogger
Sekilas Tentang TBC dan gejalanya
Berkesempatan mengikuti workshop ini, sungguh memberikan masukan yang sangat berarti bagiku. Tak hanya menjadi lebih jelas dan aware tentang TBC, tapi juga jadi lebih paham akan derita baik secara fisik mau pun batin yang dialami oleh para penderita TBC.
Penyakit TBC sendiri adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberkulosa, yang berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam [BTA]. Penularannya juga mudah banget, nih, Sobs!
Pay your attention, please. Bakteri ini menyebar melalui udara pada saat penderita TBC batuk atau bersin. Jika saja bakteri ini sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru kita, maka dia akan berkembang biak menjadi banyak dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Terhadap tubuh yang lemah [daya tahan tubuh yang rendah], infeksi bakteri ini lebih mengerikan lagi, Sobs! Dia akan dengan semena-mena menghajar dan menguasai seluruh organ tubuh, seperti; paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening dan lain-lainnya lagi. Namun umumnya, yang kerap diserangnya adalah paru-paru, sih! Serem, yak? Keseraman ini akan meningkat lebih tajam dan kejam lagi bagi mereka yang tinggal di daerah yang padat, dengan lingkungan yang tidak terpelihara dengan baik. Bakteri TBC ini akan happy banget tuh berada di daerah yang seperti ini, nih, Sobs!
Gimana sih menandai penyakit ini? Ngeri juga ih kalo dibiarkan dengan begitu saja.
Yup, TBC memang harus diberantas. Dimulai dari mengenali gejala umum yang sering menyertai penderitanya, yaitu ditandai dengan batuk berdahak yang lebih dari 2 minggu, demam, batuk darah, nyeri di dada, berkeringat pada malam hari padahal tidak beraktivitas plus menurunnya nafsu makan serta berat badan.
Untuk gejala khusus, bisasanya tergantung pada organ tubuh yang diserangnya. Jika terjadi penyumbatan pada sebagian saluran bronkus [saluran yang menuju ke paru-2], akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, maka akan menimbulkan suara seperti sesak napas.
Jika ada cairan pada rongga pleura [pembungkus paru-paru], maka biasanya akan disertai keluhan sakit pada dada.
Jika mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Ih, serem yak?
Pada anak-anak, dapat mengenai otak [lapisan pembungkus otak] dan biasa disebut meningitis [radang selaput otak], gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Yup, TBC memang harus diberantas. Dimulai dari mengenali gejala umum yang sering menyertai penderitanya, yaitu ditandai dengan batuk berdahak yang lebih dari 2 minggu, demam, batuk darah, nyeri di dada, berkeringat pada malam hari padahal tidak beraktivitas plus menurunnya nafsu makan serta berat badan.
Untuk gejala khusus, bisasanya tergantung pada organ tubuh yang diserangnya. Jika terjadi penyumbatan pada sebagian saluran bronkus [saluran yang menuju ke paru-2], akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, maka akan menimbulkan suara seperti sesak napas.
Jika ada cairan pada rongga pleura [pembungkus paru-paru], maka biasanya akan disertai keluhan sakit pada dada.
Jika mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Ih, serem yak?
Pada anak-anak, dapat mengenai otak [lapisan pembungkus otak] dan biasa disebut meningitis [radang selaput otak], gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Cara Pengobatan TBC
Jika saja pemerintah tidak menganggarkan anggaran khusus untuk biaya pengobatan/pemberantasan TBC ini hingga tuntas, maka dapatlah dibayangkan betapa para penderita TBC akan semakin terpuruk. Biaya aslinya itu mahal, lho! Kurang lebih 100 jutaan akan dibutuhkan untuk seorang penderita agar dapat menjalani perawatan/pengobatan hingga tuntas. Untungnya, pemerintah komit untuk hal ini. TBC memang harus diberantas, karena dasyatnya ancaman bakteri TB ini dalam menyerang manusia lainnya. Bayangkan, Sobs, satu penderita TBC itu, punya kemampuan menularkan ke 15 orang lainnya, lho! Ngeri banget, kan? Makanya, Pemerintah Indonesia [begitu juga dengan negara-negara lainnya], komit banget dalam menganggarkan dana demi pemberantasan TBC ini. Tinggal penderita-penderitanya ini, nih, yang terkadang justru suka menyerah di tengah jalan [pengobatan] karena tak tahan oleh efek samping yang timbul dari pengobatan itu.
