Kehidupan adalah sebuah anugerah maha besar yang Allah limpahkan kepada kita, insan dunia, yang tentu harus kita lakoni dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Bagiku, hidup adalah kesempatan yang Allah berikan sebagai amanah yang harus diperjuangkan, dipelihara dan dinikmati dengan sebaik-baiknya. Dan bagiku, anak adalah juga amanah yang harus dijaga, dibesarkan, dan dididik dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.
Karena keyakinan itu pula, maka ketika bertemu dengan aral kehidupan, yang datang bagai gelombang hitam tinggi menjulang, aku berusaha untuk tetap tegar dan tidak gentar dalam menghadapinya. Mencoba bernegosiasi dengan sang gelombang agar kehidupanku dan Intan tak tergulung dan karam di tengah lautan kehidupan.
Keyakinanku mutlak bahwa tak ada insan yang senang berhadapan dengan problema. Apalagi jika problema kehidupan itu akhirnya bermuara pada sebuah perpisahan. Aku yakin bahwa tak ada dari kita yang pernah berdoa untuk mengalami hal ini. Ya kan sobs?
Begitu juga aku. Memperjuangkan cinta terlarang (tidak direstui oleh orang tua) saja begitu melelahkan, ibarat mengadakan perang gerilya, eh kok malah berharap perpisahan setelah bahtera mendapatkan ijin resmi (ridho orang tua) untuk berlayar? Tentu tak pernah sedikit pun hal itu terlintas apalagi menjadi pengharapan….
Begitu juga aku. Memperjuangkan cinta terlarang (tidak direstui oleh orang tua) saja begitu melelahkan, ibarat mengadakan perang gerilya, eh kok malah berharap perpisahan setelah bahtera mendapatkan ijin resmi (ridho orang tua) untuk berlayar? Tentu tak pernah sedikit pun hal itu terlintas apalagi menjadi pengharapan….
Gelombang Kehidupan itu...,
Setiap insan pasti berharap hanya menikah satu kali seumur hidupnya, itu juga yang aku harapkan. Kuingin bahtera ini dapat berlayar sampai ke tujuan. Selamat dunia akhirat, menjadi bahtera rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
Namun aku bisa apa?
Saat berhadapan dengan realita,
bahwa bahtera itu mulai tersendat dan terseok?
Aku bisa apa,
saat sang nahkoda tak lagi searah dalam pelayaran?
Menangis! Ya, menumpahkan air mata!
Tapi berapa lama aku harus menangis? Apa aku tak malu pada ayah ibu yang sedari awal tak merestui sang nahkoda yang aku pilih? Tidakkah aku malu pada ketiga adik lelakiku yang begitu kagum akan kegigihan kakaknya dalam memperjuangkan sebuah rasa berbentuk hati bernama cinta? Tidakkah aku malu pada handai tolan yang selama ini melihat kami baik-baik saja?
Tapi berapa lama aku harus menangis? Apa aku tak malu pada ayah ibu yang sedari awal tak merestui sang nahkoda yang aku pilih? Tidakkah aku malu pada ketiga adik lelakiku yang begitu kagum akan kegigihan kakaknya dalam memperjuangkan sebuah rasa berbentuk hati bernama cinta? Tidakkah aku malu pada handai tolan yang selama ini melihat kami baik-baik saja?
Menangis bukanlah solusi, walau kuakui, itu adalah hal yang paling sering aku lakoni. Kepanikan dan frustasi yang melanda, membuat kegiatan menumpahkan airmata adalah sebuah solusi gemilang dalam melepaskan beban kehidupan. Namun… sampai kapan aku harus seperti ini?
Tidak, tak mungkin terus terpuruk seperti ini. Aku harus segera bangkit! Berdiri tegak dan membenahi benang kusut. Kalo bukan aku, lalu siapa lagi yang akan datang untuk mengulurkan tangan agar aku bangkit dan melanjutkan kehidupan ini? Bagaimana nasib Intanku jika aku terus tenggelam dalam lembah air mata?
Tidak, tak mungkin terus terpuruk seperti ini. Aku harus segera bangkit! Berdiri tegak dan membenahi benang kusut. Kalo bukan aku, lalu siapa lagi yang akan datang untuk mengulurkan tangan agar aku bangkit dan melanjutkan kehidupan ini? Bagaimana nasib Intanku jika aku terus tenggelam dalam lembah air mata?
