Banda Aceh - Bandung journey 1

Hari Pertama, Banda Aceh - Medan, 31 December 2012
Bukanlah hal mudah mendapatkan kata 'iya' dari ayah dan bunda saat kuutarakan niat membawa Gliv via darat ke Bandung. Apalagi aku (hanya) akan jalan dengan Intan dan seorang driver (teman dari kantor lama/United Nation/lembaga PBB).

Aku maklum jika kedua orang tua tercinta sangat menguatirkan keselamatan perjalanan kami, mengingat 'pesertanya' hanyalah aku, intan dan si driver. Hanya bertiga, sementara perjalanan ini akan menempuh jalan raya yang akan lintas provinsi dan pulau. Menembus alam raya yang kebanyakannya adalah hutan dan perkebunan, yang kita tahu bahwa banyak hal-hal tidak mengenakkan sering terjadi disana.

Awalnya suami juga menentang keras ide cemerlang (hehe) ini. Namun hapal betul watak istrinya dan berkat kepiawaianku dalam melobby nya, ijin pun keluar. Yes!
Namun melobby ayah bunda? Tentu tak akan mempan oleh rayuan maut. Walau kita telah jadi emak2/bapak2, dimata orang tua, anak ya tetap anak! Dan mereka ga ijinkan anaknya yang 'tangguh' ini untuk jalan hanya bertiga. Hihi.

Belum lagi ayah bunda belum kenal dengan temanku yang akan jadi driver kami ini. Beliau2 berkeras untuk main dulu ke rumah si teman, untuk mengenalnya dan keluarganya. Dasar pemikirannya adalah: masuk akal sih. Begini critanya sobs.
Tengah malam, ayahku ketuk kamar, beliau tau aku belum tidur dan masih bekerja di laptop.
Kupersilahkan masuk, duduk dan mulai ngobrol.

"Ayah ga bisa tidur nak. Kuatir dengan perjalananmu. Kenapa ga berfikir ulang? Kita kirim via kapal saja mobilmu. Kamu dan Dila naik pesawat. Ayah kuatir kalo kalian hanya berangkat bertiga. Itu perjalanan jauh dan ga main-main nak."

Sendu sekali suaranya. Aku tau, pasti selain niatnya sendiri, beliau juga pasti diutus ibuku. Ibuku sengaja ga nimbrung, takut akan luluh oleh rayuanku mungkin. :)

"Yah, ayah ga usah kuatir. Insyaallah akan aman yah. Ayah tolong doakan saja agar perjalanan ini aman terkendali ya..".

"Masalahnya bukan itu nak! Kamu memang nekad. Dari kecil hingga sekarang kamu itu tetap seperti itu. Gimana kami ga kuatir? Ayah dan umi jaga kamu sedari kecil.. Kalo bisa seekor nyamuk pun jangan ada yang hinggap di kulit kamu. Kamu sakit, sampai ke puncak gunung ayah carikan obat untukmu, agar sesak napas yang mendera kamu bisa sembuh. Kamu anak pertama kami, anak perempuan kami nak. Yang kami rawat dengan susah payah. Gimana kami bisa tenang? Kalo adik2mu, mereka itu laki-laki. Mereka jauh lebih kuat dan lebih bisa menjaga diri. Kami ga ingin terjadi apa-apa sama kalian. Apalagi ini ayah ga kenal sama sopirnya. Gimana kalo ternyata dia berkonspirasi dengan teman-temannya untuk melakukan kejahatan terhadapmu? Kita ambil pikiran terburuk saja dulu nak! Jangan bantah dulu!"

Aku diam, mendengarkan. Memang tidak berencana untuk membantah sang komandan tertinggi di keluargaku. Ayahanda yang mulia, yang memang sangat kuhormati.

"Sekarang ini jaman edan. Banyak hal bisa terjadi. Kemana kami akan mencarimu jika hal itu terjadi nak? Hanya kamu yang kenal baik sama dia, kami tidak. Kemana kami akan melacak kalian?"
Ayahku menangis. Aku mendekat. Terharu banget. Kupeluk dirinya.

