Robur

Bus Darussalam
Minjem foto dari sini
Bis di sebelah secara resmi bertuliskan 'Darussalam'. Artinya bis kota ini bernama Darussalam yang harusnya disebut sebagai bis Darussalam. Namun masyarakat, entah siapa yang memulai, malah memanggilnya sebagai ROBUR. Tak satu pun yang mau meluangkan waktu untuk memanggilnya sesuai dengan yang tertuliskan pada badan hijaunya yang besar itu.

Penampakannya yang tua dan beberapa darinya malah terlihat telah rongsok, adalah berbanding lurus dengan masa baktinya yang telah begitu lama. Aku sendiri mengenalnya sejak kami sekeluarga pindah ke Banda Aceh, dan oleh Ayah, aku diharuskan menggunakan transportasi umum untuk mencapai sekolahan. Jadilah aku memilih transportasi paling murah dan menyenangkan ini. Asyiknya, aku tuh tidak harus sendiri, karena ada teman-teman satu genk [kami berempat] yang juga memiliki nasib serupa, harus dengan setia menanti kehadiran si hijau berbadan besar ini. Ga peduli ada seat atau harus berdiri, yang penting cukup dengan mengeluarkan Rp. 50,- kami bisa sampai di sekolah. Begitu juga pulangnya, cukup dengan Rp. 50,- kami bisa sampai rumah. Cerdas bukan? Eits, sebenarnya sih bukan perkara cerdas atau tidaknya sih, tapi targetnya adalah bagaimana meningkatkan uang saku yang diberikan pas-pasan oleh ayah. Hehe.

Bercerita tentang kenangan ber-ROBUR-ria ini, memang tidak akan cukup satu dua artikel, karena banyak banget memory daun pisang yang tercetak sempurna di masa-masa itu. Dan kali ini, yuk Sobs, duduk manis biar aku share sebuah cerita lucu tentang pengalaman ber-ROBUR- ria, yang sukses bikin kulit mukaku seakan kebas bak disuntik bius sekian persen, gegara menanggung malu. Haha.

Ceritanya begini;
Pagi itu, seperti biasanya kami [empat orang] sudah berdiri dengan rapi di tepi jalan, menanti si robur datang menjemput lewat. Biasalah, sambil ngerumpi dan tertawa-tawa. Begitu si robur datang, dengan cekatan kami pun melompat masuk ke dalam. Mencari [dengan mata] kalo-kalo ada seat yang masih tersisa. Dan seperti biasa, jatah kami, anak-anak SMA ini yang naik di tengah jalan [di tengah rute], hanya kebagian tempat di belakang supir. Eits, itu bukan jatah duduk lho ya, tapi jatah berdiri. Dan bagi kami, berdiri pun tak masalah asal sampai dengan selamat di sekolah tercinta, dan tidak terlambat untuk belajar. *Tsah, gayaaa*, yang iya adalah yang penting tidak terlambat sehingga tidak kena setrap. Hihi.

Pagi itu, begitu posisi berdiri di belakang supir sudah setle, kami pun melanjutkan rumpian kami yang tertunda. Habis, masih hot banget tadi, eh si robur datang, terpaksa deh stop dulu, tapi begitu sampai di tekapeh, otomatis lanjut lagi dunk. Mana boleh kita tidak menyelesaikan yang telah kita mulai dengan sempurna? Awalnya sih kami bisik-bisik tetangga manis, agar Pak Supir yang bermuka ketat itu tak terganggu. Namun, kira-kira lima menitan lagi mencapai sekolahan, kami lupa menahan diri. Volume bergosip tak lagi stabil. Cekakak-cekikik gegara si teman membanyol, membuat tawa kami berderai. Pak supir yang bermuka ketat itu pun marah. Esmosi. Langsung membentak.

"Kalian ini ya! Brisik! Dari tadi ketawa-ketawa, kayak bukan anak sekolah saja!"

