Petualangan Gaib 3 - Datuk Srigala

Kisah sebelumnya silakan baca di sini

Ada dimensi lain yang turut berinteraksi dalam kehidupan di atas bumi ini, sulit dijangkau oleh logika dan terasa mustahil untuk diterima oleh nalar manusia. Tapi..., nyata adanya. ~Alaika Abdullah~

Hari masih pagi ketika kuterima telp dari ibu, mengabarkan bahwa beliau sudah sampai di rumah dengan selamat. Dijemput oleh ayah dan bertemu kembali dengan Intan, putriku. Kusempatkan pula untuk bertukar kabar dengan Intan, yang tentunya begitu was-was akan kesehatanku beberapa hari terakhir ini. Suara lega terlihat kentara dari modulasi suara riangnya.

"Alhamdulillah ya Allah. Mi, mudah-mudahan Umi cepat sembuh yaa, jadi lebaran haji di sini kan, Mi?" Tanyanya.

"Iya nak, Insyaallah, sehari sebelum lebaran haji, Umi dan Tante Dijah serta Cindy pulang ya. Kita lebaran bareng di Aceh." Jawabku tak kalah bahagia.

Alhamdulillah, kesehatanku semakin membaik. Kakiku sudah pulih kembali, dan dapat bergerak lincah seperti sedia kala. Alhamdulillah ya Allah, Subhanallah. Terima kasih ya Allah, telah Engkau kenalkan aku dengan Dijah dan keluarganya, dan Engkau ijinkan dia untuk berkunjung ke rumah orang tuaku nanti. Ada kebahagiaan tersendiri di hatiku, dipercayakan oleh Nenek untuk mengajak Dijah berhari raya di rumah orang tuaku. Selain untuk berhari raya, juga kepergian Dijah dan Cindy adalah untuk mengosongkan rumah Dijah sementara waktu. Nenek mengatakan bahwa rumah Dijah saat ini terlalu penuh oleh aura negatif dan setan-setan yang semakin berdatangan. Sehingga rumah itu harus dibersihkan terlebih dahulu demi keselamatan Dijah dan Cindy.

image grabbed from here
Tak hanya itu, minggu ini juga akan masuk ke dalam bulan purnama besar. Sebuah masa di mana Dijah akan mengalami ancaman mematikan yang telah dua tahun ini dilancarkan oleh Datuk Srigala. Yup, Datuk Srigala adalah salah satu pembantu Dijah dalam melaksanakan pengobatan tradisionalnya selama ini. Bersama datuk Srigala pula, Dijah sering melakukan pengobatan ampuh hingga keluar negeri. Bahkan aku sampai melongo saat Nenek menyebutkan negeri dan kota keren yang telah dikunjungi oleh Dijah dalam rangka mengobati pasien-pasiennya. Lihat saja, Pakistan, Bombay, Jepang, Bangkok, Turki, Paris, dan beberapa negeri Eropa lainnya. Sungguh, nama-nama negara dan kota yang nenek sebutkan itu membuatku tercengang. Oh really? Negeri dan kota maju sekaliber Jepang, Turki, dan Eropah juga percaya akan penyakit gaib? Mengalami teror gaib seperti yang marak berlangsung di Indonesia? Oh my God!

Bersama datuk Srigala inilah Dijah melalang buana. Meraup ratusan juta rupiah sebagai imbalan atas keberhasilannya menyembuhkan atau mencapai maksud dari para klien/pasiennya. Namun, kejayaan yang diraup, kesuksesan yang dicapai dengan cara yang bertentangan dengan akidah yang dianut Dijah [Islam], serta masukan-masukan dari Nenek sekeluarga, akhirnya berhasil membuka mata Dijah untuk kembali meluruskan langkahnya. Wanita itu mulai berfikir serius. Mulai mendengarkan petuah-petuah dari nenek dan kakek gaibnya, hingga akhirnya terjadilah perseteruan dengan datuk Srigala. Datuk Srigala murka karena Dijah tak lagi mau bersekutu dengannya. Tak mau lagi mempersembahkan tumbal-tumbal menyesatkan seperti yang pernah mereka lakoni sebelumnya. Dijah kembali pada niat lurusnya, membantu menyembuhkan manusia yang terzalimi [kena santet] dan aneka pengobatan lainnya secara Islami.

Sebuah perseteruan yang mempertaruhkan nyawa. Nyawa Dijah pastinya. Dan inilah yang akan dan sedang dihadapi Dijah. Purnama besar telah mengintip dan memancarkan cahaya 'mematikan'. Walau diriku jelas belum mampu sepenuhnya menangkap aura negatif si Datuk Srigala, namun secara insting, aku dapat merasakan kehadirannya, baik di dalam rumah, di jalan saat kami mengantar dan menjemput Cindy sekolah, hingga kemana pun Dijah melangkah.