"Yah, gimana kalo begini saja, Al ajak satu orang driver lagi, jadi akan ada dua laki-laki (driver) yang akan dampingi Al dan Dila dalam perjalanan ini. Dan sebelum berangkat, kita main dulu ke rumah mereka, Agar ayah dan Umi tau keluarga mereka, kenal anak dan istri mereka, agar tau alamat rumah mereka. Gimana yah?"

"Ya, begitu lebih baik nak. Memang seharusnya begitu. Dua driver akan lebih aman. Kalo pun ada apa-apa, ban bocor misalnya, ada dua laki-laki yang akan mengurusnya. Kamu ga harus ikut-ikutan ganti ban! Dan juga akan jauh lebih aman."

"Baik yah, besok Al ajak pak Usman juga, sopir dari joint secretariat kantor gubernur. Al kenal baik dengannya dan Al yakin beliau bersedia. Lalu kita ke rumah mereka ya yah.".

Ayahku mengangguk, terlihat ada rasa lega terpancar di wajahnya.

"Kamu memang keras kepala nak! Ya sudah, kenapa masih di laptopmu jam segini, kan besok siang kamu mau berangkat?"

"Lha, kan nunggu ayah masuk, Al tau ayah akan masuk dan ngobrol, hehe."

Dasar bandel kamu ini ya! Ya sudah sana tidur. Ayah mau masuk kamar, ngasih tau umimu, umimu ga bisa tidur sejak tadi mikirin besok.
Dan sang komandan pun berlalu. Sebuah rasa kagum, haru dan sayang yang semakin mekar, kian membahana di hatiku. Kasih ayah dan bunda memang sepanjang masa, Masyaallah! Subhanallah, Alhamdulillah.

Lalu, sesuai skenerio, kuajak orang tuaku berkenalan dengan pak Usman dan pak Mahyuddin, dua teman yang akan bertindak sebagai driver dalam perjalananku dan Intan ke Bandung.
Orang tuaku 'menginterogasi' mereka dengan apik. Sejak awal sudah kuberi indikasi pada kedua temanku ini, agar mereka dapat memaklumi sikap ayah bundaku ini. Dan sebagai orang tua, kedua temanku ini sangat maklum akan hal itu. Jadi bagi mereka, adalah wajar jika ayah bundaku melakukan ini.

Kami pun berangkat dengan diiringi doa restu ayah bundaku, disertai amanah dan wejangan serta menitipkan aku dan Dila pada pak Usman dan pak Mahyuddin. Ah, parents! Betapa besar kasih sayangmu pada kami, anak-anakmu!

Hari pertama, dimulai pada jam 2 siang, started from Banda Aceh. Perkiraan akan masuk Medan di jam 4 pagi, karena kami akan singgah sebentar di Lhokseumawe, men-drop anak dan istrinya pak Usman di rumah orang tuanya, di Lhokseumawe.

Sesuai perkiraan, kami tepat memasuki kota Medan di jam 4 dinihari. Istirahat sejenak di rumah Sri, mantan adik ipar yang telah lebih dari adikku sendiri. Kupersilahkan Pak Usman dan pak Mahyuddin istirahat sejenak, sementara Intan lgsg asyik dg sepupu2nya, dan aku sendiri langsung ngerumpi penuh kangen dengan Sri. Haha. Barulah jam 7 pagi, kami lanjutkan perjalanan.
Eh iya, aku dan suami jg sempat menyambut saat jelang tahun baru secara bersama lho! Walo dipisahkan oleh jarak yang begitu jauh. Thanks to technology!

Hari Kedua,
Medan - Duri, Riau, 1 January 2013

Sesuai saran Iway, suaminya Sri dan juga petunjuk temannya pak Usman yang sudah sering lakukan perjalanan darat seperti ini, kami pun memilih jalur Timur. Karena lebih aman, terutama dalam hal faktor alamnya.
Jalur Timur adalah: Medan, Riau/Pekan Baru, Jambi, Sumatera Selatan, Palembang, Lampung, Banten, Jakarta dan Bandung.
Sementara jalur Barat akan melintasi Sumatera Barat/Padang, dimana di beberapa lokasi sering terjadi tanah longsor.