Hidup memang tak melulu urusan air mata, kesedihan, kepedihan. Tapi variabel lainnya dari kehidupan adalah awareness untuk berupaya lanjutkan kehidupan. The show must go on. Sayangnya, awareness akan variable ini justru sulit untuk kita sadari kala kita terpuruk di dalam duka. Untungnya, alarm jiwaku berbunyi nyaring kala air mata semakin terurai.
Aku bagai dihentakkan pada kenyataan, ada seorang anak kecil yang butuh perhatian, belaian kasih dan pemenuhan akan kebutuhan hidupnya. Intan membuat jiwa ragaku sadar sepenuhnya, bahwa kami masih harus melanjutkan perjalanan.
Aku bangkit. Menerapkan sebuah aplikasi ilmu yang selama ini begitu sering aku praktekkan dalam mengelola project. Yup. Kucoba memetakan persoalan yang aku hadapi dan menganalisanya dengan matang. Sebuah SWOT [Strength, Weakness, Oppportunity, and Threat] analisis aku buat secara detil, mengkajinya berulang-ulang, lalu memadukannya dengan sebuah FORMULA KEHIDUPAN, yang akhirnya membawaku pada sebuah keputusan.
Aku bagai dihentakkan pada kenyataan, ada seorang anak kecil yang butuh perhatian, belaian kasih dan pemenuhan akan kebutuhan hidupnya. Intan membuat jiwa ragaku sadar sepenuhnya, bahwa kami masih harus melanjutkan perjalanan.
Aku bangkit. Menerapkan sebuah aplikasi ilmu yang selama ini begitu sering aku praktekkan dalam mengelola project. Yup. Kucoba memetakan persoalan yang aku hadapi dan menganalisanya dengan matang. Sebuah SWOT [Strength, Weakness, Oppportunity, and Threat] analisis aku buat secara detil, mengkajinya berulang-ulang, lalu memadukannya dengan sebuah FORMULA KEHIDUPAN, yang akhirnya membawaku pada sebuah keputusan.
Keputusan yang sungguh berani dan membuatku berdecak kagum pada diri sendiri. Jika dulu aku begitu nekad menikah dengannya, tanpa restu orang tuaku, dan telah berjuang sepenuh jiwa untuk mempertahankan rumah tangga ini, demi menunjukkan pada kedua orang tuaku bahwa pilihanku ini, walau tidak benar, tapi juga tidak salah, maka kemudian, aku dengan sepenuh jiwa dan kesadaran prima, mengambil keputusan untuk menurunkan sang nahkoda dan mengambil alih kemudi.
Kuturunkan dia di sebuah pelabuhan sambil berpesan agar dia mencoba mencari tumpangan, melanjutkan perjalanan ke tujuannya yang baru.
Kuturunkan dia di sebuah pelabuhan sambil berpesan agar dia mencoba mencari tumpangan, melanjutkan perjalanan ke tujuannya yang baru.
Kudoakan dia sebuah kehidupan lain yang penuh berkah, walau dia berontak tak hendak turun dan berkeras untuk tetap berlayar bersamaku dan Intan. Tekadku bulat untuk berpisah bahtera. Prinsip kehidupan tak lagi sepaham, dan begitu sulit untuk aku imbangi. Aku hanya anak kampung yang tak mampu menerima modernnya kehidupan, glamournya pergaulan, dan beraneka alasan ketidaksepahaman lainnya.
Maka, Goodbye my love, see you again somewhere, some place and sometime! Keep being in touch coz you are Intan’s Daddy, and a friend of mine.
Maka, Goodbye my love, see you again somewhere, some place and sometime! Keep being in touch coz you are Intan’s Daddy, and a friend of mine.
Dan Alhamdulillah sobs, berkat SWOT Analysis dan Formula Kehidupan, akhirnya aku berhasil mengambil sebuah keputusan yang mampu menyelamatkan kehidupan kami (aku dan Intan) dari keterpurukan. Di luar sana, mungkin aku hanya wanita biasa yang keras kepala, but .......