Awalnya, hal ini terasa ganjil dan mustahil bagiku. Unbelievable dan rasanya mengada-ngada. Jelas aku menganggap hal ini mengada-ada. Namun kemarahan Dijah yang terdengar kentara setiap dirinya berdialog dengan si Datuk Srigala [yang tak terlihat oleh mata lahirku], membuat akal sehatku kembali berfikir, dan lelah.


Hm, ya Allah, mataku tak mampu menembus alamMu yang satu ini, namun kehadirannya terasa benar di sekelilingku. Semoga aku mampu untuk bertahan, dan mampu pula menjaga Dijah sebagaimana diamanahkan oleh Nenek dan Buya. 

Di samping rasa was-was, sebuah rasa lain juga tak mampu lagi aku bendung. Rasa itu bernama curious alias penasaran. Yup. Terseret ke dalam lingkaran gaib, membuat wawasanku akan alam yang satu ini berkembang kian luas. Takjub, takut tapi juga penasaran, hadir silih berganti. Jika selama ini aku hanya bisa membaca kisah-kisah misteri di majalah atau menontonnya dalam film-film horor, maka kini aku telah berkesempatan untuk berkecimpung di dalamnya. Mengalami sendiri petualangannya. Bertemu secara langsung dengan Dijah yang setengah jin dan setengah manusia [ibu dari bangsa jin dan ayah manusia], serta berinteraksi secara langsung dengan keluarga gaib Dijah dan bertarung dengan para setan yang menggangguku dan Dijah. Bagiku, ini semua adalah kesempatan emas penuh racun yang harus dengan sangat hati-hati aku koleksi. Salah-salah bergerak, taruhannya adalah nyawa.

Seperti halnya nyawa Dijah yang sedang terancam oleh kehadiran si datuk Srigala, yang telah hadir di sekitar kami sejak dua hari lalu. Sungguh, ku sangat berharap mata batinku mampu menembus selubung gaib ini. Namun apa daya, bahkan suara mereka saja pun, tak mampu ditangkap oleh telingaku. Sedih rasanya. Bahkan sempat pikiranku memvonis, bahwa ini semua hanyalah bohong belaka. Maksudku tentang si datuk Srigala, yang mengintai keselamatan Dijah. Ah, masak sih? Tapi beberapa pengalaman yang terjadi secara langsung di depan mataku, menuntun pikiranku untuk lari ke sebuah film horor Indonesia yang pernah aku tonton.

Kepala Dijah terlihat ditarik kuat oleh kekuatan tak terlihat hingga tubuhnya oleng saat menuruni tangga rumahnya. Ceritanya Dijah baru saja selesai menjemur kain yang selesai dicuci, di lantai atas rumahnya. Aku sendiri saat itu laptopan tak jauh dari tangga, sehingga bisa melihat pemandangan itu dengan jelas. Tak hanya tubuhnya yang oleng, tapi kemudian tubuh itu malah seperti diseret kebawah, jatuh hingga membuatku melompat untuk menangkapnya. Berusaha keras aku melepaskan Dijah dari tarikan tenaga yang tak terlihat itu. Huft, gile bener. Tak terlihat tapi nyata adanya.

Astargfirullah! Tubuh Dijah yang lumayan berat menggelinding hingga tertahan oleh kakiku yang telah mencapai tangga ke lima. Kuraih tubuhnya yang terlihat pingsan, namun kemudian suara anak kecil yang sangat aku kenal, menangis tersedu.

"Bunda, roh Umi Dijah dibawa atuk Srigala. Hiks... Icha ga mau Umi Dijah mati. Bunda, Umi ga mati kan Nda? Hu...hu..hu...."

Jelas aku terpana. Roh Dijah dibawa oleh Datuk Srigala? Maksudnya apa itu? Bagaimana? Oh God! Kubelai gadis kecil yang merasuk di tubuh Dijah dengan sabar dan penuh kasih. Bocah jin empat tahunan ini jelas panik dan kalut. Menguatirkan keselamatan Dijah. Tapi akal sehatku masih belum mampu menerawang seberapa berbahayanya posisi dan kondisi Dijah saat ini.

"Nak, roh Umi Dijah diambil oleh Atuk Srigala? Maksudnya gimana, Nak? Kok bisa?' tanyaku prihatin.

"Iya, Nda. Tadi, saat Umi mau turun dari tangga, tiba-tiba rohnya dirampas oleh Atuk Srigala. Disambar gitu, dan langsung dibawa kabur. Sekarang Nenek, Atuk Buya dan semua keluarga sedang mengecar Atuk Srigala. Nda, Umi ga mati kan, Nda? Ini Umi berdarah, huk...huk...huk."

Dan beberapa gumpalan darah meluncur dari mulut Dijah. Darah segar! Oh My God! Ya Allah, lindungi Dijah ya Allah, dan kuatkan jantungku ya Allah, menghadapi 'atraksi' gaib yang mengerikan ini. Hiks.

