Never Go to Sleep Angry

Credit 
Pernah merasa sangat marah pada seseorang? Adik, kakak, ayah, ibu, kerabat atau teman? Aku pernah. Berdebat kusir dengan seorang teman, tak berujung, menyisakan kemarahan di hatiku hingga aku bawa berhari-hari. Dia adalah seorang teman dari dunia maya, yang menjalin pertemanan denganku sejak tahun 2007, saat aku masih bekerja di BRR NAD Nias. Masih jelas di ingatanku, cara kami mulai berteman. Berawal dari friendster [masih ada yang ingat nggak ya dengan socmed yang satu ini?]. Berlanjut ke Yahoo Messenger dan kami pun jadi intense berkomunikasi.

Mengaku dirinya seorang karyawan swasta, yang juga bekerja sampingan sebagai Lelaki Penjaja Cinta [Gigolo]. Glek! Terpana aku akan keterusterangannya. Bertanya dia apakah aku tidak keberatan berteman dengan seorang gigolo? Yang kujawab diplomatis, bahwa aku berteman dengan siapa saja, dan berusaha untuk konsisten memproteksi diri untuk tetap pada jalurku sendiri, tanpa harus tercemar or terpengaruh oleh teman-temanku. Padahal, pikiranku sendiri sih udah tertarik banget untuk menjadikannya sebagai nara sumber dalam meng-eksplorasi dunia yang digelutinya itu. Lumayan nih untuk jadi sebuah novel!

Yang membuat kami bertengkar hari itu, [suatu hari di rentang tahun 2009], bukan masalah kehidupannya, tapi menyangkut isu-isu sosial yang sedang terjadi di Aceh kala itu. Yang tak bijak untuk kutuliskan disini. Yang jelas, perdebatan kami, kalimat-kalimat tajamnya, membuat aku meradang. Kuserbu dia dengan kalimat-kalimat yang kuhasilkan dari tarian jemariku yang menggila. Ternyata, saat marah, kecepatan mengetikku bisa dua kali lipat dari biasanya, haha. Dan dia memang memberiku kesempatan untuk menabur kalimat-kalimat pembelaanku terhadap daerah kelahiranku. Aku sendiri heran, bisa-bisanya si gigolo teman ini, menghina daerahku seperti itu. Come on, jika baru melihat kulitnya saja, jangan dulu mengukur isi dalamnya donk! Kenali dulu, teliti, uji/analisa, baru menilai!

Singkat kata, perdebatan kusir yang penuh emosi itu, tak berakhir. Walau satu jam kemudian, dia menelphone, meminta maaf karena percakapan kami via YM tadi, ternyata berhasil membakar emosiku. Dia memang sengaja, ingin menguji kecintaanku pada daerah kelahiranku. Bah!! Sayangnya, aku bukannya terobati oleh permintaan maafnya, tapi makin marah padanya. Siapa dia? Enak saja mau mengujiku! Dan aku memendam segudang rasa dongkol padanya. Hingga berhari-hari. 

Hingga suatu hari, kusadari, 
sebuah sapaan yang biasa menyambutku setiap pagi, 
sudah lama tak hadir lagi. 

Sepucuk kerinduan, mulai hinggap di hati. 
Rasa penasaran mulai menyelimuti. 
Kurasakan emosi yang meninggi itu kini telah terkikis menepi. 

Duhai kamu, kemana dirimu berlalu?
Kuingin kau tau, amarahku tak lagi menggebu
Telah kumaafkan dirimu

Namun, berita dari sahabatku itu, tak pernah lagi ada, Sobs. Friendsternya memang sudah jarang diupdate, karena Socmed yang satu ini sudah mulai ditinggalkan penggunanya, yang beralih ke dua akun ternama lainnya. Namun berita tentangnya, juga tak lagi ada pada dua akun terbaru ini. Hingga suatu ketika, aku mampir lagi kesana, dan melihat banyak berita belasungkawa untuknya. Hiks. Dia telah pergi, tanpa sempat mendengar kata maaf dariku. 

Credit and modified

Never go to sleep angry, because  you never know if you or the person  you are mad at will wake up  the next morning. Always forgive because you never know  you will talk to them again.  Things happen. Get over it. Always forgive . You may not forget but it's better than knowing  you will never get to say sorry or I love you again. ~ Livelifehappy

Sebuah catatan, pembelajaran dalam kehidupan
Al, Bandung, 11 Juni 2013

34 comments

  1. salam kenal mak..

    hiks.. aku pernah ngalamin kayak gitu. apalagi sama teman dekat. kepala sudah sama2 panas, gengsi sudah sama2 tinggi. tapi beberapa minggu kemudian, alhamdulillah membaik lagi. meski suatu saat hal semacam itu kembali terjadi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hiks, rasanya ga enak banget mengalami hal seperti ini, Mak. :(

      Sejak itu, akku selalu berusaha untuk tak berlarut2 dalam amarah. Karena bener banget, kita tak akan pernah tau, apa yang akan terjadi di detik berikutnya. :)

