Alergi

Alergi? Oops! Alergi apaan, Al? Yang pasti sih bukan alergi terhadap dolar dan rupiah, sih! Haha, tapi adalah alergi yang bermula dari tangisan Intan via telephone setengah hari setelah dirinya kembali ke dormitory, usai menghabiskan liburannya di Bandung.

Yup, tangisan yang tentu saja bikin aku [selaku ibunya] was-was dan ingin segera tancap gas ke Jababeka sana, menjenguk dan menjemputnya pulang kembali ke rumah. Tangisannya sungguh bikin aku tak tenang, apalagi disertai berita yang mengalir panik dari bibirnya, bahwa di seluruh kulit tubuh hingga wajah, bentol-bentol membentuk 'pulau' yang memerah. Gatel. Disertai pula dengan pembengkakan di beberapa bagian tubuh seperti kaki, tangan dan pelipis mata. Duh, membayangkannya sulit, deh, rasanya!

Sungguh, tak terbayangkan oleh benakku, seperti apa itu, hingga kemudian dengan tak sabar, kuminta dirinya segera taking pictures and send them to me. Dan? Masyaallah, wajah putriku terlihat sangat menyedihkan. Bawah mata dan pelipis terlihat membengkak, punggung dipenuhi oleh kulit yang memerah berbentuk pulau-pulau kecil. Sungguh tragis. Belum lagi kakinya yang terlihat membengkak. Oh, Tuhan. Ini pasti alergi! Tapi, alergi apa? Makan apa putriku ini? Perasaan tadi sebelum berangkat, dirinya ga ada makan yang aneh-aneh, deh! Persis menunya seperti yang aku konsumsi, dan aku baik-baik saja.

Lalu, bagaimana dengan Intan? Apa yang terjadi dengan putriku? Terlintas di benakku, akan keangkeran dormitory-nya. Mungkinkah ada 'sesuatu' yang numpang di kamar Intan selama ditinggal liburan? Mungkinkah tadi, saat masuk ke kamarnya, Intan langsung banting tas ke atas tempat tidur seraya merebahkan diri tanpa mengibas seprei terlebih dahulu? Hadeuh, semakin was-was deh. Mana lagi hari telah menjelang malam. Ga mungkin banget berangkat ke Jababeka sekarang untuk menjemputnya balik ke Bandung, pasti akan terjebak macet, dan ini bakalan larut malam masih di jalan, lho! Ngeri-ngeri sedap kalo kupaksakan, mengingat 'musim' begal semakin subur. Hiks...

Kubujuk Intan untuk mandi, lalu mengoleskan minyak kayu putih di sekujur tubuhnya, yang tentu saja dituruti oleh putriku itu. Dan, memang sih agak mendingan setelah itu, sehingga Intan sedikit lebih tenang. Dan tentu saja, uminya ini juga ikutan tenang. Etapi, seiring malam yang kian larut, sekitar pukul sebelasan, si gatal-gatal itu kambuh lagi, dan lebih parah dari sebelumnya. Tentu saja, teman-teman Intan juga ikutan panik, menelephoneku, mengabari kondisi terkini dari Intan. Seruban foto-foto terkini Intan menyerbu ruang LINE-ku.

Aduh, nak, gimana Umi mau jemput sekarang? Ini sudah tengah malam, kita ga punya supir. Bisa sih Umi nyetir, tapi malam-malam begini, kalo sempat bocor ban di tengah jalan nanti piye?

Tak ada pilihan lain malam itu. Kubujuk Intan untuk bertahan dengan menitipkannya pada teman [tetangga kamar] nya. Agar bertahan hingga subuh tiba. Untungnya, putri semata wayang ini sangat mudah diajak bekerjasama. Namun itu tak berarti kami berdua bisa beristirahat dengan tenang, sih. Malahan seisi rumah [Ibuku yang baru datang dari Aceh, Dijah dan Icha] ikutan tak tenang. Tak ada dari kami yang bisa tidur nyenyak, mengingat kondisi Intan saat itu. Aku apalagi, rasanya sejenakpun tak bisa memejamkan mata. Ingin rasanya azan subuh segera berkumandang, agar segera bisa kuraih kunci mobil dan melarikannya temui Intan. Hiks... beginilah rasanya hati seorang ibu, yang mengetahui anaknya sedang dalam keadaan tak sehat.