Kurasa alam sekitarku tak lagi berpihak padaku. Selubung gaib ini terasa semakin kental dan aku bersama Icha dan Cindy terjerat di dalamnya. Hanya aku orang dewasa yang ada di rumah ini, saat ini. Tubuh Dijah yang begitu besar hanya diisi oleh bocah jin 4 tahunan dan seorang lagi adalah bocah 7 tahunan, Cindy, putri Dijah, manusia biasa. Huft, sungguh, aku dirubung rasa takut, penasaran dan prihatin. Bercampur aduk hingga otakku tak lagi sanggup menghubungkan antara nalar dan realita ini.

Dijah, where are you? Come back, please! Don't make me worried, I care for you, a lots!




catatan pembelajaran
bahwa tiada yang mustahil untuk terjadi di dalam kehidupan ini,
bahkan hal yang sulit diterima oleh nalar sekalipun
Al, Bandung, 12 Dec 2013

27 comments

  1. selalu menunggu kelanjutannya...
    Setiap ada postingan mbak alaika , ku kira kelanjutannya...., gak sabar baca sampai tamat...*ternyata inipun masih bersambung*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, tamatnya masih lama, Mba Nova. Sabar yaaa. :)

      Delete
  2. makiiiin penasaraan >.<
    Semoga mbak Dijah baik-baik ajaaa ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, sabar yaaaa. Insyaallah Dijah baik2 saja kok. :)

      Delete
  3. Insha Allah dijah baik2 aja mba, jadi khawatir jg nih. Semoga Allah melindungi beliau dari niat jahat makhluk gaib itu

    ReplyDelete
  4. walah makkkk , semoga aja mba dijahnya engga apa-apa ya mba jadi makin seru kayaknya ya selanjutnya ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kisah selanjutnya memang makin seru dan mengerikan, Mas Fadilah. Silahkan lanjut ke tekape. :)

      Delete
  5. jadi inger Srigala yang ada di desaku..

    hiks

    semoga Dijah baik2 saja ya mbak

    ReplyDelete
  6. waduh bersambung lagi :D #Makin penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah ada lanjutannya tuh, Mba, silakan klik link berwarna merah. :)

      Delete
    2. Udah ada lanjutannya tuh, Mba, silakan klik link berwarna merah. :)

      Delete
  7. Alhamdulillah ayah sudah sempat ngobrol sama Dijah dan Icha... Apalagi waktu ngobrol sama Icha duh "sesuatu" banget Al...

    ReplyDelete
  8. Mba Al,, penasaran tapi yakin sekali kalau Allah yang akan memberikan keselamatan buat Dijah dan keluarga.

    ReplyDelete
  9. hmm...semoga Allah lindungi dirinya, bagaimanapun secara akidah mereka juga makhluk Allah dan tak satu kekuatan dimuka bumi dan alam jagat raya ini, mampu menandingi kekuatan Allah, terlebih 'Ibu Dijah' telah memilih jalan Allah. Jangan khawatir, Allah bersama malaikat NYA pasti juga tidak akan tinggal diam dan pasti melindungi terhadap upaya 'salah satu mahkluk NYA' (Ibu Dijah).

    Ya Allah mohon di jum'at ini Engkau berikan kekuatan dan lindungan kepada dia
    Karena aku yakin bener bahwa yang punya HAK atas Hidup ini hanyalah Allah saja
    ciptaan NYA hanya bisa berangan dan seolah mampu menandingi kekuatan Allah, tapi sesungguhnya mereka adalah golongan yang tertipu di mata Allah.

    Salam

    ReplyDelete
  10. Penasaran banget mba Al.... Semoga Dijah baik2 saja

    ReplyDelete
  11. gak sabar nunggu lanjutannya mak, menegangkan

    ReplyDelete
  12. penasaran tunggu lanjutannya.....

    ReplyDelete
  13. salam silaturahmi ... saya baru pertamakali singgah disini, mak Al

    ReplyDelete
  14. Saya mengikuti cerita mak Al,..gak selalu komentar tp saya baca dan sekali lg saya cm bisa speechless. Subhanallah....

    ReplyDelete
  15. masih selalu ngikutin kisah ini dari awal
    takjub...

    ReplyDelete
  16. Suaminya Umi Dijah kemana ya Mbak?

    ReplyDelete
  17. Mommy..kabarin gigie..:'(
    bbm belum dibalas :(
    Ka Dijah gimana dan dimana sekarang?
    Waktu di Aceh kemarin masih smsan..yang bales ka Dijah apa Icha?
    Ya Allah..atas izin-Mu segala sesuatu akan tejadi.. Selamatkan Ka Dijah Ya Allah..

    ReplyDelete
  18. ngikutin cerita ini dari awal... semoga semua baik2 saja

    ReplyDelete