#27: Ultah sang Petinggi Gaib

Pagi-pagi sudah mendapat bisikan dari Mamanya Icha, bahwa Datuk Puteh berulang tahun. Ga tanggung-tanggung, ulang tahun yang ke 330! Wow! Si kakak minta tolong carikan kue ulang tahun untuk nanti sore diberikan kepada si Opa [Datuk Puteh]. Datuk Puteh adalah kepala suku di kampung 'nenek'. Bagi yang mengikuti kisah petualangan gaibku yang ini tentu sudah familiar donk tentang 'nenek', Icha dan keluarga gaib lainnya? Eits, ini reality lho, but its up to you mau percaya opo ora. Tidak dipaksain. Hehe.

Nah, mendengar si Opa ulang tahun, tentu aku pun ingin memberikan kado terindah dunk, tapi apa ya? Mau beli baju, ga tau persis seleranya si opa yang bagaimana. Akhirnya, ide jitu pun meluncur bebas, dan, bait puisi pun menghias kartu yang aku khususkan untuk sang Opa. Si kepala suku, yang juga adalah mertuanya 'nenek' 

Andai Allah merestui,
ingin kuhadir di sini,
turut serta menghadiri,
perayaan ulang tahunmu

Namun apa daya,
mata dan telinga belum berdaya,
jiwa ini juga belum berjaya,
tuk kunjungi, tempat dan alammu

Namun semua itu,
tak urungkan niat dan doaku,
tuk mohonkan pada sang Prabu,
Panjangkan umurmu, sehatkan dirimu, dan tambahkan bahagiamu
Selamat Ulang Tahun yang ke 330 tahun, Atok Putih!

Ke tiga ratus tiga puluh tahun? Yes! Mustahil ah! Yup, mustahil jika yang berulang tahun adalah manusia, namun ini adalah makhluk Allah dari dimensi lain, alias seorang jin muslim! :)

Kuletakkan kartu itu di atas meja, di samping Macsy, laptop tercinta. Dan selepas shalat magrib, sengaja aku duduk manis di samping Macsy, mengucapkan selamat ulang tahun pada sosok yang tentu saja tak mampu ditangkap oleh mata batinku. Tak sampai 10 detik, si kartu yang telah aku bungkus rapi di dalam amplop bikinan sendiri, lenyap nyap nyap! Subhanallah. Maha Besar Engkau ya Rabb. Ckckck. 

sebuah catatan ajaib,
Al, Bandung, 27 Februari 2014

9 comments

  1. Eh, ini cerita beneran mbak Al? Seru seru seram ya? Tapi asyik juga bisa berinteraksi dengan mereka ya? Ditunggu kisah-kisah selanjutnya lho!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, ini cerita beneran lho! Seru seru seram, betuuul! Tapi lama2 jadi ga seram lagi kok, jadi terbiasa dan mengalir seperti kehidupan biasa aja. Sama-2 makhluk Allah, saling menghormati dan menghargai aja. :)

      Delete
  2. Sorry, lupa nyebutin nama, ntar dikira anonim iseng deh, hehe. Maya ini, mba Al! Akunku sedang dihack orang. Hiks.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. subhanallah, btw datuk jin itu bisa bacakah? mereka pake bahasa apa? indonesia gitu? kelanjutan petualangan gaib mana? teuteuppp.... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Mbak Win, Keluarga nenek dan seluruh kampung mereka berbahasa Indonesia logat Melayu. Mereka tinggal di bagian daerah Besilam, Sumatera Utara. Bergelar Tengku [Bangsawan Melayu]. Mereka bisa membaca dan menulis, huruf latin dan Arab. Rasa cinta tanah air mereka [Indonesia] juga tak bisa dipandang sebelah mata lho! :) Kereeen deh

      Delete
    2. ada sekolahnya juga ya mba? itu mereka bisa membaca dan menulis....sampe sarjana seperti kita gt, maaf mba kadang sulit masuk akal,makanya banyak tanya2...maaf ya.... :)

      Delete
  5. Petualangan gaib yang menakjubkan mak ....

    ReplyDelete