There’s a hero if I look inside my heart
I don’t have to be afraid of what I am
There’s an answer if I reach into my soul
And the sorrow that I know will melt away
Hidup adalah pilihan
yang kita pilih untuk menang, atau
kita mundur teratur dan terpaksa menyusup ke tempat tidur. J
Hidup ini indah, dan adalah tanggung jawabku untuk memastikan bahwa keberlanjutan kehidupanku dan Intan dapat berlangsung indah. Umi janji nak, akan memberikanmu kehidupan yang baik, mapan dan bertanggung jawab. Juga…. I promise you to find you a new daddy. Yeayy!! J
Inilah dia Formula Kehidupan itu.
Sudah pernah dengar belum, Sobs? Jika belum, sini aku ceritain, ya!
Anggaplah batas usiaku (jatah hidupku) adalah 70 tahun. Dan pada saat prahara itu, anggaplah umurku 35 tahun. Berarti aku masih memiliki jatah hidup selama 35 tahun lagi toh? Lalu pertanyaannya:
- Apakah aku akan hidup terus seperti ini? Menghabiskan 35 tahun sisa umurku dalam prahara sambil terus mencoba mempertahankan rumah tanggaku, demi nama baik, status dan berbagai alasan klasik "keutuhan rumah tangga" lainnya? Sementara nyata-nyata, berdasarkan pengalaman, dan pengetahuan kentalku akan sifat dan karakter mantan suami, jelas akan sulit baginya untuk berubah, atau;
- Apakah aku dan dia akan mencoba lagi peruntungan kami? Menghabiskan 35 tahun sisa umurku dengan mencoba untuk sama-sama memperbaiki diri? Meng-evaluasi diri, dan berkomitmen untuk saling menjaga keutuhan rumah tangga ini? Sementara aku tau persis, ini ibarat siklus, suamiku itu, sebentar baik, dan sebentar lagi akan seperti itu lagi, sulit untuk memperbaiki diri walau sudah berjanji sepenuh jiwa. (Pengalaman telah membuktikan berkali-kali), atau;
- Mengambil langkah baru. Mengisi 35 tahun sisa usiaku dengan langkah baru. Memulai kehidupan baru, dimulai dari meninggalkannya, memperbaiki kehidupanku, membuka hati untuk kehidupan yang baru, yang tentunya penuh peluang dan pengharapan yang baru.
Tentu aku pilih yang ketiga donk ah! Hehe. Starting from Zero to be a hero for my self and Intan, of course. :)
Kisah masa lalu ini sengaja aku bagikan sebagai sebuah lesson learnt bagi siapa aja yang memandang pengalaman ini layak untuk menjadi bahan pembelajaran, dan yakinlah bahwa Allah itu Maha Pemurah dan Penyayang. Semoga ada yang manfaat dengan mampir dan membaca kisah ini, ya, Sobs!
Hidup ini indah, walau jalan mencapai keindahan ini terasa begitu berliku. Semangat, ya! 😊
Al, Jakarta 10 Feb 2012
45 comments
Mbak Alaika... tangguh sekali dirimu mbak... salut saya... Selamat buat kehidupan baru yang sekarang mbak arungi... semoga kebahagiaan selalu menyertai.
ReplyDeleteTerima kasih partisipasinya, tercatat sebagai peserta Lovely Little Garden's First Five Away.
Jadi wanita itu kudu tangguh mba... harus ready to face the world sebelum the world leaving us. ;)
DeleteSama-sama mba Niken, janjiku tunai sudah yaaaa... hehe
SwOTnya Keren Mbak...sampai sekarang aku belum prnh bkin SwoT utk diri sendiri...#parahhh
Deleteayo coba bikin rie.... :)
DeleteSampai dilembur ya nulisnya... thanks yaa... lunas mbak... hehehe...
ReplyDeleteapa sih yang ngga untuk mba Niken? #kedip kedip mata.
DeleteSalut Mba Al. Keputusan apapun yang diambil memang bertujuan untuk kebaikan ya. Ketegaran Mba Al bisa menjadi contoh yang bagus buat sang putri.