Back to cara pengobatan TBC, setelah dinyatakan positif TBC, maka pasien haruslah diberi obat yang harus diminum secara teratur sampai tuntas selama 6 [enam] sampai 8 [delapan] bulan berturut-turut. Lamanya masa minum obat ini memang tergantung pada berapa lama terjadinya konversi positif TBC ke negatif TBC itu sendiri, sehingga setiap pasien akan mengalami masa yang berbeda, namun umumnya sih dalam rentang waktu antara 6-8 bulan gitu deh.
Pasien memang harus mau minum obat secara teratur lho, karena pasien TBC yang tidak mau menkonsumsi obat bisa berakibat pada kematian, karena bakteri ini terkenal sangat kejam dalam menginfeksi.
Selama masa pengobatan diperlukan pemeriksaan dahak pada tahapan awal, satu bulan sebelum masa pengobatan berakhir dan pada akhir pengobatan.
Meminum Obat TBC secara tidak teratur atau berhenti sebelum waktunya itu berefek buruk lho! Mengapa? Karena kuman di dalam tubuh akan menjadi kebal terhadap obat sehingga pengobatan akan lebih lama dan lebih mahal karena jenis obatnya akan berbeda. Penderita TBC jenis ini pun dikategorikan ke dalam kategori penderita TB MDR [Multi Drug Resistant] -> akan dibahas pada postingan berikutnya yaa. Kuman yang kebal obat ini dapat ditularkan pula kepada orang lain di sekitar penderita TBC jenis ini.
Efek Samping dari Obat TBC
sumber gambar : flyer Stop TB milik Subdit TB, Dirjen PPPL, Kementerian Kesehatan RI, 2013 |
Banyak dari pasien TBC menjadi ogah-ogahan bahkan akhirnya berhenti di tengah jalan pengobatan. Alasan kebanyakannya adalah karena mereka lelah oleh efek samping yang ditimbulkan dari mengkonsumsi obat-obatan TBC yang memang tidaklah sedikit dan butuh rentang waktu yang begitu panjang. Alasan lainnya adalah capek, bosan, sakit dan hilang kesabaran karena lama banget sembuhnya juga menjadi alasan mereka untuk berhenti berobat. Adapun beberapa efek samping yang ditimbulkan oleh rangkaian obat TBC adalah seperti yang terlihat pada gambar di samping ini, nih, Sobs.
Atas Kiri : Lesu, hilang nafsu makan, mual, sakit perut.
Atas Kanan; Kesemutan sampai rasa terbakar di kaki
Kiri Bawah: Nyeri sendi
Kanan Bawah; warna kemerahan pada air seni [Urine]
Atas Kanan; Kesemutan sampai rasa terbakar di kaki
Kiri Bawah: Nyeri sendi
Kanan Bawah; warna kemerahan pada air seni [Urine]
Di sinilah dukungan keluarga dan orang-orang tercinta sangat dibutuhkan dalam mensupport para pasien agar tidak lelah berobat. Mereka harus diyakinkan dan didukung untuk berobat sampai tuntas, karena sebenarnya, dukungan ini bukanlah untuk kesembuhan mereka semata, melainkan juga untuk kepentingan kita [orang-orang di sekitar pasien itu sendiri] lho, agar TIDAK TERTULAR.
Well, Sobats, postingan ini adalah postingan awal dari rangkaian postingan tentang TBC, oleh-oleh dari mengikuti workshop Blogger Lawan TB yang digelar oleh Subdit TB, Dirjen PPPL, Kementerian Kesehatan RI yang bekerjasama dengan beberapa sponsor. See you in the next post, ya!
Al, Bandung, 10 Maret 2015