Perjalanan di hari kedua, Alhamdulillah berjalan lancar. Lalu lintas aman terkendali, jalanan dipenuhi oleh orang-orang yang bertahun baru, dan ga ada polisi. Hehe.
Intan sendiri asyik tidur sepanjang perjalanan, sementara aku sendiri kalo ga tidur, ya ngobrol dg kedua temanku ini. Membahas segala hal, mulai pekerjaan, politik, gosip dan segala macam, haha.

Menjelang magrib, hujan mulai mengguyur bumi. Perjalananpun mulai ditempuh dengan kecepatan yang mulai dikurangi. Aku juga sempatkan untuk terus berkomunikasi dengan sang komandan dan nyonya komandan di Banda aceh sana, yang terus memantau memastikan kami baik-baik saja. :)
Jam 10 malam kami masuk kota Duri di Riau. Sebenarnya ingin menginap di Pekan Baru sih, tapi ternyata, masih 3 jam lagi masuk Pekan Barunya. Jadi kita putuskan untuk stop saja di Duri agar kedua temanku bisa istirahat, re-energizing agar besok kembali fresh.

Kami menginap di hotel Grand-Mella, sebuah hotel strategis dengan harga ekonomis, terletak tepat di pinggir jalan lintas Riau - Pekan Baru. Harga perkamarnya cukup murah. Hanya Rp. 179 ribu per kamar deluxe nya. :)
Kami beristirahat dengan sempurna, dan kini, pagi ini, setelah sarapan, kami pun melanjutkan perjalanan kembali.

Sobats maya tercinta,

Postingan ini dirilis melalui Ory (Onyxberry ku yang setia), di atas Gliv (my lovely car) yang sedang membelah jalan raya. Doakan kami selamat dalam perjalanan ya sobs.
Target hari ini sih akan sampai ke Jambi atau keatasnya lagi, tapi aku sih ga memaksa, jalani saja dengan nyaman, karena keselamatan adalah hal utama. Doakan ya sobs...
Will be back to you to post the third day of the journey, besok pagi. :)
Selamat beraktivitas di hari kedua, bulan pertama tahun 2013 ini.
Have a great day sobs!

Saleum,
Al, Duri- Kandis, Riau, 2 Jan 2013
Powered by Telkomsel BlackBerry®










































20 comments

  1. Wuaaaah.. jauh sekali perjalanannya Mba Al.
    Semoga lancar jaya ya Mba. Kalo mampir Lampung titip salam kangen untuk bumi Lampung tercinta.. :)
    Selamat tahun baru dan ga sabar menantikan kisah petualangan lanjutannya..

    ReplyDelete
  2. Aku juga mbatin lho mbak Al, waktu mbak Al cerita mau ambil Gliv dan jln darat. Berani banget. Spt yg pernah aku cerita, aku pernah menempuh Pekanbaru - Yogya. Itu aja sama keluarga.
    Tapi diluar kekhawatiran itu, aku akui perjalanan spt itu mengasyikkan. Nikmati saja tiap jalurnya. Jangan membayangkan rintangan dan kebosanannya. Aku yakin kita sependapat dgn ini.
    Semoga Allah melindungi perjalanan mbak Al selamat dan lancar sampai tujuan.
    Jaga kesehatan mbak.
    #big hug for you...

    ReplyDelete
  3. mbal al smoga sampai di tujuan dengan selamat yah, ditunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  4. pasti seru deh perjalanan darat seperti ini, apalagi tidak terburu2.
    aku yo pengen, cuma yaaaaa .... takut hahaha

    salut euy, aku ngaku kalah set deh soal keberanian sama mbak Al

    ikut mendoakan semoga selamat sampai Bandung ya mbak.

    ReplyDelete
  5. Wew aku suka ini. Perjalanan panjang dengan kendaraan pribadi. Walau selama ini aku belum pernah bawa mobill pribadi (belum bisa bawa mobill sendiri dan belum punya juga ˆ⌣ˆ ). Adanya ya si roda dua yang menemani kemana mana.