      Delete
  2. Memaafkan, itu kadang sulit kita berikan. Padahal kita juga akan mengharap orang lain memaafkan kita atas kesalahan kita. Minta diberi kesempatan kembali. Semoga hati kita selalu diberikan keluasan untuk selalu memberi maaf.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya aku termasuk orang yang gampang memaafkan sih, Mbak, tapi jika terlalu menyakitkan, baru sulit memaafkannya. Terutama jika sudah menyinggung sara, aku tuh suka serius menyimpan kemarahan. Haha. Tapi sejak itu, aku belajar banyak, bahwa ga ada gunanya melarut2kan suatu amarah. Semoga ke depannya bisa bersikap lebih baik. :)

      Delete
  3. hmm... minta maaf memang susah, memaafkan juga kadang susah banget... semoga kita semua bisa menjadi orang yg cepet reda marahnya, dan ga berlarut larut lama

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Semoga ya Mbak/Mas. :) Trims atas kunjungannya.

      Delete
  4. Wah... pengalaman yang luarbiasa Mak... menjadi refleksi saya juga bahwa memaafkan butuh perjuangan juga. Nice postingan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga postingan ini bermanfaat bagi kita semua ya, Mak. :)

      Delete
  5. Bagi muslim, sebelum tidur sebaiknya berwudhu lalu dzikir dan berdoa dulu ya jeng.
    Terima kasih artikelnya yang memberikan penyadaran.
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih wejangannya, Dhe. Insyaallah sudah diterapkan dalam kehidupanku. :)
      Salam hangat dari Bandung.

      Delete
  6. Thank for sharing Jeng. Benar tak bijak rasanya memelihara kemarahan terus berkobar dalam hati. Ujung-ujungnya penyesalan yang datan belakangan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2, Mak. Trims atas kunjungannya ya, dan semoga bermanfaat bagi kita semua. :)

      Delete
  7. memaafkan terkadang memang berat mbak...tapi percayalah mendoakaannya merupakan sebuah ibadah yang akan dapat membantunya menghadap kepada sang Khalik...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, bener banget, Mas Andim. Trims atas kunjungan dan komennya ya.

      Delete
  8. Kalau kemarahan sudah memuncak kadang kita suka lepas kontrol ya mbak. Beraaat banget mau memaafkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mak. Namun pembelajaran itu, kini membuatku tak lagi berlarut2 menyimpan kemarahan. Ternyata lega juga setelah kita mampu memaafkan lho. :)

      Delete
  9. Uwaaaaaa dalem banget >_<
    Oke mbak akan saya laksanakan, semoga saya sabar selalu :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, terkadang pengalaman menjadi guru yang paling berharga, Na. :)

      Delete
  10. pernah terjadi spt ini..dan masih marah sampai sekarang, meski rasa rindu kian meradang [halah]
    tapi belom sampe RIP sih mba...iya deh, mimi call dia bsok pagi. makasi yaaa atas pembelajarannya.

    ReplyDelete
  11. habisnya kadang harga diri itu seperti dinding tebal yang menghalangi kita dari minta maaf mbak.. rasanya bisa berkata "nanti toh bisa, ntar aja minta maafnya".. Tapi mbak bener banget :'( gimana kita bisa tau dia atau kita masih diberi ckup waktu? :'( huweee.. aku harus cepet-cepet minta maaf nih sama orang, mbak.. :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, ayo, jadikan pelajaran yuk Ci, karena kita tak pernah tau misteri ajal. :)

      Delete
  12. kalau sama istri ane sering berdebat :)

    ReplyDelete
  13. saya pernah waktu tidur masih menyimpan kemarahan, dan tidur ku jadi tidak nyenyak

    ReplyDelete
  14. kadang bisa terbawa sampai mimpi ya kalau marah dibawa sampai tidur

    ReplyDelete
    Replies
    1. makanya, jgn menyimpan kemarahan berlarut lagi, ok? :)

      Delete
  15. Setuju mba.
    jangan pernah melakukan sesuatu kala marah.
    pengalaman saya, saat emosi, kita cenderung menyambung-nyambungkan semuanya secara langsung. apapun yang kepikiran, walaupun tidak ada hubungannya dengan hal yang membuat kita marah, bisa disebutkan semua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, Mak. Yuk, jadikan ini sebagai pembelajaran yuk. :)

      Delete
  16. biasanya tidurnya tidak tenang mbak kalau dalam keadaan marah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bahkan bisa berakibat ke mimpi buruk ya, mbak? :)

      Delete
  17. Ya Allah.. so sad..

    mbak... jika dirimu ditinggalkan kemudian orang yang meninggalkanmu tak mau lagi menjalin komunikasi denganmu, lalu apa yang dirimu lakukan..?

    walau, memaafkan dan meminta maaf sudah kita tunaikan. ibarat, mengirim surat yang entah sampai entah tidak..

    dan tentu saja, kita terkurung oleh suatu pagar yang bertuliskan: "jangan masuk. kami tidak mau diganggu."

    ReplyDelete
  18. semoga bisa diambil himahnya,,.

    ReplyDelete