Dan memang, aku hanya butuh 1,5 jam untuk sampai ke dormitory-nya Intan, begitu mentari mulai menyembul dari ufuk Timur. Kudapati putriku terbaring lemah. Duh, Nak..., Nak. Kenapa jadi seperti ini? Wajah pucat itu, sungguh mengiris hati. Terbayang sudah, dokter pasti akan menganjurkan test darah, test alergi, mungkin juga perlu suntikan. Dan untuk yang belakangan ini, akan ada perang antara Intan, aku dan petugas/dokter saat menyuntik, karena Intan paling takut dengan jarum suntik. Haha.

Dan, benar saja, di rumah sakit Al Islam, Bandung, semua perkiraanku tepat adanya. Dokter langsung mengatakan bahwa ini adalah alergi atau gimpa, kalo istilah orang Bandung. Dan dianjurkan untuk disuntik selain diberi obat minum. Dan lagi-lagi benar, Intan menangis ketakutan saat jarum suntik [ukuran bayi] hendak disuntikkan ke lengan dan bokongnya. Aih, Nak, masih saja seperti anak kecil, ih, padahal kan udah mahasiswi, sayang! 

Dan seperti kata dokter, obat yang diinjeksi ke dalam tubuh memang jauh lebih cepat daya kerjanya. Terlihat kulit Intan perlahan mengempes bengkak-bengkaknya. Sementara kalo hanya minum obat, paling si obat baru akan bereaksi empat jam setelah obat dikonsumsi.
Kami semua jadi tenang, terutama Intan, yang tak lagi panik seperti sebelumnya. Dia takut kena cacar, dan lega banget saat dokter bilang itu adalah alergi. Cuma, masih bingung aja, salah makan apa Intanku sampai alergi seperti itu? Apa bukan karena keteguran? Hehe. Dasar yak? *pikiran primitif

Takut alerginya kambuh lagi, Intan tekun sekali mengkonsumsi obat-obatan yang diberi pak Dokter, hingga tak sampai dua hari, alerginya itu tuntas sudah. Alhamdulillah, ya Allah. Berakhir sudah kepanikan ini, dan kini Intan siap untuk diantar kembali ke dormitory-nya, di komplek kampus President University, Kota Jababeka, Cikarang. Cuma sampai sekarang, penyebab alerginya, sih, masih misteri, karena belum sempat melakukan test alergi, yang ternyata harus dilakukan oleh dokter kulit dan kelamin. Hm, paling ntaran deh, kalo udah ada waktu. Ini Intan harus segera balik ke kampus agar tak ketinggalan kuliahnya. Ayo, Nak, cepat sembuh ya, dan rajin olahraga, donk! Biar sehat dan gesit, ok? Cayyo!

Sobats pernah alami hal serupa? Panik oleh si anak yang tiba-tiba sakit sementara kita berada jauh dari mereka? Share yuk di kolom komentar. :)

catatan kecil tentang Intan,
Al, Bandung, 18 April 2015

9 comments

  1. Alergi suka gt ya mak..dtg tiba2 apalagi klo gak tau penyebabnya apa

    ReplyDelete
  2. Kira2 karena makanan atau udara ya, Mbak? Misteri alergi. .. :D

    ReplyDelete
  3. Aku ada alergi juga, Mbak.. Keturunan dari Papa.. Biasanya kumat kalok uda kebanyakan makan telur, susu, cokelat dan keju.. Oh ya, sama ayam Eropa jugak..

    Jadi sekarang pola makan harus dijaga banget biar ngga kumat.. Plus ngindarin makan di luar karena banyak vetsin.. Lebih ke masak sendiri deh :)

    ReplyDelete
  4. kalau di trace dari makanan yg dimakan intan dalam beberapa hari belakangan...mgk ada setitik cerah penyebab alergi yg dialami intan Mbak.

    Semoga intan lekas sembuh dan gak kena alergi lagii

    ReplyDelete
  5. Salah satu penyebab alergi juga bisa dari stress...tapi moga karena penyebab yg lain ya mba..

    ReplyDelete
  6. mudah-mudahan gak kabu lagi alerginya ya

    ReplyDelete
  7. waduh, perlu diwaspadai tapi jangan panik, memang biasanya kalo ga ada riwayat alergi dari kecil emang sih bisa muncul pas dewasa muda macam mahasiswa seperti saya, semoga lekas sembuh...

    ReplyDelete