Ampyuuun. Kami langsung mingkem otomatic berjamaah. Malu banget rasanya. Apalagi di kursi dekat kami berdiri itu ada dua cowok keren yang langsung menatap ke arah kami dengan nada mencemooh. Haduh, Gusti.

Tak lama, si hijau berbadan besar yang kami tumpangi itu pun berhenti. Sekilas ekor mataku menangkap bayangan gedung sekolah. Otakku langsung memerintahkan kakiku untuk beranjak. Refleks aku berjalan cepat, dan hup! Melompat turun beriringan dengan beberapa orang yang juga telah sampai di destinasi tujuan mereka. Anehnya, aku malah mendengar teriakan teman-teman di belakang. Kutoleh ke arah mereka. Olala, mereka masih berdiri dengan setia di belakang si pak supir yang semakin bermuka ketat. Kuperhatikan sekelilingku dengan seksama manakala mereka meneriakkan "Al, kita belum sampai!"

Oalah Gusti, ternyata si Robur barusan berhenti di depan sekolah Analis Kesehatan, bukan di depan SMAN-Tiga. Haduh. Malunya eikeh! Ampyuuun. Kulihat teman-temanku cekakak cekikik bersama bus yang telah melaju, meninggalkan aku yang harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Ga terlalu jauh sih, cuman malunya ini lho! Mana si abang kondektur ikutan menertawakan pula. Iih, dasar! Pasti nanti kalo naik robur yang ini lagi, aku diketawain deh. Hih!

Dan, sambil menekuk wajah, aku pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Di ujung sana terlihat teman-temanku dengan setia menanti, begitu mereka turun dari Robur. Setia memang, tapi cekakak cekikik menertawakan aku itu lho, yang bikin keki. Awas yaaa, kapan kalian ga kena!

Well, Sobats, punya pengalaman lucu juga? Yuk share di kolom komentar yuk!

Salah satu kenangan naik Robur,
Al, Bandung, 22 Oktober 2014


10 comments

  1. wah kalo aku ga punya cerita lucu, :D cerita kenakalan iya ada, :D
    oiya robur itu apa yaa???

    ReplyDelete
  2. Robur itu bis yang ada di gambar itu sepertinya,,intinya robur dicerita ini adalah kendaraan angkutan umum,,,bukan begitu mak??

    ReplyDelete
  3. Hahahah, malunya tuh di siniiii. . .wkwkw

    Ya hamsyoong, Mbak Al enggak melambaikan tangan gitu. Kasij kode mau ikut naik lagi. Wkwkwk

    ReplyDelete
  4. Hahahahaa......kalo jaman sekarang, bener tuh kata Idah...malunya di sinih..nunjuk jempol kaki hihihihihi

    ReplyDelete
  5. Tulisannya bagus dan informatis, salam sahabat . . . :)

    ReplyDelete
  6. salam kenal sobat para alumni mahasiswa unsyiah ....
    cma sekarang sudah menjadi satu legenda bus hijau darussalam atao di sebut sama mahasiswa unsyiah RUBUR ....
    walau klasik tapi mengasikkan ... bagi yg pernah naik bus tersebut
    karna murah dan tepat sasaran .. lagian ngak banyak motor di masa itu ... jd ngak da istilah macet lkek skarang ...

    ReplyDelete
  7. Klw aku yg ga bs dilupakan itu pas belokan di simpang mesra.....tariiiiik bang😂😂

    ReplyDelete
  8. Wah pengalaman yang sangat bagus... cerita ny sangat bagus mbak, kkenangan yang sangat indah sepertinyawaktu masa2 sekolah. Kalau kita ingin sebenarnya pengen juga kembali ke masa2 sekolah, tapi apa daya karna umur pun terus bertambah. Thanks ya atas artikelnya jadi teringat juga waktu masa2 lalu di sekolah.

    5 Aplikasi Al Quran Android Dan Terjemahan Terbaik

    ReplyDelete