ReplyDeleteSemoga Mba Al dan Intan selalu bahagia. :)
Alhamdulillah mas Dani, Allah menganugerahi saya sifat keras kepala dan pantang mundur dalam menghadapi berbagai cobaan kehidupan. Rasanya tertantang aja untuk menaklukkan setiap tantangan dan halangan yang menghadang. Maklum, pengagum Cut Nyak Dhien, Laksamana Malahayati dan para srikandi Aceh lainnya. :) Jadi ingin setangguh mereka walau dalam bentuk perjuangan yang berbeda. :)
Deletetrims atas doa dan supportnya ya mas.
wah akhirnya dah ikutan juga
ReplyDeletejadi semakin semangat nih pagi ini :)
harus donk kang Haris, hidup ini harus dihadapi dengan penuh semangat. :)
Deletedemi Intan juga ya mbak, semoga sukses ya mbak di kontesnya mbak niken
ReplyDeletePastinya donk Mba Lid.... trims atas doanya. :)
DeleteWaw, it's not easy to make a decision like that. Semua orang pasti ingin menikah sekali seumur hidup. Tapi, kalau memang lebih banyak mudharat nya bila diteruskan, apa mau dikata.
ReplyDeleteYup, bener banget. Life is as simple as you can make it. So make it simple to help you find a better solution.
DeleteMakasih atas kunjungan dan komennya yaa... :)
hmm.. tidak mudah ya harus move on dari sesuatu hal yg rumit...
ReplyDeletesukses ya GAnya :D
yup, memang tidak mudah, tapi tetap harus dilakoni. The show must go on toh? hehe
Deletewaduh...
ReplyDeletesalut mba Alaika, karena berani mengambil keputusan maha penting tersebut...
Semoga sukses ngontesnya ya mba :)
trims atas kunjungan dan dukungannya teh Erry... :)
Deletesuka banget sm endingnya: starting from zero to be a hero. yes, you can! salut mbak...
ReplyDeletehehe, trims atas kunjungan dan komennya mba Oliv... :)
DeleteSalut mbak... Hebat! nggak mudah jadi single parent,, suatu saat Intan pasti ngerti keputusan mamanya dan bangga punya mama seperti mbak Alaika... sukses terus buat mbak Alaika... Salam kenal :)
ReplyDeleteMemang tidak mudah menjadi single parent mba, aku mengalaminya beberapa tahun hingga kemudian Tuhan mengirimkan seorang dewa pelindung dan pendamping bagi kehidupan kami selanjutnya.
DeleteFor me, life is so lovely, terlepas dari bagaimanapun kondisi yang sedang kita hadapi.
Sugesti bahwa hidup ini indah, sangat membantu alam membentuk image dan midset di benak kita, hingga lebih mudah dalam melangkah dan menjalani kehidupan.
makasih atas kunjungan dan komennya, salam kenal kembali ya mba... :)
# Kayaknya ada penampilan yg baru neh di Blognya?
ReplyDelete#Recent comment-nya belum dipasang ya?
Baru deh nulis komentar, benar adanya bahwa setiap peristiwa sepahit apapun...seburuk apapun [when it happen]..selalu ada pelajaran..selalu ada hikmah yg kita ambil. Dan no matter what happen, life must go on ya MBak..#berasa nasehti diriku sendiri neh.
Hai Rie.... iya nih, ganti penampakan deh biar ga ngebosenin.... lebih apik kan? :)
DeleteBelum sempat pasang euy recent com nya....
Yup, the show must go on no matter how the situation and condition are.. jadi, tetap harus move on. :)
two thumb up..... luar bias, sebuah perjalanan kehidupan yang hebat... terus berjalan Mba... semoga suatu hari akan datang yang terbaik...
ReplyDeleteNew daddy bust Intan dan New Husband untuk dirimu....
Alhamdulillah mas, Tuhan menganugerahkan seorang pendamping yang baik bagi kami kini.... thanks atas dukungan dan doanya yaaa.... :)
Deletembak al, hidup emang pilihan apah lagi tentang pendamping hidup, intan dapet yang terbaik yaa mbak :D
ReplyDeleteSukses kontesnya mbak :D
Alhamdulillah Niar... Insyaallah kami telah mendapat yang terbaik. :) trims atas doanya ya say...
DeleteBenar2 sudah menjadi hero. .
ReplyDeleteSaya kagum sama sang ibunda yang satu ini. . .
Salam sayang untuk Intan. . . ^_*
Oiy, sukses ngontesnya ya, mba. .. :)
trims atas kekagumannya Idah.... jadi wanita harus tetap tegar agar kita dapat melanjutkan langkah, menyusun formasi dalam mencapai apa yang kita harapkan. Boleh bersedih dan menumpahkan air mata, tapi ga boleh lama-lama, ntar Tuhan bosen ngeliatnya dan jadi males ngebantuin. hehe.