    Aku juga punya kisah pulang kampung yang belum rampung aku tulis. Ntar aku posting juga di blogku.

    Aku tulis komen ini sambil nungguin si roda dua dipermak untuk perjalanan ke surabaya. Moga selamat sampai tujuan ya mbak.

    ReplyDelete
  6. Semoga selamat sampai tujuan.

    Kayaknya seru kalo lewat jalan darat. Kadang pengen juga. Tapi, kalau mempertimbangkan waktu, saya mah sayang kalo waktu cuti cuma habis di perjalanan.

    ReplyDelete
  7. wow bener2 seru banget perjalanan yang penuh kesan yaa mbak al, selamat tahun baru :D

    Semoga perjalannya lancar ndak ada hambatan dan sampek bandung selamat, amien :D

    ReplyDelete
  8. aku selalu iri kalo liat orang jalan2 terus, rasanya pengen ikutan.hehe

    ReplyDelete
  9. hello mbak ala, Happy New Year 2013 buat mbak n family. sorry baru bisa nongol lagi di blog. perjalanan jauhnya paling cuman capek duduk di mobil doank mbak. tapi kalo perjalanan liburan di kalimantan khususnya dari kampung saya menuju provinsi bukan cuman capek duduk, tapi capek goyang kayak goyang inul juga hehehehe..
    soalnya jalanannya seperti offroad mbak, lewat hutan kalimantan yag baru dibuka sebagai akses transportasi.

    ReplyDelete
  10. semoga perjalanannya lancar ya mbak Al

    ReplyDelete
  11. Walau bagaimanapun Ortu selalu menganggap kita sebagai anak kecil yang selalu dikawatirkan, karena memang tidak ada istilah bekas anak...

    Semoga perjalanan lancar dan selamat sampai tujuan

    ReplyDelete
  12. Luar biasa.... sebenarnya menarik juga menelusi pulau sumatra menggunakan mobil... saat ini saya baru pulau jawa...

    sumatra baru sampai lampung hehehehe... belajar dari dirimu deh nekat menarik ternyata... hahaha

    hati hati di jalan mba... salam buat keluarga. Selamat Tahun baru juga ya...

    ReplyDelete
  13. ck..ck..ck.. jauh bener perjalanannya mbak.. tp pasti banyak cerita seru ya :)

    ReplyDelete
  14. pos ini hadir beserta orang nya yg udh selamat smpe tujuan hhheehhhee.

    ditunggu crita mendebarkan itu "jeng kelin" hihi

    ReplyDelete
  15. Wah..., sambil membelah jalan raya pun bisa posting tulisan di blog. Mantap Mbak Al. Semoga perjalanannya lancar dan selamat.

    Ohya, saya lagi mengadakan GA karena dapat hadiah blog dari Pakde. Ikut yaaa...

    ReplyDelete
  16. wuiihh keren mB sempet sempetnya ya di Jalan bisa mosting....sepertinya asyikkk jalan2nyaa..mau dung xiixiix

    ReplyDelete
  17. Wuih.. perjalanannya panjaaaang.... ditunggu cerita lanjutannya, mbak...

    ReplyDelete
  18. HAhaha sama juga dengan saya kak. Ibu masih seperti itu. Waktu mo nganmbil hadiah ke ketua komunitas blogger, karena pikirnya ini teman dari dumay dan baru mendengar berita ttg kejahatan dumay, ibu melarang malah ayah saya disuruhnya menemani saya. Kan lucu kalo saya pergi bareng ayah hehehe. Ibu tetap keukeuh walau saya bilang suami saya kenal koq sama sang ketua ini. Lagipula ngambil hadiahnya bukan di tempat sepi, di kantor teman yang lain yang biasa jadi tempat ngumpul anak2 komunitas blogger Anging Mammiri. Untungnya suami saya cepat pulang jadi suami yang menemani saya... hehehe

    ReplyDelete
  19. Mbak Al, perjalanan panjaaang membentang dari ujung atas Sumatra menuju Bandung. Syukurlah semua selamat dan pastinya menjadi kenangan berharga bagi Intan. Salam

    ReplyDelete