The Birthday Girl


Alaika Abdullah

Seperti yang aku ceritakan pada beberapa postingan sebelumnya, Siti Habibah alias si yatimku, sibuk mempersiapkan hari ulang tahunnya. Mulai dari melobby penjual fried chicken pinggir jalan untuk mendapatkan harga yang lebih bersahabat, sampai membeli undangan untuk teman-temannya, dari uang hasil main arisan sendiri dengan anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Tentu, uang itu tidaklah cukup. Kami pun turun tangan, mengingat keinginannya untuk rayakan ultah begitu tak terbendung. Persiapanpun berjalan lancar, dan kini, aku ingin cerita tentang detik-detik mengharukan dan bikin Bibah bahagia itu, deh. Boleh donk? *Ya iya lah, Al, kan suka-suka elo mau nulis tentang apa..., hehe. 

Singkat cerita, hari itu pun tiba. Aku dan Intan sampai di rumah Dijah pada hari Jumat, tengah malam, karena seperti biasa, Jumat malam menuju Bandung, adalah detik-detik di mana berbagai kendaraan berpacu tiada henti di atas ruas jalan tol menuju Bandung. Termasuklah aku dan Intan, mengendarai Gliv tersayang, ikut berjejer di atas ruas jalan tol itu, berangkat dari Depok menuju Bandung tepatnya keluar dari tol Buah Batu, menuju jalan Soekarno-Hatta, masuk ke Cisaranten, di mana Dijah berdomisili. Waktu ketibaan alias arrival time there sekitar pukul 2 malam deh, dan beneran, aku ngantuk banget. Untungnya Intan sedang getol-getolnya driving, sehingga dengan senang hati dipersilahkannya uminya ini untuk taking rest along the way to Bandung. Etapi, teteup aja, aku masih ngantuk dan sulit banget buka mata, bahkan untuk berpindah tempat dari mobil ke dalam rumah Dijah.

Disambut gembira oleh Bibah dan Icha, si 'anak ajaib'ku, sementara Dijah alias Bundanya Bibah sedang ke rumah 'nenek'. Tak ape, aku dan Intan, sudah biasa berhadapan dengan situasi ini. Aku langsung cuci muka, ambil wudhu, shalat Isya dan kemudian langsung mengajak anak-anak untuk tidur. Sekilas sempat kuperhatikan ruangan yang telah disulap sebagai ruang pesta. Bergerombol balon dan aksesoris penghias ruangan ditata dengan apik pada langit-langit ruangan, plus pernak pernik dari pita, juga sudah menghias dinding rumah Bibah.

Ruangan sederhana itu kini telah berubah, ceria, dan siap membagikan kebahagiaan bagi pemilik mungilnya, semoga, ya Allah. Entah kenapa, selalu ada haru di hatiku, setiap melihat dan memikirkan si yatim ini. Begitu juga terhadap Dijah. Ada rasa yang entah gimanaaaa, gitu. Ada sedih, nelangsa, haru dan juga bahagia di hati, melihat senyum keduanya. Ah, sudahlah, saatnya untuk tidur karena sebelum pesta sederhana yang akan berlangsung besok siang, pagi harinya aku masih ada agenda lain yang juga tak kalah penting. Yaitu urusan me time di klinik dokter David, alias klinik DF, di mana aku kena giliran untuk kontrol plus jadwal untuk peeling treatment. Yup, setelah menjalani laser kemarin itu, aku kena giliran untuk peeling, sebagai treatment lanjutan dalam rangka menghilangkan bekas jerawat dan flek2 hitam di wajahku, yang oleh faktor usia yang tak lagi muda, maka aku harus lebih konsen menjalani perawatan, yang Alhamdulillahnya, walo mahal, masih bisa aku ikuti, karena gratis. Hehe. Iya lah, namanya juga blogger, banyak berkahnya kan yaaa? Hihi, dibahas!

Well, back to Bibah dan pesta ulang tahunnya. Aku tiba kembali di rumah Dijah tepat pada pukul dua siang. Saat-saat acara akan segera dimulai. Itu pun karena aku menggunakan jasa gojek, makanya bisa menembus kemacetan kota Bandung yang sudah ngalah-2in kota Jakarta, lho!
Wajah Bibah langsung merona bahagia kelihat kedatanganku. Anak ini, memang akrab dan manja sekali denganku. Dan tadi sudah sempat 'mendung' karena tak melihat kehadiranku hingga ke pukul dua, padahal acara akan segera dimulai. Tak heran, jika begitu mendengar suaraku, gadis kecil ini menarik napas lega. "Alhamdulillah, Bunda, Umi udah balik", serunya.

Memasuki ruangan, terlihat beberapa orang tamu kecil [teman-teman Bibah] sudah berada di dalam ruangan. Duduk manis seraya memperhatikan Bibah yang sedang di-make-up oleh temannya si kakak MC. Rezeki anak yatim tampaknya masih terus bersama Bibah. Contohnya ya si Kakak MC ini. Dengan sukarela mengajukan diri untuk jadi MC di hari ulang tahunnya Bibah. Padahal untuk sekali ngemci, biasanya lelaki muda yang centil menggemaskan ini, mengenakan tarif yang lumayan juga untuk kantong golongan menengah ke bawah.

Singkat cerita, acara pun dimulai. dibuka dengan ceria dan centil oleh si Kakak MC yang 'gemulai'. Menyapa semua undangan dan kemudian mempersilakan tuan rumah untuk memberikan sepatah dua kata sambutan. Dan, adalah aku yang mewakili Dijah karena wanita ini kurang pede untuk memberikan kata sambutan yang aku sertai dengan memohon doa kepada Sang Pemilik alam, agar yatimku bersama ibunya ini selalu berada di dalam lindungan Allah SWT, serta berlimpah berkah dan rizki-Nya.

Acara selanjutnya adalah pemotongan kue ultah yang juga justru bikin haru, karena sesaat setelah menyuapkan potongan kue ke bundanya, Bibah kami minta mengucapkan sepatah dua kata, yang lucunya, justru apa yang sudah dihapalkannya raib entah kenapa, berganti dengan ucapan tulus untuk pengorbanan sang bunda.

'Bunda, makasih banyak ya, Bunda, udah ngabisin uang Bunda untuk ulang tahun Bibah. Bunda, makasih ya, Bunda, maafkan Bibah ya, Bunda, yang udah bikin habis uang Bunda juga Umi. Maafkan Bibah yaaa, udah bikin Bunda miskin dan ga punya uang lagi.'

Hiks... polosnya anak-anak. Seisi ruangan [yang dewasa], hanya mampu nyengir sambil mengurut dada. Ada haru di hati, mendengar ucapan tulus dari bibir mungil yang masih lugu itu. Semoga kelak, engkau jadi anak yang berbakti, ya, Nak. Jadilah kebanggaan Bunda, agama dan bangsamu....

Catatan kecil,
Al, Margonda Raya, 12 December 2015

2 comments

  1. Selamat ulang tahun bibah sayang. Cantiknya bibah. Semoga jadi anak sholehah ya nak. sayang bundanya, sudah habis uangnya (hihihi peace).

    ReplyDelete
  2. Amin, selamat ulang tahun untuk bibah moga panjang umur dan selalu mendapat rezeki yang baik-baik dan tak lupa buat orang tua bangga :)

    ReplyDelete