DeleteMakasih juga dari Intan untuk mba Idah.... salam sayang. :)
trims untuk supportnya ya ya...
hiks, sedih bacanya. semoga menjadi pelajaran hidup yang berharga buat kak Alaika ya
ReplyDelete*Peluuuuk*
Pastinya kak... ini adalah pengalaman hidup yang paling berharga bagiku. :)
Delete#peluk erat. :)
spechless bacanya mbak Al...
ReplyDeletesangat menyentuh, Starting from Zero to be a hero for your self and Intan...
thanks mas Insan! :)
Deletekeren bgd dg Ilmu SWOT Analysis nya mba,,,
ReplyDeleteKuturunkan dia di sebuah pelabuhan sambil berpesan agar dia mencoba mencari tumpangan, melanjutkan perjalanan ke tujuannya yang baru. #merinding
yes, You are a hero. Sejak pertama mengenalmu, aku begitu yakin akan ketangguhan, kekuatan yang ada dalam dirimu mba. And You did it. Doaku untukmu dan Intan, semoga Allah Swt selalu bersama kalian ya *hugs
ReplyDeletelangkah 3 itu keliatannya yg paling sulit ya mbak.. Tp hebat mbak Alaika mampu & berasil dg langkah yg diambil :)
ReplyDeleteAf1 ya mba, jadi mba sudah berpisah gtu?
ReplyDeletesedih tapi kok terlihat begtu tegar. masya Allah
sukses GAnya yah mba.
Salam buat Intan.
Salut dengan cerita ini. Menyentuh. Very touching. Saya sudah ikutan di acara GA yang satu ini namun ditolak karena postingan lama. Saya harus buat lagi yang baru hiehiheiheiee. Ya deh Insya Allah jika belum terlambat mau ikutan lagi
ReplyDeleteJadi nangis mbak Al, aku bacanya...
ReplyDeleteAku baru benar2 merasakan mbak Al... Bahwa gak semua orang mendapat "anugerah" berupa cobaan hidup seperti ini... Karena dengan sakitnya hati, kita pasti dpt hikmah berupa pelajaran hidup yg luar biasa... Dan ya, aku merasa Allah menunjuk kita, wanita2 single parent, karena Allah tau kita mampu menjadi nakhkoda, menjadi imam untuk diri sendiri dan anak..
Mbak Al juga punya satu putri... Mbak Al, kalau aku mau curhat boleh ya? Kalau kita sendiri mungkin baik2 saja... Tapi bagaimana dengan perasaan si buah hati menghadapi perpisahan orangtuanya?
Mba This... maaf ya jika baru sempat balas nih...
DeleteYakinlah mba, Allah Maha Tahu dan Maha Tepat dalam menentukan sasaran 'cobaan'Nya. Hanya orang-orang terpilih, dengan kekuatan tangguh lah yang akan diberi ujian seberat ini... Memang, kala menerima ini, terasa sangat berat... seakan tak akan sanggup kita memikulnya. Tapi terbukti kan? Bahwa kita masih mampu melangkah, masih mampu menghadapi hari esok...?
Mba Thia juga pasti akan mampu, I believe it!
Tentang anak... yakin deh, lambat laun, dia akan terbiasa... kehilangan ayah [jika pada awalnya dia begitu dekat dengan sang ayah], akan memberi efek kurang baik sih... tapi kita mau gimana lagi jika memang itu harus terjadi. Justru efeknya akan semakin buruk bagi si anak, menyaksikan kebersamaan ayah bunda, tapi dalam keadaan yang saling bertengkar, saling berselisih, iya kan? Justru bisa berefek buruk pada mental si anak toh?
Perlahan tapi pasti, si anak akan terbiasa dengan ketidakhadiran ayahnya. Mungkin mba Thia harus menyesuaikan cara menjelaskannya pada Vania sesuai dengan tingkat kedekatan dia pada ayahnya....
just emailmu at phithria@gmail.com kalo ada yang mau dishare or discuss ya mba. :)
pelukkkk mbk al....semoga lembaran barunya semakin berkah aminnn aminnnn......
ReplyDelete*baru aja kmrn ngasih materi anak2 SMK ttg SWOT :D
SWOT kehidupan rupanya tak beda jauh dg SWOT jurnalis ya, mak.
ReplyDeletedirimu emang te oo pe be ge te, :)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteKeren.... uminya Intan bener-bener tangguh. Yeeeay....
ReplyDelete